Papua Barat

17 Tahun Lalu Dia Komandan Upacara di Istana, Besok Dia Irup di Sanggeng Manokwari

525
×

17 Tahun Lalu Dia Komandan Upacara di Istana, Besok Dia Irup di Sanggeng Manokwari

Sebarkan artikel ini
Print

Foto Paulus Waterpauw dalam bukunya saat tampil sebagai komandan upacara pada peringatan HUT Ke – 61 Republik Indonesia di Istana Negara. FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Pangkatnya waktu itu tiga melati di pundaknya, dalam kepolisian disebut komisaris besar (Kombes), jabatannya saat itu Direktur Reskrim Polda Papua.

Tuju belas tahun lalu atau pada 17 Agustus 2006 Paulus Waterpauw sebagai Komandan Upacara (Danup)  pada peringatan HUT Ke-61 di Istana negara dengan Irup Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Seluruh TV swasata dan pemerintah menyiarkan langsung, suaranya terdengar lantang, tegas, berwibawa, ternyata suara itu anak asli Papua Barat yang pada 17 Agustus 2023 akan menjadi Inspektur upcara di Stadion Sanggeng Manokwari, Papua Barat.

Untuk memperingati HUT-78 Kemerdekaan Republik Indonesia, tentu dia bukan lagi berpangkat Kombes, tapi sudah purnawirawan Polri.

Membanggakan Ia anak Papua pertama yang bertabur bintang di pundaknya, tiga bintang, alias Komjen.

Penampilan sebagai Irup di Stadion Sanggeng Manokwari 17 Agustus 2023 merupakan penampilan kedua setelah menjabat sebagai penjabat gubernur Papua Barat, sebelumnya tahun tahun 2022 Ia juga sebagai Irup di Sanggeng.

Kisahnya dinukil kembali papuadalamberita.com dari tulisan dua wartawan senior Ensa Wiarna dan Rudi Hartono dalam resensi buku Biografi dan jejak pemikiran Brigjen Pol Drs Paulus Waterpauw mengabdi dengan hati di halaman 76 sampai halaman 82.

“Siaappp,….grak!” Perintah semacam itu entah berapa ratus atau berapa ribu Paulus Waterpauw ucapkan. Namun, kali ini pada saat HUT ke-61 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2006, kata-kata itu mempunyai arti tersendiri.

Saat itu, siapa pun orangnya, betapa pun tinggi jabatannya, harus taat pada perintah. la memang dipercaya menjadi Komandan Upacara 17 Agustus, di Istana Negara, Jakarta.

Upacara 17 Agustus waktu itu sangat berkesan di hati Paulus Waterpauw. Pasalnya, karena memang tidak gampang mendapatkan kepercayaan menjadi komandan upacara di saat yang sangat istimewa bagi bangsa Indonesia. Yang menjadi inspektur upacara, tiada lain adalah Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono.

Di suatu sore, teleponnya berdering. Paulus pun merasa kaget, karena yang mengontak adalah pimpinan tertinggi di Kepolisian, Kapolri.

“Di mana?” “Saya di Bali Pak, sedang memimpin kontingen tim bola voli Papua,” jawabnya.

Saat itu, memang tim bola voli Papua sedang ikut seleksi PON wilayah VI di Bali.

Dan Paulus-lah sebagai pimpinannya. la memang gemar bermain bola voli, dan walaupun sudah tidak menjadi atlet, perhatiannya pada olah raga ini tetap tidak luntur.

Barulah Pak Kombes ini tahu bahwa ia mendapat tugas harus ikut seleksi komandan upacara pada acara Detik-detik Proklamasi di Istana Negara.

Baginya, perintah adalah perintah. Tak ada kata-kata lain selain, siap! Keesokan harinya, dari Bali terbang ke Jakarta.

Tidak ada persiapan apa-apa, termasuk seragam yang mesti harus dipakai saat seleksi.

Tiba di Jakarta, langsung ke Pasar Senen. Di sini, membeli segala yang dibutuhkan. Seperti sarung tangan, kaos kaki, celana, pedang, topi. Semua lengkap!

Tiba di Monumen Nasional (Monas) tempat seleksi berlangsung, nampak sudah ada para senior yang sama-sama akan ikut seleksi. Paulus mengenal mereka, namun tentu saja para seniornya tidak semua mengenal dirinya. Namun, ketika Paulus mendekat, dan terlihat berpangkat Kombes Pol, mereka pun menghormatinya.

“Bapak ini AKABRI angkatan berapa?”

“Siap! Saya angkatan ’87” kata Paulus.

“Wow…! Angkatan 87 sudah menjadi Kombes!” katanya seperti yang kaget.

Melihat yang ikut seleksi para senior, Paulus pun tahu diri. Pikirnya, ia datang hanya memenuhi perintah, dan boleh jadi hanya ikut meramaikan saja.

Kalau pengalaman menjadi komandan upacara tentu sudah biasa, termasuk pernah menjadi Komandan Brigade membawahi 4 batalyon, AD, AL, AU dan Polri ketika upacara Hari ABRI, 5 Oktober.

Jadi komandan, bagi Paulus memang biasa. Sering kali ia mendapat tugas menjadi komandan bila ada pejabat yang hadir ke AKPOL.

Oleh karena itu, cara memberikan aba-aba dan meneriakan perintah, baginya sudah biasa. la paham betul kapan bersuara keras, kapan harus bersuara panjang, bagaimana menggunakan hunus pedang, menggerakan topi, dan lain sebagainya.

Foto Paulus Waterpauw bersama Lodwick Ferderich Paulus keduanya dipercayakan negara sebagai komandan HUT RI 2006 di Istana Negara, membanggakan Paulus Waterpauw  ditunjuk sebagai Danup pagi. FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Ketika seleksi, empat penilai yang berpangkat mayor-mayor menghampiri Paulus, dan mengatakan agar mempertahankan prestasinya.

Semula pikirnya, hal itu hanya basa-basi saja yang mungkin juga disampaikan pada peserta lain, sebagai pembakar semangat. Tapi, ternyata saat pengumuman, apa yang dikatakan para penilai itu benar. Saat itu diumumkan, dua orang untuk Detik-detik Proklamasi, dua orang untuk penurunan bendera, dua untuk perenungan suci di Makam Pahlawan.

Paulus Waterpauw dan Lodewijk Freidrich Paulus, waktu itu Danrem di Jakarta Barat, menjadi komandan upacara detik-detik Proklamasi HUT RI ke-61 di Istana Negara, Jakarta.

Paulus Waterpauw dipercaya untuk menjadi komandan upacara penaikan bendera, dan temannya menjadi komandan Bagi Paulus, kepercayaan tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin.

Pikirnya, tidak boleh gagal. Karena yang là bawa bukan hanya untuk nama baik dirinya, tapi juga untuk institusi Polri, yang selalu ia banggakan.(rustam madububun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *