Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustad KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, membawakan taushiyah di Masjid Nurul Fatah Reremi Manoriang, Manokwari Papua Barat, Ahad (8/3/2020). FOTO: rustam madubun/papuadalamberita.com
PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI- Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustad KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, membawakan taushiyah di Masjid Nurul Fatah Reremi Manoriang, Manokwari Papua Barat, Ahad (8/3/2020)
Ustadz KH. Muhammad Cholil Nafis dalam taushiyah mengajak umat muslim Manokwari menteladani Nabi Muhammad SAW salah satunya hijrah.
Baca juga: Wakil Bupati Manokwari Sebut Taushiyah KH Muhammad Cholil Penting Dicermati Umat Muslim
Baca juga: KH Muhammad Cholil Ajak Umat Muslim Manokwari Pahami Perbedaan, Jaga Kedamaain
‘’Kita harus meneladani Rasulullah Muhammad SAW, dalam berjuang rasullah tidak pernah melompat-lompat mendahului yang tua, rasullah selalu pamitan dengan yang tua yang pertama itu Nabi Adam bahkan kita bisa meneladani rasulullah dalam berjuang, rasulullah juga berperang, rasulullah juga mengalah, rasulullah juga dikejar-kejar,’’ jelas Ustadz Cholil, sapaan akrab KH Muhammad Cholil Nafis.
Ustadz Cholil mengatakan, hijrahnya umat muslim saat ini tidak harus hijrah ke tempat-tempat peperangan seperti ISIS di Suriyah, ke Irak itu tidak perlu.
‘’Hijrahnya kita seperti apa? Kita hijrah dari perbuatan maksiat ke taat, hijrah dari kufur ke iman, hijrah dari yang tadinya mikirin (berpikir) untuk diri sendiri menjadi orang yang mikirin (berpikir) umat, itu namanya hijrah, makanya nabi pada saat usia 40 tahun nabi sudah hijrah, hijrah dari tempatnya, Mekah ke Madinah mengajar orang-orang yang kufur untuk beriman, rasullah hijrah dan mampir di Kuba, di Kuba baginda rasullah membuat masjid,’’ jelas ustadz Cholil memberi satu conto hijrahnya rasullah.
Ketua komisi dakwah dan pengembangan MUI Pusat ini mengungkapkan juga tentang ziarah kubur, jika ada umat muslim tidak percaya dengan ziarah kubur menurutnya Ia tidak mempercayai Isradan miraj (perjalanan) Nabi Besar Muhammad SAW.
‘’Kenapa? ziarah kubur datang kepada orang terdahulu yang sudah berbuat kebaikan dan amal soleh, lalu kita mendoakan mereka. Yang salah itu datang ke kuburan minta doa ke yang di kuburan,’’tegas ustadz Cholil.
Ustadz Cholil melanjutkan bahwa sampai zaman ini ada orang yang tidak ziarah ke kuburan, karena takut dibilang bid’ah (membuat hal-hal baru dalam urusan agama, urusan ibadah yang tidak ada dasar hukumnya), kurafat (kepercayaan pada tahayul) atau dibilang syirik (menduakan Allah).
Jamaa Masjid Nurul Fatah, Reremi Manoriang saat mendegar taushiyah Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustad KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, membawakan taushiyah di Masjid Nurul Fatah Reremi Manoriang, Manokwari Papua Barat, Ahad (8/3/2020). FOTO istimewa/papuadalamberita.com
‘’Mendoakan yang di kuburan sama ketika Nabi Muhammad SAW naik ke sidratulmuntaha ketemu dengan para nabi para Rasul Ulul Azmi yang mendahuluinya, demikian perjuangan di mana kita berjuang di tanah kita siapa pejuang-pejuang pendahulu di tanah ini, karena kita meneruskan perjuangan mereka. Oleh karena itu hubungan antara hidup dengan mati bisa disambungkan dengan doa,’’ ujar ustadz Cholil.
‘’Bacalah bagi orang yang telah meninggal dengan surat Yasin, seandainya doa tidak sampai kepada yang meninggal nabi tidak akan minta untuk membaca Yasin,’’ ujar Ustadz Cholil.
Ustadz Cholil mencontohkan dari hal terkecil ketika umat melewat kuburan apa yang di ucapkan? Salam. Jika salam itu tidak didegar yang meninggal ngapain (kenapoa) nabi mengajarkan itu? Tetapi yang mendengar itu orang yang selamat di alam barzah, karena orang yang meninggal itu dalam keadan beriman.
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustad KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, membawakan taushiyah di Masjid Ridwanul Bahkri Fasharkan TNI AL, Manokwari Papua Barat, Ahad (8/3/2020)
‘’Kalau yang meninggal tidak dengan iman ya Ia Ya tidak dengar siapa yang lewat. Makanya kita mendoakan kepada yang meninggal. Yang salah itu adalah kita minta kepada yang meninggal, yang kita minta itu hanya kepada Allah,’’ ujar Ustadz cholil mengingatkan.
‘’Kita diberi sholat lima waktu untuk memohon kepada Allah dengan sabar, sabar bukan diam, sabar itu berupaya, bekerja, kalau tidak punya uang diam saja di rumah itu orang malas namanya, cari kerjaan jangan di rumah saja, cari kerja yang halal,’’ pungkasnya.
Ustadz Cholil diakhir tausiyahnya mengingatkan umat muslim agar menjadi kedamiaan bagi orang lain, perbanyak teman dengan silaturahim, murah tangan berbagai kepada orang lain, namun tidak hanya bekerja, tetapi berdoa karena doa inti dari ibadah.(tam)