Buku Biografi dan jejak pemikiran Paulus Waterpauw Mengabdi dengan Hati. PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Nama lengkapnya Komjen Pol (P) Drs Paulus Waterpauw MSI, terlahir dari ayah seorang anggota polisi di Kabupaten Fakfak Irian Jaya (Kini Papua Barat, red) pasangan Ferdinan Waterpauw dan Yacomina Atiamuna.
Baca juga: Mendagri Pesan Paulus Waterpauw Jaga Stabilitas Politik Daerah
Dari pernikahan Paulus bersama perempuan asal Sumatera Utara, Roma Megawanti Pasaribu, membuahkan dua putri dan satu putra yaitu, Raisa Serafina Waterpauw, Denzel Piereto Waterpauw, Ruth Emmanuella Waterpauw.
Hari ini Kamis 12 Mei 2022 ayah tiga anak menjadi catatan sejarah Provinsi Papua Barat. Ia menjabat sebagai Gubernur Papua Barat 2022.
Karir kepolisiannya mengisahkan banyak cerita inspirasi bagi generasi muda Papua dimasa datang, dikisahkan Paulus Waterpauw dalam buku biografinya dan jejak pemikiran “Paulus Waterpauw Mengabdi Dengan Hati “ditulis Ensa Wirarna dan Rudi Hartono pada tahun 2013 dan diterbitkan Penerbit Bejana tahun 2014 setebal 257 halaman.
Sebagai prajurit, Ia hanya menjalankan tugas. Dimanapun ditempatkan akan ia lakukan dengan sungguh-sungguh. apapun perintah atasan akan ia lakukan titik dengan cara seperti itu, karirnya pun terus menanjak dan mendapat kesempatan menambah ilmu semakin terbuka pipi seperti waktu mendapat kesempatan untuk sekolah lagi di sekolah staf dan pimpinan sespim Polri Lembang Bandung. kesempatan itu tidak disia-siakan nya .
Waktu terus berjalan, pengumuman dan pelantikan kelulusan di sespim pun tiba. artinya, Paulus harus bersiap-siap menerima tugas baru di tempat yang baru. saat itu ia lulus dan sebagai Kapolres Mimika.
Ketika mendengar Mimika, ia tersenyum dalam hati. Yang menggumumkan salah baca atau yang menulis memang salah mengetik. Pasalnya, setahu dia, bukan Mimika, tapi Timika tempat itu cukup terkenal, karena sering menjadi bahan pembicaraan.
Ketika menerima surat pengangkatan, memang terbaca Mimika. Ia tetap masih menyangka tempat yang tertera di kertas itu, memang salah tulis, yang seharusnya Timika.
Saat itu, ia ingin segera membetulkan tulisan tersebut yang dianggapnya salah, namun, niat itu diurungkan pikirannya, biarlah itu cuma salah tulis!
Setelah beberapa saat dan bertanya-tanya pada yang lain barulah ia tahu bahwa nama itu benar. Tempat itu adalah Mimika! Namun, di mana? Sebelah mana, Fakfak sebelah mana? Sorong? Walaupun ia lahir di Papua, memang betul-betul tidak tahu nama itu.
Bila nama tempat belum ia kenal, apalagi lingkungannya. Namun, ia tidak menjadi persoalan serius bagi dirinya. Pikirannya, ia mesti mencari pengetahuan tentang Papua yang akan ia datangi. Ke mana? Akhirnya banyak bertanya ke komunitas Papua yang ada di Jakarta. Di sini Ia mempunyai banyak kenalan termasuk mahasiswa yang asal Papua.
Baca juga: “Ramalan” Tito Karnavian Soal Paulus Waterpauw Sejak 2013 Hari Ini Menjadi Nyata
Dari obrolan santai dengan teman-teman dan mahasiswa, ia mendapatkan informasi dan masukan. Yang yang paling mengundang ke penasarannya adalah tentang “anak-anak Aibon”.
‘’Anak anak dari mana itu? Pikir Paulus Waterpauw.
‘’Pokonya nanti bapak tahu! Kata yang ditanya.
Memang, Paulus Waterpauw baru mendengar istilah anak Airbon, karena yang ia kenal nama aibon itu sejenis lem untuk perekat kayu atau karet. Tapi, yang ini anak aiabon. Tentu bukan hanya sekedar lem atau perekat.
Tugas di tempat baru, terlebih dahulu mengenal lingkungannya. Paulus Waterpauw, jarang diam di kantor, ia seringkali ke lapangan untuk memperhatikan kegiatan masyarakat, termasuk di waktu malam.
Pada suatu waktu, ketika berpergian dengan kendaraan, tiba-tiba ada yang melintas. Anak itu sepertinya, tidak melihat kanan-kiri, dia hanya melintas begitu saja, berjalan dengan tidak stabil. Paulus kaget.
Lalu ia menyuruh sopirnya mundur lagi. Segeralah turun. Ternyata benar terlihat ada seorang anak yang menginjak usia remaja, sedang berjalan gontai angan kirinya yang terlihat mengepal dekat dengan hidungnya.
Terlihat Ia seperti sedang menghisap sesuatu.
“Kenapa anak ini?”
‘’Ia biasa Pak, memakai aiobon’’
‘’Oh ini yang namanya anak aibonya….? Ayah bawa ke kantor!
Lantas anak itu, dibawa ke kantor. Ditanya asal-usulnya dan mengapa ia mengisap aibon. Dari situ Paulus baru tahu salah satu permasalahan yang terjadi di daerah yang baru didatanginya.
Lantas, Kapolres Polres Mimika ini mengumpulkan anggotanya kemudian dilaksanakan tindakan untuk mengatasi persoalan anak-anak yang memakai aibon. Langkah pertama, ia bawa anak itu ke toko tempat si anak itu membeli aibon.
Kemudian, Paulus mengajak dialog dengan pemilik toko. Intinya, bolehlah berdagang mencari penghidupan, tapi tolong juga perhatikan dampak apa yang timbul dari penjualan tersebut.
Panjang lebar Paulus mengingatkan.Iintinya, mencari penghidupan di tanah Papua tidak dilarang, namun mesti juga ikut andil berpartisipasi pada kehidupan masyarakat sekitar. Rupanya, si pemilik toko pun mengerti dan ia tidak lagi menjual aibon untuk disalahgunakan.
Baca juga: Paulus Waterpauw Menembus Rimba Menantang Gelombang
Selain itu, Paulus pun mengajak dialog pada pemerintah setempat. Bahkan ia mempertanyakan komitmen dan tanggung jawab pemimpin daerah terhadap nasib warganya.
Menurutnya, pemimpin tentu harus memperhatikan dan mampu mengatasi apapun persoalan yang terjadi di daerahnya.
Selain mengajak dialog dengan pemerintah, tindakan langsung pencegahan pun dilakukan. Setiap hari ia meraza dan menangkap anak-anak yang suka menghisap aibon.
Sejak saat itu hampir tiap hari ia berkeliling ke berbagai tempat anak-anak aibon ada sekitar 50 sampai 100 orang yang tertangkap dan kemudian dikumpulkan di aula Polres. Ia mendoktrin anak-anak, lalu masing-masing difoto, walau hanya pura-pura saja agar mereka merasa sudah diketahui jati dirinya.
Bapak sudah memotret kalian. Bapak tidak ingin melihat kau… kau… kau…! (ia sambil menunjuka muka anak-anak itu, red). Jadi kalau nanti bapak lihat lagi, harus tidur tiga malam di sini dan makan cuma satu kali dalam sehari semalam.
Menurut Paulus, itulah keluguan mereka. Tentu, tindakan seperti itu harus dilanjutkan dengan langkah berikutnya. Keesokan harinya, mereka dijemput orangtuanya. Karena Kapolres mempunyai komitmen diri dan kemanusiaan, saat mereka dipulang tetap diberikan uang buat biaya transport, transportasi.
Di depan orang tua mereka, Kapolres menasehati anak-anak, kalian suka melawan orangtua? suka mengatakan orangtua kuno? Suka mengatakan orang tua tidak mengerti? Katakan! Mulai sekarang Tuhan telah mengirim Pak Paulus untuk menangani masalah kalian. Ngert, jelas… ingat.., ingat itu..!’’.
Waktu terus berjalan, persoalan anak-anak aibon yang mengganggu mentalitas remaja Papua pun akhirnya mereda dan tidak terlihat lagi rupanya perubahan keadaan di Mimika. Terbitlah berita-berita yang salah satu isinya mewartakan cara Paulus menangani persoalan di Mimika, salah satunya mengatasi anak-anak aibon yang sering memresahkan orang tua dan masyarakat.
Rupanya tindakan Paulus seperti itu, menarik perhatian banyak pihak. Gara-garanya banyak orang tua yang datang ke Polres untuk sekedar mengucapkan terima kasih pada Kapolres. orang tua merasa terbantu dengan cara kepolisian mengatasi anak-anak mereka.
Anak yang biasanya jarang pulang, kini sering berada di rumah dan membantu orang tua. Anak-anak yang membandel kembali menjadi taat pada orang tua.Tidak hanya ujian datang dari orang tuanya, tapi juga dari para tokoh dan pemerintah setempat.
Mereka mengatakan Pak Kapolres hebat!! tapi di hadapan mereka justru Paulus mengatakan apanya yang hebat? Ini kan masalah mau atau tidaknya mengenai masalah itu, ini sangat mudah berarti selama ini tidak ada orang yang punya komitmen untuk memperbaiki masa depan anak-anak kita, Saya tidak mau dibilang hebat. Ini kan masalah moral saja. Kita bersaudara di sini.
Kok nggak ada pendidik yang peduli, nggak nggak ada polisi, pemerintah yang peduli di sini? apa kerjanya pemerintah disini?. Banyak komentar yang mengatakan, bahwa Paulus Waterpauw bekerja dan bertindak hebat.Aanggapan seperti itu bagi Paulus Waterpauw keliru.
Menurutnya, tindakannya tidak hebat karena hanya sekedar melaksanakan tugas. Perkataan hebat itu Paulus justru tersinggung karena pikirannya, selama ini hanya ingin peduli dengan anak-anak seperti itu. Mengapa, mereka sampai berperilaku seperti itu tanpa ada seorang pun yang bertindak? Kemana mereka yang selama ini memiliki kekuasaan dan wewenang untuk mengatasi masalah itu. Baginya, tindakannya bukan hal yang sulit dilakukan. Persoalannya adakah kemauan dan komitmen untuk warganya itu saja!
Bintang Langit Papua
Ketika menjabat Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Paulus Waterpauw berkesempatan menemui polisi cilik binaan Ditlantas Polda Papua Barat sat peresmian gedung Kantor Polda Papua Barat, Senin (29/1/2018) lalu. PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
Bagi Adit Edo Kondologit Paulus adalah bintang. “Iya Bintang Papua,” katanya. Di matanya penyanyi asal Papua ini memang pak polisi ini bagaikan bintang. Paulus waterpauw memang polisi berbintang Iya jendral yang di pundaknya terter tanda pangkat yang berbentuk bintang, namun bintang itupun bagi warga Papua, seperti bintang di langit yang tidak memilih memilah untuk menerangi alam sekitarnya.
Memang masih sering terjadi konflik. Keadaan seperti itu, bagi jenderal Paulus merupakan kenyataan yang mesti dihadapi.
Menurutnya, masalah utama adalah keinginan yang belum tersampaikan . Masalah keadilan, ketimpangan status sosial, dan hal-hal yang akhirnya menjadi konflik lebih sering berawal dari keadaan pribadi dan keluarga.
