Papua Barat

Pesan Pangdam pada PWI Papua Barat, Media harus Cerdas, dan Tidak Beritikad Buruk

86
×

Pesan Pangdam pada PWI Papua Barat, Media harus Cerdas, dan Tidak Beritikad Buruk

Sebarkan artikel ini

Pangdam XVIII Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa SE, MTR (Han) pada pembukaan Konferensi II PWI Papua Barat, di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/12/2021). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

PAPUADALAMBERIAT.COM. MANOKWARI – Panglima Kodam (Pangdam) XIII Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, SE, MTR (Han) meminta insan pers yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat dapat mencerdaskan masyarakat Papua Barat, menyajikan berita tidak didasari dengan itikad buruk.

Baca Juga: Konferensi II PWI Papua Barat, Atal Depari: Anggota PWI Dilarang Jadi Pengurus Partai Politik 

‘’Kita (wartawan, red) itu mendesain sesuatu agar berubah menjadi baik, dan ini tercantum dalam arahan nasional bagaimana kita (wartawan, red) mencerdaskan bangsa, melalui wartawan, melalui berita-berita yang rekan-rekan sampaikan bisa mencerdaskan bangsa ini,’’ ucao Mayjen I Nyoman Cantiasa ketika memberikan pencerahan pada Open Serimoni Konferensi II PWI Papua Barat 2021 di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/11/2021).

Dihadapan undangan, Ketua PWI Papua Barat, Bustam, Ketua Dewan Kehormatan PWI Papua Barat, Key Tokan Abdulasis, jurnalis  serta pengurus PWI Papua Barat, Panglima Kodam Kasuari mengatakan, tugas wartawan hampir sama beratnya dengan tugas-tugas TNI.

‘’Kita sama-sama sebagai komponen bangsa membangun Papua Barat, saya melihat tugas rekan-rekan cukup berat, bagaimana harus mengedukasi masyarakatmenyajikan berita-berita yang sehat. Jangan sampai masyarakat kita sesat membaca beritayang begitu banyak, karena banyak sekali perkembangan media,’’ kata Pangdam.

Wartawan sebagai agen perubahan, apa yang ditulis, pena lebih tajam dibanding amunisi. Pena lebih berbahaya dibanding peluru, peluru sasarannya satu orang, tetapi tulisan wartawan, tulisan jurnalistik yang baca bisa sepuluh (10), seratus (100), seribu (1.000),  bahkan jutaan orang, jadi begitu banyak sasaranyang tertangkap di sana.

Pangdam XVIII Kasuari, Asisten I Setda Papua Barat, Kajati Papua Barat, Ketua PWI Papua Barat, Kabid Humas Polda Papua Barat, Ketua Dewan Kehormatan PWI Papua Barat Konferensi II PWI Papua Barat, di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/12/2021). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

‘’Nah kalau senjata (tulisan, red), pena ini salah yang menggunakan, membuat narasi yang menyesatkan, selesai sudah! Jangan sampai kita menyesal memberitakan, membuat masyarakat menjadi korban, masyarakat diadu domba, cukup berat tugas rekan-rekan semua,’’ akui Pangdam yang mantan Danjend Kopassus ini.

‘’Jujur, saya tadi tanya apakah Persatuan Wartawan Indonesia ini organisasi massa?  bukan,  ternyata organisasi profesi. Profesi itu amanah dari Tuhan, kita menjadi pers, menjadi wartawan, apa yang bapak ibu kerjakan karya-karya ini, Tuhan hadir,’’ ujar I Nyoman Cantiasa.

Pangdam ketiga di Kodam XVIII Kasuari, setelah Mayjen TNI (pur) O Wayangaku dan Mayjen TNI (pur) Ali Hamdan Bogra ini menyebutkan, dalam perjalanan sebagai wartawan banyak hal yang mungkin tidak terdukung, itulah tantangan, ujian bagi wartawan.

‘’Rekan-rekan harus masuk, misalnya ada kejadian, insiden di daerah konflik, atau mungkin dimasa pandemi COVID-19. Teman-teman harus masuk kesana mencari berita, jadi ada suasana dimana kita harus rasa rela berkorban mencari informasi, mencari data, berjibaku dengan situasi mencekam daerah konflik,’’ tambhtambah Pangdam mencontohkan.

Ketua panitia menyerahkan rekomendasi konferensi Konferensi II PWI Papua Barat kepada Ketua PWI PApua Barat, di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/12/2021). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

‘’Teman-teman masuk ke pedalaman itu membawa resiko, beda dengan aparat, ada rompi anti peluru,  kan wartawan tidak ada. Tetapi namanya peluru tidak mengenal nama, jadi sangat berat, disamping itu adalah amanah, tantangan dalam tugas-tugas,’’ sebut lulusan terbaik AKMIL ’90 peraih predikat Adhi Makayasa.

Wartawan, dan inspers Papua Barat, Pangdam mengingatkan, membawa tugas moral, yaitu menyajikan berita sehat, bagaimana meningkatkan berita berkualitas yang membuat masyarakat membaca menjadi kehidupan terbaik,  bukan bagaimana masyarakat menjadi resah.

Kemudian juga, jenderal bintang dua ini menyentil peran media yang memberikan pendidikan politik bagi masyaraka. Karena terkadang ada bahasa Bad news is good news (kabarburuk itu adalah berita bagus red), kalau bad news is good news, itu berbahaya!

‘’Apa yang terjadi? Akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat. Saya selama bertugas di tanah Papua ini masyarakat kita sangat sederhana. Ini panedmi sulit kita mengajak masyarakat untuk vaksin, sangat sulit sekali. Saya dinas di mana-mana di Indonesia, menyampaikan hal di sini (Papua Barat, red) butuh pembinaan, butuh sosialisasi, butuh pendampingan, butuh diawasi, mengkritisi tidak apa-apa,’’  tekan I Nyoman.

‘’Itulah situasi yang ada, berbeda wartawan di Papua dengan wartawan di luar Papua. Saya merasakan wartawan di Jakarta, dengan wartawan di daerah konflik berbeda, tantangannya beda, suasananya kebatinanan berbeda. Tidak bisa kita samakan, makanya cukup berat teman-teman sebagai seorang wartawan, profesi anda di sini merupakan amanah dari Tuhan. Saya sangat mengerti  kondisi itu,’’ akui Pangdam.

Pengurus PWI Papua Barat pada Konferensi II PWI Papua Barat, di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/12/2021). PAPUADALAMBERITA. FOTO: PANITIA KONFERENSI PWI 2021

Mantan Danrem Biak ini juga menyetir, bahwa kebebasan pers memang kita diberikan kemudahan, tolong jaangan disalahgunakan, saya titip kepada rekan-rekan wartawan harus mampu melawan berita-berita hoax (berita bohong, red). Kalau tidak kasihan masyarakat, masyarakat karena itu saudara-saudara juga.

‘’Ini daerah “konflik” yang tadi saya sampaikan, sama, saya memimpin pasukan di sini juga hati-hati. Saya merasakan beda dengan memimpin pasukan di luar. Harus banyak pembinaan, tetapi kalau jadi, jadi benar,’’ ungkapnya.

‘’Ini 1.000 Bintara TNI Otsusu saya pantau benar selama pendidikan di Jawa, Puji Tuhan apa yang kita rekrut, kita seleksi, mereka di Jawa sana sampai hari ini tidak membuat pelanggaran, Puji Tuhan, kalau kita didik dengan baik, kita doktrin dengan mereka akan baik,’’ sambung Pangdam lagi.

Empat ketua bidang bersama Ketua PWI Papua Barat (tengah) Konferensi II PWI Papua Barat, di Hotel Aston Manokwari, Jumat (10/12/2021). PAPUADALAMBERITA. FOTO: PANITIA KONFERENSI PWI 2021

Panagdam yang seangkatan (angkatan “90, red) saat pendidikan AKABRI bersama Kapolda Papua Barat Irjen Pol Tornagogo Sihombing ini mengingatkan insan Pers Papua Barat, bahwa seorang wartawan harus independen, dan tetap memegang kode etik jurnalistik. Independen berarti dalam penyajian berita harus adil, berimbang, akurat. Tidak beritikad buruk, wartawan itu independen, wartawan tidak berpihak manapun, wartawan harus menyajikan berita-berita berimbang.

‘’Nanti masyarakat yang berpikir (menilai, red) mana yang benar mana yang tidak, wartawan menyajikan berita yang benar dimana wartawan tidak mencampur opini, karena narasumber itu siap untuk berbicara apa saja, terkadang banyak yang menggiring opini seperti memaksakan,’’ pesan Cantiasa.

Pejabat berbicara sebagai narasumber, wartawan dengarkan, tergantung kita (wartawan, red) memasarkan untuk menggiring opini apa yang menjadi ide kita, atau mungkin dia bersalah, kita langsung memiliki opini yang salah. Karena setiap orang memiliki asas praduga tidak bersalah, kalau kita harus konfirmasi, klarifikasi silakan berbicara.

‘’Independent sangat penting, karena asas-asas tadi harus ditegakan, wartawan harus menguji setiap informasi yang diterima,’’ pesan Pangdam Kasuari yang disambut tepuk tangan undangan dan wartawan yang hadir saaat itu.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *