Papua Barat

OPINI oleh *RUSTAM M: Tidak Ada Lagi Dusta Diantara Kita, Tinggal Menunggu Siapa Penghianat di 9 Desember

133
×

OPINI oleh *RUSTAM M: Tidak Ada Lagi Dusta Diantara Kita, Tinggal Menunggu Siapa Penghianat di 9 Desember

Sebarkan artikel ini
Print

Penulis, pemimpin redaksi papuadalamberita.com, rustam madubun. PAPUADALAMBERITA. FOTO: istimewa

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Data Satuan Tugas Percepatan Penanganan CoronaVirus Disease 2019 Papua Barat menunjukan orang tertular Corona terus bergerak naik, angka kesembuhan berjalan lambat, kematian terus bertambah.

Sampai Ahad 6 September 2020 angka positif di Papua Barat 908 orang atau 13, 6 persen, angka kesembuhan 622 orang atau 68,5 persen dan angka kematian 17 orang (dari 908 orang positif) adalah 1, 9 persen, ini seakan dilupakan.

Corona tidak lagi seksi dalam perdebatan masyarakat dari kaki lima hingga tingkat elite, dari politisi sampai birokrat, hanya tinggal kestabilan politik daerah, keamanan daerah dan ketertiban masyarakat yang terjaga karena kenetralan TNI dan Polri sebagai garda penjaga stabilitas bangsa.

Ditegah pandemi angka positif corona Papua Barat bukan lagi menjadi peredebatan prasyarat jadi atau tidak pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Papua Barat.

Buktinya 9 Desember 2020 dipastikan rakyat dianjurkan berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) mencari nama pilihannya untuk dicoblos mewakili dirinya mengatur strategi membangun daerah untuk kesejahteraan rakyat lebih baik lima tahun ke depan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sembilan (9) kabupaten di Papua Barat dengan tangan terbuka pada tanggal 4, 5. 6 September 2020 secara marathon telah menerima segala persyaratan bakal pasangan calon kepala daerah masing-masing.

Ibu kota Provinsi Papua Barat, Kabupaten Manokwari tampil dua pasangan terbaik, Sius Dowansiba – Mozes Rudy F Timisela, dan Hermus Indou-Edi Bodoyo oleh KPU dinyatakan sempurna, dua pasangan akan berburu suara siapa terbanyak di 9 Desember nanti

Dari Kabupaten Manokwari Selatan, petahana, Markus Waran-Wempi Weli Rengkung, Kabupaten Teluk Bintuni petahana Petrus Kasihiu dan Matret Kokop dan Ali Ibrahim Bauw – Yohanes Manibui akan berlomba mencuri hati rakyat, siapa yang paling dicintai.

Tampilnya empat kandidat dan pasangannya di tiga kabupaten telah menjawab teka-teki partai pengusung dan pendukung, tidak ada lagi dusta diantara partai yang selama ini menjadi perdebatan alot dimana mereka akan bersandar.

Ketika musim demokrasi, pemilihan kepala daerah atau waktunya pemilihan wakil rakyat untuk duduk di parlemen tiba, tidak terlepas dari hubungan emosional kultur, emosional agama, emosional partai, emosional pejabat, emosional kekerabatan.

Tahap berat pertama telah dilewati kandidat yaitu emosional partai, sebagai partai pendukung dan partai pengusung. Tetapi kewajiban partai tidak selesai dan habis disitu ketika KPU menyatakan berkasnya sempurna.

Partai masih memiliki tangungjawab besar kepada kandidat, bukan saja mencerahkan kadernya untuk memenangkan kandidatnya,  tetapi partai jangan lupa politik santun, naik tanpa menginjak, gagal tidak menghina dan anarkis.

Partai adalah lembaga, institusi, organisasi yang digerakan manusia secara individu, ketua partai bisa memberikan “fatwa” kita memilih dia karena kita pengusungnya. Tunggu dulu, dalam partai ada seribu otak dengan pemikiran berbeda dan benturan partai, yaitu kadernya.

Yakin? setiap kader loyal pada partainya? cerita “kampung tengah” menjadi jawaban penentu siapa pilih siapa di 9 Desember 2020. Mungkin saya akan kesampingan kepentingan partai demi kesejateraan hidup saya dan keluarga, berarti politik uang? Oh tidak, itu porsinya berbeda, serangan fajar (cerita usang dimusim panen politik).

Semoga pribahasa “tikus mati di lumbung padi” tidak terjadi, karena ada kata bijak “mengusir tikus dari dalam rumah tidak harus membakar rumah” cukup tikusnya diusir, bukan kah ini telah terjadi saat persiapan penentu siapa yang disusung siapa yang didukung?

Saya menjadi penghianat ketika kaki saya ada di dua kepentingan yang sama-sama mebesarkan saya, semisal saya duduk di parlemen karena bendara partai dan partai  itu mengusung kandidat “A”,  tetapi hubungan emosional kekerabatan, bisnis, atau organisasi yang saya geluti mengusung kandidat “B”.

Lantas, saya, istri atau suami, anak-anak (anak yang sudah memiliki hak pilih), keluarga, pekerja yang saya gaji kami harus memilih siapa?

Disitulah saya berhianat, karena tidak mungkin saya memilih keduanya, itu konyol namanya, pasti suara hangus. Fakta delimatis.

Menggalang, mendata, mendoktrin pemilih untuk mencoblos hanyalah soft opening, yang menjadi grand opening kemenangan adalah bagaimana menjaga keamanan masyarakat, karena akhir dari kemenangan pembangun politik yang demokrasi adalah keamanan masyarakat terjaga.

Ingat!, kemenagan tanpa stabilitas keamana masyarakat adalah sia sia, karena masyarakat sudah lelah dengan janji-janji dari tahun ke tahun, jangan lagi masyarakat dilibatkan dalam konflik politik, cukup sudah.

Sedangkan kekalahan dengan kegaduhan hanya akan menurunkan citra pemilik partai pengusung dan pendukung di masa mendatang yang selalu akan diingat masyarakat.

Bersukurlah jika menang, karena pemenang tidak mengetahui siapa yang memilihnya, tetapi pemilih mengetahui siapa yang dipilihnya.

Kalah juga bersukur karena sama-sama telah bertanding,  persoalan sportif atau tidak selama pertandingan bawalah ke “komisi pertandingan” pemilihan kepala daerah seperti Bawaslu dan KPU sebagai lembaga yang representatif sebagai dua lembaga yang telah memiliki kompetensi.

Belajarlah untuk tidak menghujat secara fisik, lalui jalur hukum, karena itu jauh lebih bermartab dari segalanya.

Kalu saya tidak suka padanya hendalah saya jangan memfitna mereka, kalau saya tidak mau mendukungnya saya tidak boleh mencela mereka. Karena andai mereka yang menjadi kepala daerah toh saya, keluarga dan kita semua juga ikut menikmati kebijkannya dan pemikirian selama kepemimpinnya. Disitulah mungkin saya mengatakan terima kasih Tuhan telah memberikan pemimpin daerah yang terbaik untuk membangun daerah kita. Percaya segala sesuatu yang terjadi bukan kebetulan, tetapi karena jalan Tuhan.(*penulis adalah pemimpin redaksi papuadalamberita.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *