
PAPUADALAMBERITA.COM, MANOKWARI – Jatah pupuk bersubsidi pagi petani padi di Manokwari
dinilai masih sangat minim dan hal ini berdampak langsung pada pencapaian
target produksi beras di daerah tersebut.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Manokwari, Kukuh
Saptoyudho di Manokwari, Jumat, mengatakan, kebutuhan pupuk bersubsidi di
daerah ini mencapai 2.000 ton. Sementara jatah yang diterima hanya sekitar 600
ton pertahun.
“Sesuai Renstra target produksi padi kita seharusnya sudah 4,56, cuman
untuk mencapai itu harus kondisi ideal, pupuk harus tersedia, petani harus
mandiri dan lain sebagainya,” kata dia.
Selain minim, kata Kukuh, kedatangan pupuk ke daerah tersebut tidak sesuai
dengan jadwal musim tanam petani. Hal ini sangat berdampak bagi aktifitas
produksi padi di daerah ini.
Ia menjelaskan, setiap tahun seluruh daerah mengajukan rencana definitif
kebutuhan kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi kepada pemerintah provinsi.
Selanjutnya, Pemprov akan mengusulkan kepada Kementerian Pertanian.
RDKK yang diajukan Manokwari, katanya, sesuai dengan kebutuhan petani. Dia
berharap, Pemprov bisa turut memperjuangkan agar kebutuhan pupuk di daerah ini
terpenuhi.
“Kondisi cukup parah terjadi dua tahun lalu, sesuai SK Menteri yang baru
saat itu pencairan pupuk harus dilakukan setiap bulan. Di Manokwari, biasa
dilakukan saat musim tanam mau dilakukan, ini menjadi masalah,” ujarnya
lagi.
Saat itu, lanjut Kukuh, Manokwari dianggap tidak membutuhkan pupuk karena tidak
melakukan pencairan secara rutin setiap bulan. Lalu Pemprov mengalihkan jatah
pupuk ke daerah lain.
Persoalan lain selain pupuk, kata dia, yakni serangan hama dan jaringan irigasi
terutama di wilayah Distrik Masni. Terkait serangan hama, petani tidak
melaporkan hal itu kepada dinas.
“Dan mereka kebanyakan tidak mengobati melainkan memangkas habis seluruh
tanam padi. Cara ini kurang tepat. Harusnya melapor supaya kita turun
bantu,” katanya.
Untuk jaringan irigasi di wilayah Masni, petani selama ini hanya memanfaatkan
air hujan dari kali-kali kecil. Mereka belum menuai manfaat dari bendungan
sungai Wariori.
“Luas sawah di Masni mencapai 1.500 hektar. Air dari bendungan Wariori
belum masuk, intek dari bendungan menuju sawah-sawah petani masih kering,”
ujarnya lagi.(ant)