Saat seseorang merasakan ada keinginan yang belum tercapai, padahal di melihat keadaan yang jauh lebih baik daripada keadaan dirinya, bisa saja timbul perasaan kecewa. Hal itu pun bisa memicu pertikaian dengan pihak lain, baik yang dianggap sebagai penyebab atau hanya sebagai pelampiasan.
Menghadapi masalah seperti itu, Paulus Waterpauw lebih suka menyentuh perasaannya. Sebutkan hal-hal yang dianggap tidak sepantasnya dilakukan, seperti misalnya bentrok antar suku, maka masing-masing yang bertikai tersebut ia datangi. Mereka diajak dialog, didengarkan apa keinginan dan permasalahannya. lantas diselesaikan dengan cara mereka sendiri dengan cara adat. dan, kalau masih saja tidak bisa diselesaikan, tiba gilirannya untuk menegakkan hukum yang berlaku.
Paulus Waterpauw mendekati pihak-pihak yang masih saja mengibarkan bendera bintang kejora, ia sebagai penegak hukum tidak serta merta menindak mereka. Namun, terlebih dahulu mereka diajak dialog, disuruh mengeluarkan isi hati dan pendapatnya. Kemudian, setelah itu Paulus memberikan penjelasan akhirnya mereka pun mengerti dan menerima pandangan Paulus waterpauw.(rustam madubun)
Ini Riwayat Jabatan
- Pamapta Polresta Surabaya Timur Polda Jatim: 08—12—1987
- Wakasat Serse Polresta Surabaya Timur Polda Jatim: 27—12—1988
- Kanit Interkrim Sat IPP Polwiltabes Surabaya Polda Jatim: 12—12—1990
- Kasat Intelpam Polres Mojokerto Polda Jatim: 02—12—1992
- Kasat Ops Puskodalops Polda Kalteng: 27—12—1997
- Paban Muda Pada Paban IV/Kam Sintel Polri: 21—12—1998
- Kapolsek Metro Menteng Polres Metro Jakpus Polda Metro Jaya: 01—04—2000
- Kapuskodal Ops Polres Jakarta Pusat: 01—12—2000
- Wakapolres Tangerang Polda Metro Jaya: 05—09—2001
- Pamen Sespim Dediklat Polri: 08—05—2002
- Kapolres Mimika Polda Papua: 14—12—2002
- Kapolres Jayapura Kota Polda Papua: 21—10—2005
- Dir Reskrim Polda Papua: 17—02—2006
- Penyidik Utama TK II Dit III/Kor dan WWC Bareskrim Polri: 13—02—2009
- Widyaiswara Madya Sespim Polri: 24—08—2010
- Widyaiswara Madya Sespim Polri: 29—09—2010
- Wakapolda Papua:[2] 19—10—2011
- Kapolda Papua Barat: 19—12—2014
- Kapolda Papua: 30—07—2015
- Wakabaintelkam Polri: 18—04—2017
- Kapolda Sumatra Utara: 02—06—2017
- Tenaga Ahli Bidang Hukum dan HAM Lemhannas RI: 13—08—2018
- Analis Kebijakan Utama bidang Sespimti Sespim Lemdiklat Polri: 14—10—2018
- Kapolda Papua: 27—09—2019
- Kabaintelkam Polri: 18—02—2021[3]
- Deputi BNPP Kemendagri: 21—10—2021
- Penjabat Gubernur Papua Barat 12 Mei 2022
TANDA JASA
- Bintang Bhayangkara Pratama
- Bintang Bhayangkara Nararya
- Satyalancana Kesetiaan XXIV
- Satyalancana Kesetiaan XVI
- Satyalancana Kesetiaan VIII
- Satyalancana Jana Utama
- Satyalancana Ksatria Bhayangkara
- Satyalancana Karya Bhakti
- Satyalancana Bhakti Nusa
- Satyalancana Dharma Nusa
- Satyalancana Operasi Kepolisian
- Satyalancana GOM IX/Raksaka Dharma
- Satyalancana Dwidya Sistha.