Papua Barat

Tangisan Panjang Penulis Buku Abraham O Atururi Sang Jenderal Pejuang Sejati

479
×

Tangisan Panjang Penulis Buku Abraham O Atururi Sang Jenderal Pejuang Sejati

Sebarkan artikel ini
Print

Mendiang almarhum Brigjen TNI (MAR) (pur) Abraham Octavianus Atururi dalam persemayaman di rumah duka Valeria Jalan Bandara Taman Ria ManokwariPapua Barat. FOTO: papuadalamberita.com/rustam madubun

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Bukunya tujuh bab, 106 halaman mengisahkan memori bagaimana seorang pria pemlik nama lengkap Abraham Octavianus Ataruri sejak usia dini berjuang dari bangku sekolah hingga duduk dikursi nomor satu Irian Jaya Barat (kini Papua Barat).

“Kalau bukan sekarang, kapan lagi, kalau bukan kitorang siapa lagi” untaian Sembilan kata yang dirangkai menjadi kalimat adalah tageline  sebagai inspirasi membakar semangat masyarakat provinsi ke-33 di Indonesia menjadi tuan di negerinya sendiri,’’ ungkap penulis buku Bram, Rudolf Heli Kumubui dalam membuka kalimat pada Bab pertama kilasan Memori.

Jumat 20 September 2019 siang sekitar pukul 14.00 ada pelayat dari berbagai kalangan silih berganti memberikan ucapan duka cita yang mendalam kepada keluarga besar Atururi atas beruplangnya Gubernur Papua Barat Pertama Brigjen TNI (MAR) (pur) Abraham Octavianus Atururi.

Duduk depan mendiang almarhum sang istri tercinta Julieta Diana Ximenes, ia dapinggi beberapa putrinya serta keluarga dekatnya. Mata wanita asal Timor-Timor Dili ini sembab wajah sedih penuh haru.

Ucapan duka cita dari Gubernur Papua Barat dan Gubernur Papua. FOTO: papuadalamberita.com/rustam madubun

Dengan mengenakan hem kotak-kota berwarna unggu perlambang duka karena kepergian pria panutan, pria yang melindungginya, pria yang menjadi pahlawan tebaik dalam sejara merajut bahtra hidupnya, pria yang memberi segalanya semasa hidup.

Walau kesedihan panjang yang dialami ibu lima anak, tetapi Ia bersuaha untuk tegar, terlihat dari satu persatu pelayat menyalaminya memberi penguatan jiwa dan ucapan duka cita, Ia pun menerimanya. ‘’Terima kasih, terima kasih,’’ hanya itu yang terucap dari bibir Julieta saat menerima ucapan duka cita.

Dari kejahuaan duduk berhadapa dengan persemayaman almarhum ada seorang pria berpostur tinggi dengan melipat tangannya di dada, matanya sembab, ternyata setelah saya dekati Ia adalah penulis buku dengan judul Pejuang Sejati, Pembuat Sejarah (Politik Pembangunan Di Tanah Papua) Brigjen (MAR) (pur)  Abraham Octavianus Aturiri Gubernur Papua Barat Pertama, untaiaan kalimat itu terpampang di cover buku Abraham Aturi.

Baca juga: Perlancar Pemakaman Abraham Atururi, Satlantas Polda Papua Barat dan Polres Manokwari Lakukan Rekayasa Lalu Lintas

Baca juga: Jadwal Prosesi Pemakaman Abraham Atururi, Sebelum Missa Arwah, Almarhum Disemayamkan di Kantor Gubernur Papua Barat

Baca juga: Kapolri Kirim Duka Cita untuk Bram, Papan Ucapan Duka Berjejer Capai 350 Meter

Cover bergambar foto almarhum memakai pakain kenegaraan putih dengan topi pet itu berlatar belakang pulau Irian Jaya (Papua-Papua Barat) dengan ilustrasi benderah merah putih.

‘’Salamat siang,’’ ujar saya sambil menyalaminya. ‘’Salmat siang kaka,’’ balas Olis panggilan akrab penulis yang nama lengkapnya  Rudolf Heli Kumubui.

Setelah bersalaman saya pun terdiam, Olis tidak hanya meneteskan air mata sambil berkata, “Bapak kenapa cepat pergi, walapun bapak pergi bapak adalah yang terbaik,’’ ucapnya.

Namun selama wawancara bersama papuadalamberita.com penulis tidak henti-henti menagis penuh kesedihan. Sehingga wawancara terhenti beberapa kali.

Dengan suara yang serak, Olis berusaha menceritakan rencana bedah buku yang dalam goresannya kini tak kesempaiaan atas kepergian  seorang Bram Atururi.

‘’Rencanya pada tanggal 14 September 2019 mau bedah buku yang saya tulis tentang bapak Bram, namun pada tanggal 13 September bapak dirawat di rumah sakit, ‘’ cerita penulis yang juga wartawan senior di TVRI Papua kepada papuadalamberita.com yang ditemui di rumah duka Jumat itu.

Penulis, buku dan saya di rumah duka almarhum Brigjen TNI (MAR) (pur) Abraham Octavianus Atururi, di Jalan Bandara Taman Ria Manokwari Papua Barat. FOTO: papualamberita.com/fotoselfie rustam madubun

Buku yang mengungkapkan rasa bangga atas karya besar serta pengabdian tulus dari Bram Atururi selama 13 tahun menjadi nahkoda mebawa Provinsi Papua Barat.

‘’Dari pengalaman sebagai pamong selama 13 tahun memimpin Papua Barat  itulah saya sebagai penulis ingin mempersembahkan keberhasilan yang dikerjakan bapak Abrahm Atururi kepada semua insan yang membaca buku itu, dengan harapan menjadi nilai, membawa manfaat bagi anak-anak serta generasi di kepulauaan Doreri, Manokwari Papua Barat,’’ jelas Olis tentang tujuan menulis buku sang jenderal.

Dari pernikahan almarhum dengan gadis manis asal Timor Leste, Julieta Ximenes, Abraham Octavianus Atururi memiliki empat putrid an satu putra, yakni Elisabet Dirsya Natalia Atururi, Armi Ifana Dias Octaviana Atururi, Ursula Amada Pamela Autururi, Alieila Valeria Estelia Atururi dan anak paling bungsu (kelima) Israel Armindo Lambert Atururi.

Abraham O Atururi yang lahir di Niugunea Belanda pada 13 Oktober 1950 dari pasangan Lambert Atururi(alm) dan Elisabeth Numberi/Atururi (alm), almarhum adalah anak kedua setelah kakanya Lenorce Atururi.

Sejak terlahir almarhum hidup bersama kedua orang tuanya di kampung halaman Mariadei Kabupaten Serui Provinsi Papua. Diusia enam tahun, tahun 1956 ayahnya memasukan Bram di sekolah Belanda di Serui, yaitu Opleiding Voor Dorpshol (ODO) atau yang dikenal dengan Sekolah Rakyat (SR).

Usai mengikuti pendidikan di SR, Bram dikirim ke Biak Numfor untuk melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama, Bram dimasukan di SMP Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Biak. Tiga tahun tepat Bram lulus SMP dan melanjutkan ke SMA YPK Biak pada tahun 1963.

Mengantonggi Ijazah SMA kedua orang tuanya merestui Bram mengikuti tes Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dari matra laut (AAL) pada tahun 1970. Almarhum yang seangkatan bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhuyono, Joko Santoso Menkopolhukam di era SBY.

Penulis buku sang Jenderal, Brigjen TNI (MAR) (pur) Abraham Octavianus Atururi di rumah duka. FOTO: papuadalamberita.com/rustam madubuun

Sedangkan abangnya yang sedaerah dengannya Fredy Numberi merupakan kaka tingkat di AKABRI AAL, dan mantan Danjend Kopasus Prabowo Subianto adalah ade kelas setingkat dibawahnya, ketiganya merupaka siswa sekolah “pagi” julukan AKBARI murni dikalangan mereka.

Abraham Atururi dalam karirinya sebagai prajurit mariner hampir separoh dinasnya di militer dihabiskan dalam dunia intelijen, tugas-tugas intelenjen yang dipercayakan kepadanya mebuat Bram meljit hingga mencapai bintang satu TNI AL bersinar dipundaknya.

Tugas intelijen tidakhanya dilakoni di dalam negeri seperti di Timur-Timur, Irian Jaya, namun Tentara Nasional Indoenesia meberi tangungjawab besar untuk mengintai hingga ke negara-negara di Asia dan Afrika.

Itulah sepenggal cerita dari coretan tangan seorang jurnalis senior Olis yang mengisahkan dalam buku sang jenderal seorang Bram Atururi. Olis sangat terpukul atas kepergian prajuri baret unggu itu. Lantaran buku yang telah memperoleh persetujuan dan pengesahan dari almarhum serta istrinya mau dibedah, namun Tuhan berkehendak lain. Bram lebih awal meninggal semuanya menghadap sang khalik.

‘’Saya sangat terpukul, namun bukunya akan tetap dibedah dan dilucurkan, karena bapak sudah lihat bhukunya sudah setuju, tetapi kini telah tiada,’’ pintah Ois dengan mata berkaca-kaca sambil mengeluarkan satu bukunya kepada papuadalamberita.com.

‘’Kaka bawa buku ini baca-baca disitu ada kisah bapak Bram, jika ada kekuarangan nanti kaka bisa info ke saya kita sempurnaka sebelum dibedah,’’ jelas Olis sapan akrab penulis ketika menjadi wartawan saat itu.

Penulis adalah mantan wartawn TVRI Jayapura yang tengah mempersiapkan penelitiannya untuk merengkuh gelar doctor Ilmu sosial di Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura. Jalesveva Jaya Mahe. Selamat Jalan Jenderal.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *