Papua Barat

COVID-19: Ludanya Berbisa, Tetapi Lida Kita Jangan Berbusa Kriminalisasi Mereka

167
×

COVID-19: Ludanya Berbisa, Tetapi Lida Kita Jangan Berbusa Kriminalisasi Mereka

Sebarkan artikel ini
Print

H Mugiyono, S.Hut. FOTO: rustam madubun/papuadalamberita.com.

 PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI- CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19), nama ini begitu menyeramkan, Ia menjadi momok dan sangat ditakuti warga.

Bagaimana tidak, lewat percikan luda dan  bersin atau droplet seorang positif Corona bukan saja membuat seseorang tertular, tetapi dapat mematikan, nyawa bisa hilang sia-sia.

Kasusu di Papua Barat baru sembuh dua orang dari Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari, pasien positif di Papua Barat sampai Kamis (14/5/2020) sesuai data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVId-19 Papua Barat mencatat 70 orang positif dalam perawawatan intensif,  ini tersebar di Kabupaten Bintuni, Kota Sorong, Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Manokwari Selatan dan Fakfak.

Bahkan Corona telah merengut nyawa 11 penduduk di Papua Barat, dengan data akumulatif sembilan orang PDP dari Kota Sorong, satu pasien positif Kota Sorong dan satu pasien PDP dari Kabupaten Manokwari.

Sudah terjadi di Manokwari, warga yang terkonfirmasi COVID-19  dalam penderitaannya, menderita lagi karena menerima sanksi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, diusir, didemo masyarakat.

Anggota DPR Papua Barat, Haji Mugiyono, S.Hut merasa miris dan prhatin atas tindakan penolakan, diskiriminasi warga yang mengucilkan pasien positif COVID-19, namun anggota DPR Papua Barat dua priode ini juga tidak menyalahkan warga sepenuhnya, tetapi Ia menilai kurangnya pemahaman warga apa itu ODP, OTG, PDP, apa itu Corona, apa itu COVID-19, dan bagaimana peneluran dan pencegahaannya.

‘’Dilakukan edukasi sangat penting, edukasi kepada masyarakat secara luas dan pemerintah harus menggandeng,  mengajak semua stakeholder,  termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama yang punya pengaruh di masyarakat untuk  bersama-sama  dengan pemahaman yang sama memberikan edukasi kepada masyarakat,’’ jelas H Mugiyono S.Hut yang dihubunggi papuadalamberita.com, Kamis (14/5/2020) di Manokwari.

Mugiyono anggota DPR Papua Barat yang juga Ketua Partai Keadalian Sejahtera (PKS) Papua Barat mengatakan, di luar itu, selama ini sudah berjalan koordinasi dengan pemerintah daerah, bupati Kepala Distrik,  Lurah,  RT dan RW sangat penting.

‘’Karena mereka punya pengaruh tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda semua diajak bersama menyampaikan edukasi, memberikan dukungan, kepada masyarakat serta masyarakat akan paham apa itu ODP, OTG, PDP, COVID-19,’’ jelas Ketua BKPMRI Papua Barat yang mengakui masih terjadi kriminalisasi pasien positif COVID-19 walaupun tidak semuanya

Lebih lanjut Mugiyono mengatakan, pemerintah bisa bersama lembaga-lembaga masyarakat,  lembaga keagamaan yang punya eksistensi di masyarakat itu tidak salahnya juga diajak berbicara,  menyampaikan pesan-pesan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari COVID-19,  sekaligus diminta memberikan edukasi secara luas seperti .

Terkait warga yang memberikan pandangan mengucilkan pasien COVID-19, kata Mugiyono tidak bisa disalahkan juga.

‘’Kita tidak bisa menyalahkan warga yang masih berpikiran seperti itu, itu karena kurangnya informasi edukasi yang disampaikan kepada mereka.  Sehingga mereka masih mempunyai prasangka dan pemikiran berbeda yang seharusnya tidak dilakukan akhirnya muncul prasangka negatif,  dilakukan istilahnya mengajak atau memberikan bahasa  yang kurang benar kepada orang lain,’’ tambah Mugiyono.

Ia mengajak masyarakat untuk memahami dengan baik apa itu virus corona yang  disebut COVID-19 agar kemudian bisa memahami lebih jelas, lebih benar, tidak salah memberikan persepsi terhadap orang yang sudah positif COVID-19.

‘’Karena kasihan dia (pasien positif) juga bagian dari korban,  dia tidak ingin menjadi pasien COVID-19 akhirnya mendapat perlakuan diskriminatif, terangnya.

‘’Menurut saya juga oleh sebab itu sudah ada positif menjadi negatif, sudah dibebaskan kembalikan ke keluarga. Mari kita terima mereka sebagai saudara kita,  jangan dikucilkan, mereka sudah sehat, mereka juga perlu dukungan dan doa dari kita semua agar kemudian bisa bersosialisasi di masyarakat,’’ tambahnya.

Mugiyono mengajakan warga berikan dukungan kepada pasien masih di karantina untuk sabar, mengikuti langkah paramedic, untuk sabar menunggu sampai benar-benar sehat kemudian bisa terbebas dari virus Corona ini dan kemudian kembali ke keluarga.

‘’Kita yang tidak kena virus memberikan support kepada mereka, kalau ada sedikit kelebihan dan kekurangan tidak ada salahnya kita bantu mereka atau keluarganya  atau mungkin paramedis butuh dukungan,  karena para medis juga menjadi orang yang berpeluang besar terjangkit wabah karena dia selalu bersentuhan dengan semua pasien,’’ urai Mugiyono.

Ludanya yang keluar sebagai droplet terbilang berbisa, karena bisa tertular dan mematikan, namun lida kita tidak berbusa (terus menerus) menjadi pisau mengkriminalisasi mereka penderita COVID-19.

Menurut Mugiyono dengan dukungan masyarakat sekitar, justru kemungkinan warga positif Covid-19 untuk sembuh semakin tinggi.  Karena kalau dikucilkan justru akan membuat depresi, imunitas tubuh turun dan berbahaya.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *