PAPUADALAMBERITA.COM.
JAKARTA – 81 orang warga Desa Sampuabalo,
Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, diperiksa dalam kasus
penyerangan dan pembakaran rumah Desa Gunung Jaya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat
Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, mereka dibawa ke Polda Sultra
melalui jalur laut untuk diperiksa penyidik terkait kasus penyerangan dan
pembakaran tersebut.
“Masyarakat yang diamankan masih berstatus terperiksa guna penyelidikan
dan penyidikan lebih lanjut,” kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta,
Sabtu.
Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui peran mereka masing-masing dan menelusuri
provokator terjadinya konflik dua desa itu.
“Nanti di Polda baru diperiksa, dan akan ketahuan siapa provokator dan
siapa ikut membakar, melempar, menganiaya,” kata Dedi.
Polisi pun menyita sejumlah barang bukti yang oleh para pelaku disembunyikan di
rumah warga diantaranya parang, tombak, pisau, badik dan busur.
“Barang bukti tersebut disimpan di sekitar rumah penduduk Desa Sampuabalo,”
katanya.
Menurut dia, situasi di Desa Gunung Jaya maupun di Desa Sampuabalo saat ini
sudah aman dan terkendali.
Ada sebanyak 290 personel Polri dari Polres Buton, Polres Baubau, Brimob Sultra
dan Brimob Batauga yang saat ini dikerahkan untuk menjaga keamanan kedua desa
itu.
Bentrok yang terjadi antara warga Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo di
Kabupaten Buton ini bermula dari aksi konvoi pemuda Desa Gunung Jaya
menggunakan sepeda motor melintasi Desa Sampuabalo pada Selasa (4/6).
Warga Desa Sampuabalo yang resah atas perilaku para pemuda tersebut bertambah
marah setelah pada Rabu (5/6) seorang pemuda desa Sampuabalo dipanah oleh
pemuda Gunung Jaya.
Akibat kejadian tersebut terjadilah penyerangan oleh warga Desa Sampuabalo ke
Desa Gunung Jaya yang menyebabkan puluhan rumah di Desa Gunung Jaya terbakar.
Pada keesokan harinya, Kamis (6/6), warga Desa Gunung Jaya melakukan serangan
balasan ke Desa Sampuabalo yang menyebabkan jatuhnya korban luka dan meninggal
dunia.
Bentrok kedua desa ini baru pertama kali terjadi karena sebelumnya belum pernah
terjadi konflik antar kedua desa.(ant/pdb)