Bongkahan mobil sisa dari tanggal 19 Agustus 2019. FOTO: PAPUADALAMBERITA,COM/rustam madubun
19 Agustus telah usai, aku seperti tidak terurus, seakaan baru selesai bermain lumpur yang mengering, wajahku menyisahkan bekas luka bakar, hitam pekat dari bongkahan bakaran ban bekas, arang dan potongan-potongan poohon, sisa bangunan dan puing-puing tidak beratap mulai mengungkap mister cintaku kepada negeriku, ketika tubuhku tercabik, Indonesia merindukan romansaku, seperti romansa senja yang mau menjemput malam, romansa malam yang merindukan selimut sebagai pembalut yang dapat mengantar lelapku menanti fajar. Semuapun bertanya-tanya romantismeku meninggalkan cintaku entah bersama siapa di tanggal 19 Agustus yang kelam, akupun tak tau kepada siapa aku marah, aku tau aku salah, tetapi kenapa aku harus dimarah dengan kata yang latah dari kakaku yang seharusnya dia menciantaiku,melindungiku, tetapi dia baru sadar marahku membuat seisi rumahku menjadi tangisan, manokwari sayang manokwariku malang, berawal dari Malang berakhir di Manokwari .(rustam madubun agustus 2019)