Papua Barat

Rakerdasus PDI Perjuangan, Komarudin Bicara Kebenaran Politik, Kutip Tongkat Nabi Musa

708
×

Rakerdasus PDI Perjuangan, Komarudin Bicara Kebenaran Politik, Kutip Tongkat Nabi Musa

Sebarkan artikel ini
Komarudin Watubun, SH, MH dalam pidato politiknya di Hotel Aston Manokwari, Rabu (19/6/2024). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
Print

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Ketua DPP PDI Perjuangan  Bidang Kehormatan Komarudin Watubun, SH, MH, bicara tentang Satyam Eva Jayata atau Kebenaran Pasti Menang, sebagai tema dalam Rapat Kerja Daearah Khusus (Rakerdasus) I PDI Perjuangan Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Komarudin juga menyingung soal kepimpinan, dengan mencontohkan Nabi Musa yang diberi kekuasaan memegang tongkat, tetapi nabi menggunakan tongkat itu pada tempat dan kegunaannya.

‘’Rekan-rekan sekalian kenapa tema ini muncul, karena kita dihadapkan pada situasi yang membutuhkan keberanian, kebenaran itu hanya bisa disalahkan, tetapi tidak bisa dikalahkan,’’ bakar Komarudin Watubun dalam pidato politiknya di Hotel Aston Manokwari, Rabu (19/6/2024).

‘’Jadi begini dia disalahkan karena kau berkuasa, jadi kau bisa rekayasa hukum, politik seperti Pemilihan umum (Pemilu) PDI Perjuangan dihajar, itu karena kau berkuasa, tapi kau tak bisa kalahkan dia, karena dia akan mencari jalannya itulah kebenaran,’’ sambung Komarudin yang disambut tepuk tangan riuh peserta Rakerdasus.

Komarudin Watubun, SH, MH didampingi Ketua, sekretaris bendahara PDI Perjuangan Papua Barat dan Papua Barat Daya saat membuka Rakerdasus I PDI Perjuangan Papua Barat dan Papua Barat Daya di Hotel Aston Manokwari, Rabu (19/6/2024). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Komarudin mencontohkan, dalam sejarah peradaban manusia, dari nabi ke nabi itu datang untuk mewartakan kebenaran, dan kebenaran itu selalu ada selama manusia ada.

‘’Nah pertanyaannya adalah.  Apakah kita mampu untuk mewujudkan kata-kata ini  (Satyam Eva Jayata,red) atau sekedar untuk menulis di depan kit,,’’ tanya Komarudin.

‘’Anda hari ini sebagai anggota PDI Perjuangan dituntut mewujudkan kata-kata itu (Satyam Eva Jayata,red) tidak sekedar menjadi kata-kata di setiap kegiatan,’’ tegas Komarudin.

Karena menurutnya, PDI Perjuangan itu telah mengalir darah pejuang, bukan dari abal-abal.

‘’Sejarah kita itu sejarah pejuang, partai didirikan Bung Karno sebelum Indonesia merdeka, dulunya namanya PNI, dari situ menggerakkan rakyat bersama, tentu partai lain, kemudian organisasi keagamaan berjuang bersama Indonesia merdeka,’’ jelas Komarudin.

Tetapi setelah merdeka tidak cukup, PDI Perjuangan masih mengalami lagi guncangan-goncangan, guncangan internal, ada guncangan yang paling berat setelah merdeka adalah peristiwa kuda tuli, peristiwa perpecahan PDI Perjuangan.

‘’Karena yang kita lawan itu tidak tanggung, Kita lawan kekuasaan otoriter orde baru, jadi hal begini, urusan sekarang itu kecil, bukan hal baru, saya minta anda boleh capek sebagai manusia, tetapi jangan pernah takut melawan,’’ pesan tegas Komarudin.

‘’Kalau kamu tidak bisa melawan itu bukan dari PDI Perjuangan,’’ sambugnya.

Komarudin pun mencontohkan yang sedang terjadi terkait KPK yang menyebut seakan melawan PDI Perjuangan.

Menurutnya, itu salah, Megawati waktu itu belum seperti begini melawan Orede Baru, apalagi seperti ini.

‘’Jadi fenomena akhir ini, itu lebih dari zaman orde baru, zaman orde baru waktu itu masih pakai otak, sekarang ini tidak, Pak Harto dulu kalau menghendaki sesuatu dia buat masuk dalam aturan, aturan resmi meski dibilang itu rekayasa,’’ ujar Komarudin.

Lanjut Dia, bahwa sekarang aturan dirubah untuk kepentingan, itu namanya zaman batu, PDI Perjuangan membutuhkan keberanian untuk tidak sekedar melawan.

‘’Saya selalu bilang begini, cerita tentang Nabi Musa, Nabi Musa itu Tuhan kasih kewenangan pegang tongkat, otoritasNya besar, tapi Ia hanya pakai dua kali, pakai belah batu, dan pakai potong laut merah menyeberang,’’ sebutnya.

‘’Karena Ia (Nabi Musa) tahu kekuasaan itu ada konsekuensinya, kayu sepotong itu Ia tidak pakai sembarang, dua kali saja dia gunakan seumur hidup,’’ jelas Komarudin.

‘’Tapi kita ini  jangankan pakai tongkat, tidak saja kita hajar kiri – kanan, apalagi pakai tongkat tiap hari kita babat orang dengan tongkat, jadi kekuasaan itu diberikan untuk apa, kapan dan kepentingannya untuk apa,’’ ujarnya tanya.

Sehingga kata Komarudin jangan urus keluarga juga pakai tongkat,  itu belum siap diberi amanah, tanggung jawab, dan tidak bisa diberikan kepada orang seperti ini.

‘’Ini ada kaitan dengan tema Satgam Eva Jayanti supaya teman-teman mengerti,’’ jelas Komarudin.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *