Artikel: Oleh rustam madubun
PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) momen penting negara demokratis dimana warga negara berhak memilih calon yang dianggap mampu mewakili kepentingan dan aspirasi mereka.
Namun, fenomena kotak kosong muncul dalam pemilihan kepala daerah di Papua Barat dan Kabupaten Manokwari waktu belakangan ini.
Kotak kosong merujuk pada situasi di mana tidak ada calon yang memenuhi syarat atau tidak ada calon yang dianggap baik oleh partainya dan pemilih.
Munculnya kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah menimbulkan dilema bagi pemilih. Bagaimana mengambil keputusan saat tidak ada calon yang memenuhi harapan?
Inilah yang kemudian mendorong saya menulis artikel ini dengan judul “rekayasa perspektif dalam upaya mempengaruhi pemilih dan mengatasi fenomena kotak kosong”.
Rekayasa perspektif merupakan upaya untuk mengubah pandangan atau sikap individu melalui penggunaan teknik persuasif.
Dalam hal ini, rekayasa perspektif digunakan untuk mempengaruhi pemilih agar tetap memberikan suaranya meski dihadapkan dengan pilihan kotak kosong.
Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan menyoroti pentingnya partisipasi dalam proses pemilihan.
Calon kotak kosong yang ada seharusnya bukan alasan untuk tidak menggunakan hak suara. Melalui strategi ini, kampanye akan difokuskan pada pentingnya berpartisipasi dan memilih calon yang terbaik meski bukan yang ideal.
Selain itu, juga muncul strategi lainnya yang berfokus pada pencitraan pemilih. Rekayasa perspektif dilakukan dengan menciptakan persepsi bahwa suara pemilih memiliki dampak besar pada hasil pemilihan kepala daerah.
Dalam situasi kotak kosong, upaya ini dilakukan untuk memotivasi pemilih agar tetap menggunakan hak suaranya dengan keyakinan bahwa pilihannya akan berpengaruh signifikan pada hasil akhir.
Namun demikian, perlu diingat bahwa rekayasa perspektif dalam pengaruh pemilih hadapi kotak kosong haruslah dilakukan dengan cermat dan etis.
Semua informasi yang diberikan kepada pemilih haruslah factual, tidak mengada-ada.
Rekayasa perspektif yang dilakukan dengan tujuan manipulatif justru dapat menimbulkan efek negatif dan mengurangi kepercayaan pemilih pada proses demokrasi.
Dalam konteks transparansi dan integritas demokrasi, perlu ada upaya dari pihak terkait untuk mengatasi fenomena kotak kosong.
Partai politik, lembaga pemilihan, dan pemerintah dapat bersinergi memastikan ada calon yang berkualitas dan mewakili aspirasi pemilih yang datang dalam pemilihan.
Dengan demikian, pemilih tidak lagi dihadapkan pada dilema yang sulit saat melihat kotak kosong dalam surat suara.
Pemilihan umum dengan adanya kotak kosong bukanlah situasi ideal, namun rekayasa perspektif dapat menjadi salah satu upaya untuk menghadapinya.
Semua pihak terkait perlu bekerja sama untuk menciptakan kondisi di mana warga negara memiliki calon yang berkualitas dan dapat dipilih.
Hal ini penting untuk membangun demokrasi yang transparan, tanggap, dan mampu mewakili kepentingan segenap warga negara.(papuadalamberita)
Penulis: rustam madubun/pemred papuadalamberita.com