Saya menyebutnya tangga seribu, salah satu spot wisata paling favorit yang dijajakai wisatwan di GBk Manokwari Selatan, kunjungan wista warga Manokwari paskah idul fitri, Sabtu (15/5/2021) PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Ransiki ibu kota dari Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat memiliki satu destinasi wisata lekatnya di tepian jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni.
Hamparan terbuka yang diapit dua bentang teluk di Kabupaten Manokwari Selatan itu untuk sementara masih menawarkan wisata alam yang cukup indah bagi wistawan pehobi memotret dan vloger di alam terbuka.
Namanya simpel, Gunung Botak saya pendekan menjadi (GBk) yang diambil dari huruf pertama kata “Gunung” serta huruf pertama dan terakhir dari kata “Botak”, GBk letaknya di arah Selatan Kabupaten Manokwari Selatan, wisata alam ini memang belum ada fasilitas kuliner dan penginap yang permanen apalagi representatif.
Tetapi letaknya di sisi bahu jalan dapat memanjakan mata kita menikmati birunya laut dengan karang dan dua bukit menjulang ke arah laut membuat GBk Mansel sebagai spot foto alam yang menakjubkan.
Waktu tempuh dengan moda transportasi darat dari Kota Manokwari mencapai 180an kilometer dengan durasi waktu dua jam jika kendaraan melaju dengan kecapatan 55 kilometer perjam. GBk memang terbilang cukup jauh dari pusat ibu kota Provinsi Papua Barat, Manokwari, bahkan melelahkan dan membosankan, lagi pula membuat lapar.
Walaupun jauh, tidak sedikit warga Manokwari menjadikan GBk Mansel destinasi untuk melepas kepenatan di akhir pekan atau libur hari-hari besar.
Saya merekomendasikan jika berwisata ke GBk Mansel lengkapi kuliner yang dibawah sendiri dari rumah, membawa tenda atau terpal yang dapat dijadikan atap pelindung dari sengatan ultra violet, karena belum ada penjual kuliner yang menjajakan makanan dan minuman ringan seprti soto, bakso, jus disana, hanya terdapat satu atau dua pedagang minuman dingin dan kelapa muda oleh warga setempat yang persediannya pun sangat terbatas.
Kegersangan tanpa tumbuhan pohon yang rindang membuat GBk Mansel terasa cukup panas, makanya saya merekomendasikan bawahlah terpal atau tenda untuk dijadikan pelindung jika ingin berlama-lama disana dan juga sebagai tikar pengalas kita untuk lesehan bersama keluarga.
Ada beberapa spot yang unik, saya menyebutnya tangga 1000 (karenat tangganya banyak skali, red) untuk mencapai bukit yang menjulang, disitu kita dapat meniktana keindahan pulau Mansel yang tampak dengan kasat mata seperti bukit tele tabis, karen tumbuh alang alang tanpa ada pepohon, mata kita kembali dimanjakan, terasa begitu indah lekukan-lekukan bukit yang terbungkus hijau rerumputan jika dipandang berlama-lama dan diabadikan dalam gambar atau visual.
Me and Wartawati Harian Tabura Pos Manokwari, Lala Fakaubun Sabtu (15/5/2021) di GBk Mansel. PAPUADALAMBERITA. FOTO: ADIT.
Selain GBk dan tangga 1000 satu lokasi wisata alam juga yang tidak jauh dari GBk Mansel warga Manokwari dan manokwari Selatan menyebutnya jembatan karena ada jembatan atau dermaga yang panjang bertepian ke darat, ada hamparan parkir kendaraan yang luas, di situ ada warung yang menjajakan kuliner ikan bakar, lokasi ini kita dapat bersentuhan dengan air laut karena di tepi laut, jarak tempuhnya dari GBK Mansel hanya 20 menit berkendaraan.
Di hari Raya Idul Fitri 2021 H ples tiga, saya bersama, sahabat La Ode Mursidin wartawan Radar Sorong, Lala wartawati dari Harian Tabura Pos serta Adit putra dari La Ode Mursidin Sabtu (15/5/2021) kami menjelajahi GBk Mansel.
Perjalanan kami tidak terlalu terasa penat atau kecapaian karena kendaraan yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan sedangan sehingga lebih santai sambil menikmati indahnya pesisir pantai Manokwari dan Manokwari Selatan.
Dua jam waktu tempuh Manokwari dan GBk Mansel telingan kami dimanjakan suara merdu dari album Nissa Sabyan, dengan irama gambus lagu solwat nabi membuat Adit dan Lala beberapa kali tertidur pulas dalam kendaraan.
Saya begitu menikmati perjalan itu karena sahabat saya Mursidin menyediakan minuman dingin dan kue rontar serta kue-kue lebaran dalam kendaraan yang kami tumpanggi, tak terasa sebungkus rokok yang ku bawa nyaris habis.
Siang sekitar pukul 13.45 WIT kendaraan pribadi yang disiter sendiri oleh sang ‘Sultan” (hehehehe) Mursidin menepi di bahu jalan yang menjadi parkiran kendaraan pengunjung di GBk Mansel.
Aksi foto, mencari spot alam terbuka pun di jajaki, tidak hanya naluri jurnalis kami keluar untuk melihat indahnya alam GBk Mansel, tetapi sang “Sultan” Mursidin beraksi dengan kameranya membuat vlog, maklum naluri Youtber nya “kambuh”.
Me, Lala and Mursidin Sabtu (15/5/2021) di GBk Mansel. PAPUADALAMBERITA. FOTO: ADIT
Cukup lama kami menikmati alam terbuka tanpa beban melihat pesona GBk Mansel, sambil memanjakan diri dengan foto selfi bergantian, foto-foto dan video dengan mencari berbagi spot, tak terasa memori card dan bateri di kamera miroles Fujifilm XA-5ku penuh dan haibs, haaaaa?
Indahnya GBk Mansel siang itu seakan menjadi magnet kuat membuat kami lupa kalau sudah begitu lapar dan haus. Satsatu-satunya kelapa muda yang di jajakan seorang ibu serta putranya menjadi hidangan penyangga perut kami di GBK, karena tidak ada pilihan kuliner lain disitu, apalagi mau menemukan secangkir kopi hangat atau jus dingin.
Empat jam perjalanan pulang dan pergi ke GBk Mansel berakhir dengan dinner (makan malam, red) di salah satu restoran di kota Manokwari.
Suasana terasa begitu romantis setalah ikan bubara, ikan merah, cumi bakar, ca kangkung yang dihdidangkan berbarengan dengan minuman jus jeruk, teh hangat kami santap dengan lahap. Sampai-sampai saya lupa mengabadikan moment makan malam bersama itu dengan foto selfie, hahahaha..(rustam madubun)