Papua Barat

Cahaya Bhayangkara untuk Anak Nelayan dari Wondama, Pernah Ditangkap Polisi, Ingin Jadi Polisi Lalu Lintas

102
×

Cahaya Bhayangkara untuk Anak Nelayan dari Wondama, Pernah Ditangkap Polisi, Ingin Jadi Polisi Lalu Lintas

Sebarkan artikel ini
Print

Bripda Moncex Ayomi dan Ayahnya Audi Ayomi seusai penutupan Binlat Polri Bintara Otsus di Polda Papua Barat, Selasa (25/1/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Dari 1.496 Bintara Polri tahun ajaran 2021 Polda Papua Barat yang masuk melalui jalur Afirmasi Otonomi Khusus (Otsus) salah satunya ada anak seorang nelayan, putra ketiga dari Audi Ayomi.

Remaja asal Kampung Tandia, Distrik Rasie, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, bersama ayahnya Audi Ayomi berdiri di antara ribuan Bintara Remaja di plataran upacara Polda Papua Barat mereka saling rangkul, tak ada foto selfi dari kamera seperti orang tua lainnya, karena tak punya HP android.

Tangannya menggenggam seikat buket, isinya bukan bunga ros merah merona atau setangkai mawar putih, tetapi ada lembar uang pecahan lima ribu rupia pemberian ayahnya di hari bahagia, penutupan Pembinaan dan Pelatihan (Binlat) wawasan kebangsaan. (saya meyakini bucket dibeli didepan gerbang Polda Papua Barat yang dijajahkan jasa penjual bunga, red).

‘’Waktu pelantikan di SPN Polda Jawa Tengah bapak tidak datang, karena suasana pandemi COVID-19,’’ ujar Bintara remaja Moncex Ayomi yang ditemui tiga wartawan seusai pelantikan di Polda Papua Barat, Selasa (25/1/2022) pagi.

Ayahnya, Audi Ayomi berbatik dasar  putih dengan tas noken dan bertopi tampak begitu haru bangga atas keberhasilan putranya menjadi Bintara Remaja Polri di Polda Papua Barat.

Suaranya serak, pelan nyaris tidak terdengar wartawan dan kalimat yang ducapkan  terputus-putus seakan tak tahan haru saat diwawancarai wartawan.

‘’Ompay,’’ sapa salah satu Instruktur Binlat IPDA Daniel memberi isyarat kepada Audi Ayomi untuk suaranya lebih diperjelas.

Ayahnya yang berpenampilan apa adanya tak seperti orang tua lainnya yang menghadiri penutupan dengan berjas, atau batik dengan kendaraan sewa atau kendaraan pribadi, Ia hanya menumpang jasa angkutan umum Ojek dari Manokwari ke Arfai.

Ia baru masuk halaman Polda Papua Barat ketika upcara usai, karena penutupan Binlat orang tua Bintara dibatasi, tak ada yang masuk ikut upcara karena suasana pendemi COVID-19, dan plataran Polda Papua Barat yang bakal tak mampu menampung ribuan orang.

Saya tak dapat membayangkan jika Polda Papua Barat menginjikan orang tua hadir pada penutupan Binlat, akan ada 2.992 orang tua ditambah 1.496 Bintara remaja berati ada 4.488 orang tumpelek blak di halaman Polda Papua Barat, sangat banyak.

‘’Bersyukur, terima kasih kepada Tuhan terutama, anak kami sudah begini jadi polisi, (suaranya pelan dan terputus putus, red)  Kami serahkan dia untuk menjaga negara dan rakyat kami,’’ ujar Ayahnya sambil menepuk punduk kiri putranya.

‘’Bapak sangat terharu skali,’’ sambung wartawan. ‘’ Saya terharu skali, bersyukur,’’ balasnya sambil melihat ke atas, (saat wawancara, Ia tak melihat wajah wartawan, red).

Bripda Moncex Ayomi dan Ayahnya Audi Ayomi yang ditemui wartawan seusai penutupan Binlat Polri Bintara Otsus di polda Papua Barat, Selasa 925/1/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: ISTIMEWA

Ketika ditanya asal daerah sang ayahnya pun tak kuasa menjawab Ia begitu haru, kemudian di jawab sang Bintar remaja kembangaan ayahnya.

‘’Dari Teluk Wondama, dari Kampung Tandia, siap, siap, ‘’ jawab Bripda Moncex. (Kampung Tandia cukup jauh dari Kota Wondama).

Dilantiknya Moncex menjadi brigadir dua polisi sebagai keluarga besara Bhayangkara seakan ada cahaya yang terpancar dalam keluarga Audia Ayomi, karena nasip Bripda Moncex lebih bersinar dari dua kakanya yang keseharian sebagai nelayan, mengikut jejak sang ayah mereka.

‘’Anak ketiga, dari tiga bersaudara, pertama dan kedua (kaka, dari Moncex, red) tidak kerja) sudah menikah, kerja nelayan,’’ ujar Birpda Mocenx yang diIakan ayahnya.

Bripda Moncex menuturkan Ia mengetahui ada penerima Bintara Otsus dari keluarga yang juga seorang anggota polisi di Wondama

‘’Dari ipar, kaka ipar yang kas tau (memberi tahu, red) ikut mendaftar dulu, dicoba dan mendaftar di Wondama, kata Bribpda Mocex yang tamatan SMK Negeri II Manokwari, SMP dan SD di Kampung Tandia.

Sebagai Calon Bintara jalur afirmas Otsus Moncex menyelesaikan pendidikan kepolisian di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Tengah, Purwokerto.

Sebagai anak asli Papua dari Kampung Tandia Teluk Wondama Ia mengaku tidak ada diskriminasi suku maupun ras yang diperoleh dari rekan-rekan lain di luar Papua Barat yang satu pendidikan bersamanya.

‘’Tidak ada, tidak ada,’’ ungkap Bripda Moncex menjawab pertanya wartawan.

Pesan singkat ayah pada putranya: ‘’Pesan saya untuk mereka, mereka tetap menjaga, melindungi masyarakat dan mereka, melihat masyarakat, menjaga masyarakat dari segala minuman keras (Miras),  begitupun untuk negara kita ini,’’ ujar Ayomi yang menjelaskan terus menepuk-nepuk putranya.

Penempatan dimana ini” ‘’Siap balik ke Teluk Wondama, siap balik ke Teluk Wondama,’’ tutur Bripda Moncex yang kelahiran 30 Juni 2000.

‘’Tadi Pak Kapolda berpesan untuk Bintara pegang dan simpan bendera merah putih hingga pensiun, itu kesan kamu bagaimana,’’ tanya wartawan.

‘’Siap akan dijaga,’’ jawab Bribpda Moncex Ayomi tegas.

Pesan Bribda Moncex pada generasi muda Teluk Wondama dan kesan pada kedua oarang paling dibanggakan, ayah dan ibunya:

‘’Selalu kompak, selalu belajar,  tidak putus asa, tetap semangat, ada tes harus ikut jangan lihat latar belakang dari orang tua,’’ ujar mengingatkan.

‘’Saya minta terima kasih buat bapak sama mama yang selama ini sudah menjaga saya, mendidik saya dari kecil sampai sekarang sudah menjadi seorang anggota Polri,  Terima kasih Bapak,’’ ucapnya sambil menatap ayahnya dengan sorotan mata yang senduh, seakan ia mau menteskan airmatanya. ‘’Terima kasih,’’ balas ayahnya sambil menepuk pundak anaknya.

Instruktur Binlat wawasan kebangsaan, IPDA Daniel K, Bripda Moncex Ayomi dan Ayahnya Audi Ayomi seusai penutupan Binlat Polri Bintara Otsus di polda Papua Barat, Selasa 925/1/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

Menjadi seorang polisi, bangga, karena diterima secara murni, keluarganya hanya membantu mencari ongkos foto copy administrasi, ongkos ojek saat mendaftar.

‘’Ada dibantu juga dari keluarga untuk fotokopi, yang lain tidak, untuk urus surat-surat itu saja dari keluarga, tinggal di Manokwari dengan nenek,’’ ujarnya.

‘’Gaji pertama mau kasih ke orang tua, mau balas kedua orang tua punya jasa,  bangga karena Bapak hari ini hadir, waktu pendidikan pelantikan dia tidak datang karena dilarang masih ada Covid, orang tua tidak sempat ke sana (SPN Jawa Tengah, red), ‘’ ucapnya.

Moncex tidak lagi masyarakat sipil, Moncex sudah menjadi milik negara kesatuan Indonesia, menjadi seorang anggota polisi dengan pangkat brigadir dua. Moncex mengaku ingin mendedikasikan dirinya di satuan polisi lalu lintas, karena ia pernah ditangkap polisi karena tidak pakai helem.

Ingin menjadi Polntas bukan karena dendam, pengalaman pernah ditilang membuat Ia ingin menegakan aturan lalu lintas pada masyarakat.

‘’Mau jadi polisi lalu lintas,’’ sambungya.

Kenapa pilih lalu lintas ?

‘’Dulu pernah dapat tangkap, karena tidak pakai helem,” ucapnya berjanji kesalahan itu tidak akan mau diulangi lagi.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *