PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat Setian mengatakan, perkembangan perekonomian Papua Barat meski melambat, tetap tumbuh terjaga.
Hal tersebut disampaikannya Kepala KPw BI Provinsi Papua Barat, Setian saat menggelar Diseminasi Perekonomian Provinsi Papua Barat, Kamis (30/5/2024) di Manokwari.
Menurut Setian, ekonomi Papua Barat (masih termasuk Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan I 2024 tumbuh 2,27% (yoy), melambat dari triwulan IV 2024 yang tumbuh 5,89% (yoy).
‘’Pertumbuhan triwulan I terutama didukung oleh tingginya pertumbuhan Lapangan Usaha (LU) administrasi pemerintahan. Kinerja Ekspor dan Impor Papua Barat Ekspor luar negeri Papua Barat tetap tinggi, ditopang oleh ekspor Migas,’’ sebut Setian.
‘’Kinerja ekspor Papua Barat pada triwulan I 2024 lebih rendah dari triwulan IV 2023, sejalan dengan adanya maintenance pada Train LNG Tangguh yang menyebabkan penurunan ekspor migas pada bulan Februari 2024,’’ sambung Setian.
Lanjut setian, bahwa pada triwulan I 2024, Papua Barat mengalami neraca perdagangan positif, terutama berasal dari ekspor migas yakni Liquefied Natural Gas (LNG).
Setian juga melaporkan tentang perekonomian global, ketidakpastian global mereda sejalan dengan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate (FFR) di akhir tahun 2024 dan mulai menurunnya risiko ketegangan geopolitik.
Ia mengatakan, inflasi global pada April 2024 masih relatif tinggi, dipicu inflasi pada negara berkembang (Emerging Markets /EM) dan inflasi negara maju yang masih di atas target.
‘’Meski mengalami pelemahan nilai tukar dari tahun 2023, kinerja nilai tukar Rupiah relatif masih lebih baik dibanding negara Peers seperti Filipina, Korea Selatan, dan Thailand,’’ ujarnya.
Menurut Setian, untuk perekonomian domestic, ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 tumbuh kuat pada level 5,11% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,04% (yoy).
Peningkatan terutama didorong oleh permintaan domestik yang terjaga.
‘’Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan nasional, dan merupakan provinsi dengan pertumbuhan paling rendah kedua nasional,’’ jelas Setian.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional pada April 2024 sebesar 3,00% (yoy), masih berada pada rentang sasaran nasional dan lebih rendah dari bulan Maret yang sebesar 3,05% (yoy).(rustam madubun)