Buku Biografi Paulus Waterpauw Jilid 2 (dua) yang ditulis dua wartawan senior Indonesia. FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
PAPUADALAMBEROITA.COM.MANOKWARI – Ensa Wiarna dan Rudi Hartono menulis dalam buku berjudul biografi dan pemikiran Paulus Waterpauw mengbadi dengan hati.
Dua wartawan senior Indonesia mewawancarai 13 tokoh Indonesia mulai dari Sumatera Utara hingga Provinsi Papua, mereka dari berbagai kalangan dan starata pendidikan yang berbeda, ada Rektor, sampai tokoh cendikiaswan muslim Papua, seperti Tony Wanggai, Toha Alhamdi ikut berpandangan tentang Waterpauw pemikiran dan gagasan.
Buku setebal 387 halaman berlisensi nomor ISBN978-623-429-019-8 saya baca, dan saya menangkap satu tokoh dari 13 tokoh, dari kalangan militer Indonesia yang kini berpangkat jenderal bintang satu alias Brigjen dari satuan elite TNI, Kopassus, juga ikut memberikan pandangan siapa itu Paulus Waterpauw.
Dari wawancara wartawan berasama jenderal Kopassus yang pernah menjabat Danrem 172 PWY Jayapura itu adalah Brigjen TNI lzak Pangemanan keduanya memberi judul Memiliki Naluri Kuat Menangkap Akar Permasalahan.
Anggota korps baret merah ini ternyata bukan orang baru di Papua, sebelum kenal dengan Waterpauw ketika Paulus Waterpauw menjabat Kapolres Jayapura (Kapolresta) tahun 2006, Isak bertugas di Papua sebagai Dansatgas Kopassus.
‘’Walaupun tidak banyak berhubungan, tapi tahu, bahwa peran beliau untuk menetralisir gerakan-gerakan yang membuat stabilitas keamanan terganggu khususnya di Jayapura yang saat itu, perannya sangat luar biasa,’’ ujar Isak Pangemanan.
Misalnya, pada tahun 2007-2008 keadaan Jayapura sangat kondusif. Hal demikian, karena dalam menangani situasi, atau saat menyelesaikan konflik, Waterpauw turun langsung ke lapangan dengan senantiasa menggunakan pikiran dan hati yang jernih.
‘’Beliau tegas menindak bersalah, tidak ragu-ragu, dan tanpa toleransi tatkala harus menegakkan hukum, dan kebenaran. Namun, penerapan aturan hukum pun senantiasa dengan menggunakan hati nurani. Beliau selalu berusaha untuk menyelami keinginan masyarakat, walaupun dalam konteks penegakan hukum,’’ kenang Brigjen Pangemanan.
Menurut Isak, pada tahun 2007-2008, kalau dibuka catatan yeng berkenaan dengan demo di Jayapura, nyaris tak ada. Kalaupun ada, hanya demo yang diikuti beberapa orang dan tidak sampai mengganggu ketertiban dan keamanan.
‘’Suatu ketika, pernah ada KNPB yang berdemo dengan menyalakan lilin di bundaran Abepura, Jayapura. Dan ternyata, pesertanya hanya tiga orang. Nah, itulah dampak dari penanganan keamanan ala pak Paulus Waterpauw,’’ tutur jenderal Kopassus itu.
‘’Kemudian saya tugas di tempat lain, dan baru bertemu dengan beliau ketika saya bertugas sebagai Dandrem. Sebelumnya, saya menjadi Dansatgas lagi, dan beliau menjabat Wakapolda. Nah, pada saat itu ada konflik di daerah llaga, pada saat pemilihan Willem Wandik sebagai calon Bupati Puncak,’’ kata dia.
‘’Saat itu beliau pun berangkat ke sana, dan mampu menyelesaikan permasalahan ter-sebut, sehingga situasi di llaga bisa dibilang kondusif,’’ sambung Isak mengenang nagka tegas Paulus Waterpauw.
Isak mengaku Ia banyak mendapat pembelajaran dari Paulus Waterpauw, bahwa hukum memang harus ditegakkan, aturan harus ditegakkan, tetapi harus juga menggunakan hati dan bisa mengerti permasalahan, sehingga dalam tindakan pun tidak salah mengambil keputusan.
‘’Setelah itu saya kembali lagi ke Jakarta untuk sekolah. Baru kembali lagi ke Papua menjadi Dandrindam, yang tidak banyak mengurusi masalah stabilitas keamanan, karena hanya sebagai kepala sekolah. Tapi, tentang kiprah beliau, saya banyak mendengar bagaimana beliau bertugas menjaga stabilitas keamanan di Papua,’’ tutur Brigjen Pangemanan.
Kata Isak Pangemanan bahwa Ia bertemu kembali secara intens dengan bersama Paulus Waterpauw, setelah dirinya menjabat Danrem sekarang. Pertama kali saat bersama-sama dalam kegiatan rapat penanganan Covid-19 saat itu.
‘’Beliau duduk di depan Pak Herman Asaribab (Alm). Tiba-tiba, beliau mengucapkan selamat datang kepada saya, karena beliau mengenal saya yang bolak-balik ke Papua. Saat itu, saya bilang, “Siap saya dukung!” Bapak Paulus Waterpauw itu figur yang tenang, tetapi keputusannya, pernyataannya mengena,’’ ceritanya..
Menurutnya, bahwa itu artinya, tatkala berbicara, menyampaikannya sangat tenang, tidak berapi-api, tidak emosional, dan membuat suasa adem, tetapi mengena kepada permasalahan yang sedang ditangani.
‘’Terakhir, saya mendampingi beliau saat terjadi pembakaran kantor di Keerom. Saat itu, saya mendapat perintah dari Pak Herman Asaribab untuk mendampingi beliau. Saya ke sana dan saya lihat sebagai seorang Kapolda beliau turun sampai langsung mengecek TKP, sampai menemukan suatu indikator-indikator yang perlu ditindak lanjuti oleh bawahannya,’’ jelas Pangemanan.
‘’Padahal bawahannya pun sudah di situ, saperti Kapolres disitu, Dirintelkam sudah disitu, amun beliau pun tetap langsung datang ke TKP. Saya pikir mernang beliau punya banyak pengalaman, ditunjang dengan insting yang kuat, sehingga beliau datang dan bisa melihat apa yang terjadi, insting beliau di lapangan begitu banyak. Saya pikir,’’sambungnya.
Ia merekomendasikan, agar pengalaman Paulus Waterpauw di lapangan seperti itu, perelu dijadikan referensi dalam penanganan masalah di Papua. Beliau Seorang Kapolda bintang 2 (dua), datang melihat yang tidak ditemukan oleh bawahannya, dan akhirnya bisa beliau temukan.
‘’Setelah itu, kami masuk ke ruang rapat di Pemda Keerom. Beliau tidak ada emosi sedikit pun, tenang sekali, tetapi penyampaian-penyampaiannya cukup mendasar dan mengena, sehingga anggota kepolisian yang hadir di situ,memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk menindaklanjuti apa yang harus dilakukan,’’ tutur Pangemanan..
‘’Dan, kepercayaan diri seperti itu timbul karena beliau mengarahkan betul tentang langkah-langkah berikutnya. Di situ, saya pribadi banyak belajar dari beliau,’’ tutur jenderal bintang satu Kopassus itu bangga.
Kemudian, kenang Danrem, berikutnya Ia diminta lagi ikut rapat bersama Paulus Waterpauw beliau berkenaan dengan masalah RDP. Di dinisini Ia kembali melihat seorang figur Paulus Waterpauw.
Kata Pangemanan Paulus waterpauw punya naluri yang bisa menangkap akar permasalahan dan mampu mencari solusi yang tepat.
‘’Saya pikir ini hikmah dari Tuhan Yang Mahakuasa kepada beliau, Saya pikir, tidak semua orang memiliki kemampuan seperti itu,’’ akui Isak Pangemanan.
Kembali tentang kedisiplinan beliau. Pak Paulus Waterpauw adalah sosok yang sangat disiplin dan mempunyai integritas. Misalnya, apabila beliau menghadiri rapat, namun (agak) terlambat, maka beliau pun minta maaf.
‘’Itu sebagai bukti integritas seorang pemimpin. Soalnya, jarang seorang pemimpin mau meminta maaf! Kemudian, disiplin beliau juga patut mendapat acungan jempol. Setahu saya, beliau luar biasa, karena setiap kegiatan, senantiasa hadir.
Beliau menyadari betul bahwa kehadirannya dibutuhkan. Pada saat rapat Covid, ketika pejabat yang lain, yang seharusnya hadir, mewakilkan pejabat lain, tapi Pak Paulus tidak demikian. Beliau tetap hadir walaupun meras bahwa forum tersebut terkesan kurang menghargai beliau sebagai Kapolda. Beliau bersama Pangdam hadir di acara tersebut, sementara pejabat daerah yang mestinya hadir, tapi tidak hadir di situ.
‘’Beliau tenang, di situlah saya melihat beliau memang benar-benar memiliki integritas. Beliau tahu, bahwa emosi, marah adalah bukan solusi. Dan beliau juga sangat tahu dengan kemarahan di situ, maka pihak lain akan mengukur kualitas kita.
Kemudian dengan internal mereka di kepolisian, walau saya tidak banyak tahu, tetapi dalam rapat-rapat yang terakhir di Keerom, beliau tahu pada saat kebakaran kantor di Keerom, saat itu Kapolres tidak ada di tempat, dan ketika beliau tanya di lapangan, “Kapolres ada dimana?
Saya ada disini!” Beliau tahu bahwa jawaban itu bohong. Tapi, beliau tidak marah. Kemudian saat rapat, beliau hanya bilang begini;
“Kalau Kapolres tidak tahu yah kita repot!” Nah, artinya kalau tidak di tempat, artinya tidak tahu, ini repot. Jadi cara menegur itu memang halus pakai perasaan tetapi orang yang di tegur itu pasti tahu, kalau Kapolres seperti itu, ya kita repot. Artinya, ia tidak pantas jadi Kapolres.
Kata dia, juga, dalam internal institusi seperti yang Ia bilang tadi, paulus Waterpauw selalu membangun komunikasi baik. Paulus mampu mengarahkan satu-satu. Satu orang bertanya, beliau kasih pertanyaan balik, menurut kamu bagaimana? Kemudian, beliau beri arahan sampai jelas apa yang harus dilakukan berikutnya. Ini luar biasa.
Paulus Waterpauw adalah seorang guru, seorang pemimpin, dan seorang bapak, itulah yang terlihat. Beliau selalu menempatkan diri pada posisinya. Misalnya, ketika kami bersarapan bersama-sama di rumah makan, beliau menempatkan diri bukan lagi sebagai Kapolda, tapi seperti sebagai teman. Paulus Waterpauw seorang figur yang luar biasa.
‘’Figur beliau sebagai tauladan, tentu saya berharap, disaat-saat kini di mana beliau tahun depan sudah pensiun, saya pikir beliau pantas mendapatkan bintang tiga,’’ tegasnya.
‘’Namun, di luar itu, saya pun sangat berharap dalam penanganan permasalahan Papua, tidak bisa melepaskan figur beliau. Karena harus akui, bahwa permasalahan di Papua banyak yang diselesaikannya dengan baik,’’ tuturnya.
Artinya, ke depan, Paulus Waterpauw dibutuhkan sebagai figur yang harus dilibatkan dalam penanganan di Papua.
‘’Ada kenangan yang selalu teringat di benak saya. Saat itu, di hari pertama saya dilantik jadi Komandan Korem 172/PWY, beliau mengajak saya untuk peletakan batu pertama pembangunan gereja di Koya,’’ kenangnya.
‘’Saya hadir dan lihat, sungguh luar biasa! Bukan karena beliau sebagai umat kristen, tetapi karena benar-benar melihat sesuai yang sangat dibutuhkan di tanah ini. Bahwa, keadaan gereja di Papua mempunyai peran yang sangat dominan,’’ tambahnya.
‘’Kemudian ketika menangani dampak Covid, besoknya saya diajak juga memberikan bantuan sampai ke Yokiwa. Saya yang baru menjabat pada saat itu, sempat kebingungan. Beliau memberikan bantuan banyak sekali sampai ke banyak tempat, seperti waktu itu satu hari terus-menerus tidak putus, sampai terakhir di Hamadi,’’ tambahnya.
Ia sampai Ttidak membayangkan, Paulus watwaterpauw sepertinya tidak punya rasa lelah. Karena bersama terus mengadakan perjalanan, tidak ber- henti, dan Paulus Waterpauw begitu sabar melaksanakan pekerjaan seperti itu. Dari raut wajahnya yang nampak bahagia, tenang, dan bicaranya tulus sekali untuk memberikan bantuan.
‘’Nah, kemudian setelah beliau melepas Satgas Covid di Polda, dan saat itu disampaikan sekian banyak
titik yang sudah diberikan bantuan, aduh saya jadi kecil sekali rasanya. Karena, memang saya harus banyak belajar tentang ketulusannya, keikhlasannya, dan pantang menyerahnya,’’ kata Pangemanan.
Lanjut Pangemanan, bahwa jika Paulus Waterpauw memandnag ada yang perlu didatangi, walaupun istilahnya ke lokasi harus naik pesawat kecil yang berbahaya, tapi Waterpauw ke sana juga.
‘’Saya pikir, mungkin beliau pun sudah tidak lagi memikirkan dirinya, tapi berpikir bagaimana permasalahan daerah harus selesai, dari situ, saya banyak belajar. Beliau cepat sekali bertindak! Saya pikir, kita harus punya pemimpin yang seperti itu,’’ jelas Pangemanan.
‘’Yang mampu menangkap apa yang dibutuhkan di lapangan. Tapi yang paling penting, yang sangat terkesan bagi saya, Beliau adalah sosok yang mampu mengkombinasikan antara pikiran dan hati, itu luar biasa,’’ tandasnya.
‘’Ini tidak gampang dilakukan sembarang orang, kecuali oleh orang yang punya hikmah seperti yang ada pada diri seorang Paulus Waterpauw,’’ tuturnya dalam buku pada halaman 333.(rustam Madubun)