Papua Barat

Relawan Pemilu Tanpa Finansial, Apakah Wajar?

66
×

Relawan Pemilu Tanpa Finansial, Apakah Wajar?

Sebarkan artikel ini
Print

ILUSTRASI FOTO: para relawan mengawasi penghitungan suara Pemilu di TPS Reremi Puncak Manokwari, pada April 2019. FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Empat bulan lagi tahun 2024, bulan Februari itu pemilihan umum (Pemilu).

Pemilu akan banyak calon legislatif (caleg), calon kepala negara dan wakilnya, calon gubernur dan wakilnya, calon bupati dan waakilnya calon walikota dan wakilnya  merekrut relawan.

Untuk membantu kampanye, pengawasan Pemilu adil dan jujur, demi kepentingan kursi bakal calon dan partainya.

Namun, bagi para calon legeslatif, kepala negara, kepala daerah jangan beranggapan, bahwa relawan berarti sukarela, yaitu orang  yang menjadi relawan tanpa menerima biaya relawan.

Karena mereka bukan relawan sosial, atau penanggulangan bencana, yang membantu dengan dasar kemanusian, tetapi, relawan Pemilu, adalah relawan yang menyokong kesuksesan seseorang untuk naik tahta dengan biaya politik besar.

Apakah relawan berrati sukarelawan tanpa finansial, apakah itu pendekatan yang benar ?

Mungkin dulu bisa, mungkin bagi yang keluarganya calon legeslatif, calon kepala daerah bisa, tetapi tidak bagi masyarakat lain yang tidak seidentias dengan para calon.

Saya berpendapat, semestinya menjadi relawan Pemilu adalah kesempatan individu berpartisipasi dalam proses demokrasi , dengan mempertimbangkan faktor finansial.

Mengharapkan imbalan materi sebagai insentif  bukan berarti bertentangan dengan semangat bela negara, tetapi calon legeslatif, calon kepala negara, calon kepala daerah perlu memperhatikan semangat kemanusiaan seorang relawan mengorban waktu, meninggalkan keluarga, dengan resiko tingga saat kampanye demi kursi untuk seorang calon.

Keterlibatan sebagai relawan Pemilu seharusnya tidak hanya didasarkan menyumbangkan kemampuan individu secara sukarela untuk kepentingan calon dan kemajuan demokrasi negara .

Tetapi, juga tidak ada alasan seorang relawan memperoleh upah, imbalan materi sebagai relawan yang relevan.

Pemilu saat penting bagi negara,  setiap warga negara harus mempunyai kepentingan sama memberikan kontribusi bagi pemilihan umum.

Menjadi relawan Pemilu memang tergantung biaya calon.

Apakah ini berarti hanya orang-orang yang banyak uang yang berpeluang memiliki banyak relawan?

Tidak juga, karena setiap calon legeslatif, calon kepala negara, calon kepala daerah di Pemilu sudah mengetahui, bahwa biaya politik di Pemilu memang ada dan besar.

Jika, jika ada calon beralasan ke relawan, bahwa Ia maju hanya modal nekat dan coba-coba, sebaiknya maju tapi tanpa dibantu relawan, karena relawan akan berkata tidak ada makan siang gratis bos, lagian kan kan cuman modal nekat dan coba-coba..

Relawan kenyang janji, jadi relawan tetap relawan, yang bakal calon harus semimbang, dermawan dalam pesta demokrasi, karena kerja relawan membuat sorang calon menjadi negarawan dan menjadi hartawan.

Melalui relawan aktif, seseorang dapat mengembangkan keterampilan, kemampuan kepemimpinan, memperluas wawasan politik, serta mendapatkan pengalaman dan kontrak yang berharga.

Namun, hal ini seharusnya terjadi dengan adanya imbalan finansial seimbang kepada relawan.

Oleh karena itu, bisa jadi Pemilu 2024 relawan akan bersatu dan menolak pendekatan, bahwa relawan itu sukarelawan, tanpa finasial untuk menyuseskan satu orang dalam pesata demokrasi yang ketat, penuh saingan politik.

Kita harus mempertahankan, memperhatikan relawan Pemilu dengan memandang biaya finansial, relawan memang menjunjung tinggi semangat demokrasi, memastikan mengawasi proses pemilihan umum berjalan adil, transparan.

Tetapi dalam kondisi perekonomian yang  penuh ketergantungan, penting bagi kita untuk mengingat kembali nilai-nilai demokrasi dan memperjuangkan kesetaraan dalam partisipasi politik dan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan relawan.

Kita harus sesuai dengan semangat kemajuan demokrasi, dan berkomitmen berkontribusi dalam proses Pemilu, tetapi juga tidak mengunakan relawan sekedar tenaga suakrela, relawan sudah rela berhadapan dengan masa, rela tenaga, waktu demi kursi untuk calon.

Maka calon juga harus menghargai perjuangan relawan yang bekerja untuk masa depan kamu lima tahun duduk dikursi empuk.(rustam madubun/pemred papuadalamberita.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *