Kendalikan Asma Bronkial (Mengi/Sesak) Oleh (dr. Xaviera )
Papua Barat Juni 21, 2019 redaksi papua 0


PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Kali ini saya mengangkat topik menarik mengenai penyakit yang sering terjadi di masyarakat yaitu penyakit asma (sesak napas). Penyakit asma adalah peradangan kronis saluran napas yang ditandai dengan adanya mengi (napas berbunyi), batuk dan napas pendek. Gejala ini timbul berulang, terutama pada malam hari atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan yang menuju ke paru-paru.
Menurut data WHO, lebih dari 235 juta orang di dunia mengidap asma bronkial.
Asma masuk dalam lima besar penyebab kematian pada penyakit paru. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-20 sebagai negara dengan kasus kematian akibat asma bronkial yang terbanyak.
Pengertian Asma
Asma bronkial adalah kondisi medis yang menyebabkan jalan napas paru-paru membengkak dan menyempit karena terjadi peradangan. Karena peradangan ini, jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk bernapas,yang menyebabkan mengi, batuk, dan napas pendek. Jenis asma ini tidak bisa disembuhkan dan gejalanya bisa muncul kapan saja tanpa terduga. Meski begitu, asma ini bisa dikendalikan dengan cara yang tepat agar tidak gampang kambuh.
Penyebab Asma
Penyebab asma tidak diketahui. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan turut berperan dalam perkembangan penyakit tersebut. Beberapa hal berikut dapat meningkatkan risiko Anda memiliki asma:
Riwayat keluarga. Jika salah satu orangtua Anda memiliki asma atau alergi rhinitis, ada kemungkinan 50% Anda terkena asma dan Jika kedua orang tua Anda sama-sama memilikinya,maka kemungkinannya meningkat menjadi 75% resiko anda terkena asma.
Polusi Udara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang tinggal di dekat jalan raya utama dan tempat tercemar lainnya lebih berisiko mendapatkan asma.
Pekerjaan tertentu. Sekitar 10% penderita asma mendapatkannya dari pekerjaan. Kondisi ini disebut asma kerja, beberapa contohnya antara lain: pekerja laboratorium bisa mendapatkan asma dari binatang laboratorium (tikus dan kelinci percobaan), pelukis semprot bisa mendapatkan asma dari zat isosianat, petugas kebersihan bisa mendapatkan asma dari butir debu, pemroses kepiting bisa mendapatkan asma dari debu kepiting.
Memiliki ibu atau ayah merokok saat masih dalam kandungan.
Aktifitas fisik (olahraga yang berlebihan memicu kambuhnya asma bagi penderita asma)
Udara dingin, Emosi tinggi dan stress pengawet yang ditambahkan pada makanan
Perjalanan Penyakit pada Asma

Pada penderita asma, saluran udara menjadi sangat sensitif. Saluran udara yang sangat sensitif itu dapat meradang, bengkak dan berlendir bila dipicu oleh kondisi tertentu. Otot-otot di sekitar saluran udara juga mengejang dan menciut, mengalami apa yang disebut bronkospasme.
Saluran udara yang menyempit oleh peradangan, lendir dan bronkospasme itu menyebabkan penderita mengalami sesak napas, sesak dada, mengi (napas berbunyi) dan batuk yang kadang-kadang disertai lendir. Sesak napas berlangsung selama suatu periode atau selama beraktivitas fisik.
Serangan asma dapat memiliki intensitas kuat atau lemah dan dapat menghilang untuk waktu yang lama sebelum timbul lagi. Serangan asma yang parah dapat menimbulkan kondisi yang disebut status asmatikus, yang ditandai oleh warna kulit kebiruan, napas tersengal, dada menggembung dengan bahu terangkat, lemas, kebingungan dan kegelisahan, cemas dan berdebar.
Tanda-tanda itu disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen ke dalam tubuh. Seorang pasien dalam status asmatikus harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Serangan asma dapat dipicu oleh alergi atau non-alergi. Sebagian besar kasus asma dipicu oleh alergi (70-80%). Asma alergi disebabkan oleh reaksi autoimun yang berlebihan. Alergi terhadap bulu hewan,tungau, debu, udara dingin, atau serbuk sari dapat memicu serangan asma.
Pada 20-30% kasus lainnya, serangan asma dipicu oleh reaksi non-alergi dan disebut asma intrinsik. Asma jenis ini tidak melibatkan sistem imun tubuh dan biasanya dimulai di usia dewasa. Olahraga, asap rokok, parfum, asap knalpot, kabut, makanan, stress, infeksi pernapasan (seperti flu dan pilek) dan obat-obatan tertentu dapat memicu serangan asma intrinsik.
Asma memengaruhi segala usia dan merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum. Asma alergik lebih umum di usia anak-anak, dan umumnya menghilang di usia dewasa. Asma secara umum lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, kecuali di usia muda, yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Pengobatan Asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut, diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penanganan terbaik asma adalah pencegahan keluhan. Oleh karena itu, penting untuk menghindari pencetus asma. Asma tidak dapat disembuhkan, tapi beberapa jenis obat dapat membantu untuk mengontrol dan meringankan gejalanya. Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen yang akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup penderita.(*/tam)

No comments so far.
Be first to leave comment below.