HUT Papua Barat
Papua Barat

19 Agustus 4 Tahun Lalu, Fajar Itu Berawal dari Timur

189
×

19 Agustus 4 Tahun Lalu, Fajar Itu Berawal dari Timur

Sebarkan artikel ini

Depan Toko Roti Abon Gulung Manokwari 19 Agustus 2019 lalu (kiri) dan Agustus 2023. FOTO: ISTIMEWA/RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Di pagi hari 19 Agustus 2019, seharusnya timur memberi harapan, bahwa kesejahteraan baru mau digapai menuju masa depan penuh cahaya.

Namun, puing reruntuhan gedung di ujung Jalan Siliwangi Manokwari menjadi kenyataan brutalnya peristiwa empat tahun lalu.

Baiknya diruntuhkan dipagari seng, sehingga menyembunyikan duka, dan kekumuhan kota ini.

Tak harus tunggu investor membelinya, tukar guling untuk dibangun pusat bisnis, dengan sendirinya sisa puing telah memberi penjelasan kepada setiap tamu, bahwa kurang perhatiannya pemerintah melihat keindahan kota Manokwari.

Kerusuhan menghancurkan jiwa, menyebabkan penderitaan panjang, 19 Agustus empat tahun lalu yang mencekam.

Hari itu banyak luka, di antara reruntuhan bencana yang kejam dari satu ujaran kebencian membuat jalanan yang dilalui ceria waktu itu hanya hancur berantakan.

Tertutup debu, asap, keluh kesah memenuhi udara, menyisakan harapan terpendam, Kantor DPR Papua Barat, bekas kantor gubernur, Billi Caffee pengelola roti abon gulung, kios, lapak, terbakar, kaca perkantoran, perbankan, rumah penduduka pecah di lempar masa, mobil hangus.

19 Agustus pagi, situasi belum panik, siang masa menyemut, dari Amban sampai Arfai jalan mulai sepih, toko, perkantoran tutup, anak sekolah terlanjur sekolah terperangkap macet, kendaran tak ada, orang tua panik.

Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani SH, MSI mau memimpin upacara peringatan hari Pramuka di Lapangan Borasi Manokwari panik, ratusan anggota Pramuka peserta upacara segera dievakuasi dengan truk polisi ke Polres.

Wakil Gubernur, Pangdam Kasuari Mayjen TNI Joppye O Wayangkau, Kapolda Brigjen Hendry Rudlof Nahak berkumpul di Swis BellHote berusaha meredam masa, bertemu para tokoh dari berbagai elemen.

Belum ada pasukan tambahan dari luar, hanya Sabhara Polres, Anggotga Koramil, Brimob dan sopir pejabat berusaha menghalau massa, suasan mencekam dari Jalan Condoronegoro depan sekolah Yapis pembakaran ban bekas.

Di Bumi Marina, kios, gerobak bakso terbakar, pertigaan mau ke Amban dari arah lampu merah Makalo sederet kios terbakar, dijarah, ada yang berseragam sekolah masuk ke dalam kios-kios, hari itu 19 Agustus 2019.

Mesin ATM di pos penjagaan bekas kantor gubernur di bakar, mesinnya dicungkil, sebagian perabotan Kantor DPR Papua Barat dijarah, bahkan, ada brankas diangangkut lewat laut, kulkas, TV.

Matahari terbenam terlalu cepat, sorotan kehidupan pudar dalam kegelapan, tambahkan lagi kata penuh kebencian, dan api kekerasan berkobar, bara, mata-mata sinis saling tatap, satu ujaran menyulut seteru yang terpendam.

Seharus waktu itu sudah tercium aroma demontsrasi dari ujaran kebencian antar suku dan ras imbas cerita yang terkirim ke Papua.

Warga Manokwari terjebak ketakutan, harapan hancur, kios toko kantor runtuh, warga terburu-buru dalam pelarian, menghindari ancaman tidak terduga.

Entah siapa yang terlambat membaca situas, peristiwa pecah di tanah Papua, dari Manokwari, Jayapura, Fakfak, Sorong, hingga Wamena.

Dunia usaha sepanjang kota Manokwari waktu itu seakan tidak ada tempat berlindung yang aman, gelombang ketakutan membabi buta, mereka meratap, teriakan penderitaan menyusup ke telinga.

Entah siapa yang memainkan perannya dengan diam mengoyaka-ngoyak kedamaian Papua Barat.

Masih di tanggal 19 Agustus 2019, kerusuhan berbau Sara membobol tembok kasih, antara saudara terpisah, jarak dan kebencian, cinta dan persaudaraan bagai arus yang mengering, di tengah  perpecahan dan pertumpahan darah.

Tidak lama Karoops Polda Papua Barat Kombes  Pol Moch Dharma Adhyaksa Sagi SH menjadi viral di media sosial dan grup-grup wahtasapp, lantaran wajahnya berlumur darah.

Perwira utama yang menjabat Karoops Polda Papua Barat sejak terbentuk 1 Oktober 2014 itu harus dievakuasi ke rumah sakit, pelipisnya ditimpuk batu lemparan massa di pertigaan Makalo.

Sebulan kemudian, Rabu 25 September 2019 telegram Kapolri memutasikan Kombes Pol Moch Sagi ke Polda Lampung dengan jabatan Karops Polda Lampung, Kombes Pol Tri Atmojo Marwasianto menjabat Karoops Polda Papua Barat.

Setelah Karoops menjadi korban lemparan masa, ajudan dan sekpri masing masing pejabat menyelamatkan pejabatnya, Wagub Mohamad Lakotani dan Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TINI Joppye Onesimus Wayangkau.

Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Henry Rudolf Nahak saat itu  segera bergeser dari Swiss BellHotel menemui mahasiswa di lampu merah Wosi Manokwari, aksi demontrasi tidak redah.

Ditengah suasana mencekam, ada media online memberitakan pembakran bendera merah putih dekat Hotel Valdos Manokwari, suasana makin heboh.

Di balik kerusuhan, kelam,  ada setetes harapan membara dalam jiwa, ketika kelamnya malam berganti fajar menawan, harapan warga Manokwari menyaksikan, bahwa penderitaan tidak berlangsung selamanya.

Namun siang 19 Augstus 2023, masa tidak membubarkan diri, pintu dealer Mitsubishi dibongkar paksa, satu unit mobil sedan putih di dorong masa keluar dari dealer mobil hingga ke pojok jalan.

Mobil dibalik, dibakar masa, asap bunyi ledakan, percikan api terdengar hingga ke SwisBell Hotel, masa bersorak sorai, Manokwari menakutkan.

Di waktu yang sama tidak jauh dari Dealer Mobil Mitsubishi ada Billy Caffee memproduksi jajanan roti Abon Gulung dibakar, pintu sisir toko penjual HP Emond Stor di bongkar, handphone, laptop seisi toko itu di jarah masa.

Ruas jalan terblokir masa, aparat sulit kendalikan, turun bala bantuan dari Kodam XIII/Kasuari, Brimob Polda Papua Barat, tembakan gas air mata pecah di udara kota Manokwari, masa berangsur bubar melarikan diri, sebagian tertangkap polisi.

Pemerintah dan aparat keamanan berhasil mengendalikan situasi kota dari perusuh, tetapi warga takut keluar rumah, sejumlah rumah, kantor dan bisnis sudah terbakar.

Kerusahan ini tidak langsung behenti, kerusahan melebar, hingga tanggal 20 Agustus 2019, meluas ke Kabupaten Fakfak, Sorong, Jayapura dan Wamena.

Polda Papua Barat membuka pos dan media center di Swis BellHotel, akses internet masih normal, media sosial makin tidak terkendali dengan postingan yang menyeramkan.

Kota waktu 19 Agustus 2019 lalu (kiri) dan Manokwari waktu  Agustus 2023. FOTO: ISTIMEWA/RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Media media resmi terus menyuguhkan berita berimbang supaya membaik, hari berganti Polda Papua Barat meminta bantuan Mabes Polri, datang pasukan Brimob dari Maluku, Manado, Kalimantan, Lampung disebar di Sorong, Fakfak dan Manokwari.

Suasana mencekam melanda Manokwari, Papua Barat, jaringan internet lambat, dan mati total ada tanda sinyal tapi tak bisa mengirim gambar dan vidoe itulah cara memproteksi penyebaran gambar dan video yang memicu amarah.

Sebagaian bangunan, hingga Sabtu 19 Agustus 2023 tidak berdaya untuk dibangun kembali akibat kebringasan masa empat tahun lalu.

Ratusan saksi dari berbagai kalangan diperiksa polisi, sejumlah tersangka menjalani proses hukum melalui vonis pengadilan negeri Manokwari.

Namun, puing-puing kebakaran bangunan kini masih berdiri rapuh, seperti gedung DPRD dan eks kantor gubernur Papua Barat.

Kerusuhan empat tahun lalu, sisahkan sejumlah gedung pemerintah yang belum direnovasi atau di bongkar mengingatkan kembali, bahwa kerusuhan terjadi adalah menang jadi abu, kalah jadi arang.

Warga Manokwari waktu itu menyuarakan kekhawatiran tentang keamanan Manokwari yang berjuluk kota buah ini.

Dengan harapan pemerintah pusat dan daerah dapat mengambil langkah tegas, efektif mengatasi situasi, waktu, dan mencegah kerusuhan serupa terjadi di masa depan.

Jakarta mengutus Kapolri Jenderal  Tito Karnavian, Panglima TNI Jendral Hadi Tjahjanto menemui tokoh agama, adat, perempuan, pemudan di Hotel Swis Bell Manokwari  hingga ke Jayapura.

Kerusuhan 19 Agustus 2019 mengingatkan pentingnya keharmonisan warga menghindari  kekerasan, diskriminatif.

Semoga Manokwari yang sekarang tenang, damai selamanya, sehingga kehidupan damai, menuju kesejahteraan.

Mari membangun kasih, menghapus duka, damaikan hati, ciptakan dunia tanpa sindiran, tanpa ujaran kebencian, tanpa kerusuhan, manusia penjaga keadilan, sepatutnya merangkul kebersamaan.

Membangun masa depan penuh harapan, di tengah perbedaan suku, agama kita bersatu tangan untuk kedamaian.

Jangan ada diskriminasi, kebencian seperti empat tahun lalu, 19 Agustus 2019, kini 19 Agustus 2023, Manokwariku maju.

Fajar itu berawal dari timur yang terang, Sewajarnya kesejahteraan itu dari timur, mari bersama merawat, agar kesejahteraan terus menyinari dunia.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *