Papua Barat

Gubernur Lepas Pengapalan Perdana Rumput Laut Kering Olahan Orang Asli Papua ke Surabaya

293
×

Gubernur Lepas Pengapalan Perdana Rumput Laut Kering Olahan Orang Asli Papua ke Surabaya

Sebarkan artikel ini
Print

Gubernur Papua Barat, PJS Bupati Teluk Wondama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat mengangkat satu karung rumput laut kering ke dalam kontainer menandai pengiriman dan pengapalan perdana rumput laut kering ke Surabaya, Selasa (27/10/2020). PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

Deputi Team Leader Ekonmi Hijau Alex Rumaseb, PJS Bupati Teluk Wondama Abdullatief Suaeri, Gubernur Papua Barat, Direktur UD Nadiva Surabaya, H Sairuddin Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daera Provinsi Papua Barat Charly D Heatubun Selasa (27/10/2020). PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Provinsi Papua Barat melakukan produksi perdana rumput laut dari Pelabuhan Manokwari, ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur Selasa (27/10/2020).

Pelepasan dan pengapalan perdana rumput lau hasil olahan Orang Asli Papua (OAP) dari Kabupaten Teluk Wondama ditandai dengan diberangkatnya satu container yang memuat 20 ton untuk bahan baku industry makanan

Pelepasan pengiriman perdana dilakukan Gubernur Papua Barat Drs Dominggus Mandacan, rumput laut itu akan diangkut dengan jasa kapal laut ke Surabaya.

Gubernur Papua Barat mengatakan, pembangunan berkelanjutan ini harus dilaksanakan pada semua aspek kehidupan termasuk upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan. Pembangunan yang berorientasi kepada keberlangsungan dan kepentingan generasi mendatang di masa depan adalah prioritas pemerintah provinsi di Papua Barat saat ini.

Gubernur Papua Barat saat menyampaikan sambutan pada pengapalan perdana rumput laut kering yang akan dikirim ke Surabaya, Selasa (27/10/2020). PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

‘’Komitmen tertuang dalam deklarasi provinsi konservasi 2015 dan deklarasi Manokwari 2018 sangat jelas memperlihatkan komitmen dan kemauan untuk berlaku bijaksana dalam mengelola sumber daya alam demi anak cucu di masa datang,’’ jelas Gubernur Papua Barat.

Gubernur melanjutkan, sebagaimana tertuang dalam Perdasus nomor 10 tahun 2019 tentang pembangunan berkelanjutan, bahwa pembangunan ekonomi diarahkan melalui pengembangan ekonomi hijau dengan menitikberatkan komoditas unggulan daerah non divestasi sebagai komoditas unggulan Papua Barat meliputi komoditi kakao, kopi, pala. Kelapa, rumput laut dan ekowisata.

‘’Hari ini kita kembali melakukan pelepasan dan pengapalan perdana produksi rumput laut merupakan komoditas unggulan daerah, walaupun dalam situasi pandemi COVID – 19, namun kegiatan ini mampu membawa optimisme,’’ ujar Dominggus.

Menurut Dominggus, sebelumnya pada Januari  2020 Ia telah melepas pengapalan perdana biji kering kakao Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan kualitas premium tujuan Eropa.

‘’Kita akan melepas rumput laut jenis sakol  20 ton produksi budi budi daya petani di Distrik Roon, Distrik Rumberpon , dan Distrik Yoswar Kabupaten Teluk Wondama,  ini bukti nyata, apa yang kita lakukan dengan sepenuh hati, keiklasan akan membuahkan hasil membanggakan, ’’ tegas Dominggus.

Lanjut Dominggus, bahwa bagaimana peran pemerintah pusat,  pemerintah daerah,  mitra pembangunan, program pembangunan ekonomi hijau, UD Naviva sebagai petani pembeli dan petani orang asli Papua yang mendapatkan pendampingan.

penandatanganan komitmen kerjasama program ekonomi Hijau dengan Kabupaten Teluk Wondama antara Ekonomi Hijau, UD Nadiva Surabaya dan Pemda Kabupaten Teluk Wondama, Selasa (27/10/2020). PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

‘’Pengembangan rumput laut komoditas lokal unggulan non divestasi di Papua Barat adalah program prioritas dan kebijakan utama pemerintah daerah Papua Barat dalam rangka pembangunan ekonomi hijau berkelanjutan. Rencana pembangunan komunitas menjadi perhatian dan telah disusun dalam desain investasi  hijau Papua Barat dan peta jalan pengembangan komunitas unggulan non divestasi,’’ ungkap gubernur.

Ia mengatakan, telah memerintahkan dibentuk satan tugas komoditi unggulan,  termasuk komoditi rumput laut beranggotakan dari sektor hulu sampai hilir, termasuk anggotanya adalah mitra pembangunan program pengembangan ekonomi hijau.

Kata gubernur hal yang perlu diperhatikan terkait itu adalah:  Pertama untuk lebih meningkatkan hasil produksi dan nilai tambah produk rumput laut perlu segera disusun rencana induk pengembangan dari dan rencana usaha  sehingga lebih terarah,  efisien dan efektif.

‘’Untuk  pengembangan komoditas ini kepada OPD teknis di pemerintah Papua Barat dan kabupaten Teluk Wondama mengambil peran lebih besar dalam pembinaan petani rumput laut orang asli Papua,  sehingga akan lebih cepat peningkatan produksi,  pendapatan dan kesejahteraan,’’ ungkapnya.

Kepada perbankan gubernur mohon bantuan memberikan asistensi peningkatan kapasitas petani dan permodalan  dalam usaha budidaya rumput laut dan perlu didukung semua pihak untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan ekonomi kreatif dan inovatif,  terutama di kalangan petani dan nelayan yang membudidayakan rumput laut ,  juga memperbaiki rantai pasok sehingga lebih murah biaya pengiriman, distribusinya dan akan meningkatkan harga produksi ditingkat petani.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daera Provinsi Papua Barat Charly D Heatubun Selasa (27/10/2020). PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daera Provinsi Papua Barat, Prof, DR Charly D Heatubun,  S.Hut, M.Si dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari komitmen pengembangan ekonomi hijau berbasis komoditas unggulan daerah yang diamanatkan dalam deklarasi Manokwari hasil konferensi internasional keaneka ragaman hayati,  ekowisata dan ekonomi kreatif ICBI 2018.

Hetabun mengatakan, pemerintah Kerajaan Inggris berkomitmen membantu provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp400 miliar dan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat tinggi investasi hijau di Sorong,  dengan program pengembangan ekonomi hijau sebagai implementator dari  MoU  tersebut  antara pemerintah Inggris (UKCCU) dengan  Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal dengan durasi tiga tahun.

Kedua produksi rumput laut yang dikapalkan tujuan Surabaya 20 ton hasil produksi petani orang asli Papua di kampung Yende, Kampung Mena dan Kampung  Niyap Distrik Roon, juga Kampung Yembe Kiri, Kampung  Nusrowi , Kampung  Isenebuay  Distrik Rumberpon dan Kampung  Yomber Distrik Yoswar,  Kabupaten Teluk Wondama. Yang sebelumnya telah berproduksi 85,5 ton hasil uji coba yang juga sudah didistribusikan.

Ketiga harga rumput laut di petani di kampung sebesar Rp6.000 per kilogram harga jual di Surbaya Rp18.000 per kilo per kilogram. Sehingga dengan hasil jual 20 tahun pada hari ini ada total uang beredar Rp120. 000. 000 di kampung-kampung tadi.

Acara pengiriman perdana ini dilanjutkan penandatanganan komitmen kerjasama Program ekonomi Hijau dengan Kabupaten Teluk Wondama, serta expose produk turunan rumput laut berupa aneka makanan ringan atau snack yang berasal dari rumput laut di Mansinam Beach Hotel.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *