Tokoh adat atau Ondofolo di Kabupaten Jayapura Yanto Eluay (kanan) salam komando dengan Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw di Bandara Udara Sentani, Kabupaten Jayapura. (ANTARA /HO-Facebook Yanto Eluay)
PAPUADALAMBERITA.COM.JAYAPURA – Salah satu tokoh adat atau Ondofolo di Kabupaten Jayapura Yanto Eluay meminta kepada segenap warga yang ada di daerah itu untuk menahan diri terkait isu rasisme yang terjadi di salah satu sekolah.
“Saya minta agar warga menahan diri, terutama kaum muda, pelajar agar bisa lebih bijak menyikapi isu rasisme,” katanya ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Senin.
Menurut dia, ujaran rasisme yang diduga dilontarkan oleh salah seorang guru saat kegiatan ekstrakurikuler pada Sabtu pekan kemarin harus ditanggapi dengan bijak.
“Ini negara hukum, ada permasalahan laporkan ke pihak berwajib. Jadi, ikuti sesuai prosedur dan tahapan, tidak usah membuat langkah sendiri yang merugikan dan kita semua pasti akan rugi jika hal ini membesar,” katanya.
Terkait masalah itu, Yanto meminta meminta kepada aparat Kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus yang disinyalir telah disusupi paham atau ideologi lain yang bisa ditunggangi dan memecah belah persaudaraan.
“Masalah ini harus diselesaikan, jika memang ada oknum guru tak sengaja mengeluarkan kata-kata mengandung rasial itu maka harus ditindak, termasuk oknum-oknum yang mencoba memprovokasi persoalan ini, harus segera dibatasi dan tindak tegas,” katanya.
Yanto mengaku bahwa sebelumnya bersama sejumlah pemangku kepentingan telah menggaungkan komitmen untuk menjaga kamtibmas di Kabupaten Jayapura sebagai salah satu daerah pelaksana PON XX.
“Dalam rangka pelaksanaan PON 2020, sebagai tuan rumah, kami telah berkomitmen menjaga kamtibmas agar tetap kondusif. Kami, para ondofolo sudah sepakat menjaga wilayah Adat Sentani tetap kondusif.
Jadi, siapapun yang datang di wilayah adat ini, saya sampaikan untuk menghargai dan menghormati keputusan kami, para ondofolo,” katanya.
Ia menegaskan jika persoalan itu tidak bisa diselesaikan maka, bukan tidak mungkin para tokoh adat akan turun tangan untuk membantu mediasi dan mencari solusi agar masalah itu tidak menjadi polemik di tengah warga.
Secara terpisah, Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal menjelaskan bahwa telah terjadi aksi demo yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA Antonius Padua Sentani pada Senin pagi, terkait ucapan rasis seorang oknum guru saat acara gladi bersih kegiatan pramuka.
“Ada ucapan yang di sampaikan oleh oknum guru tersebut yang dianggap penghinaan terhadap pelajar,” katanya.
Aksi demo berjalan dengan humanis atau dengan baik dan lancar, sejumlah aspirasi dari para pelajar sudah disampaikan kepada pihak yayasan dan juga kepala sekolah SMP dan SMA Antonius Padua.
“Personel Polres Jayapura hadir juga untuk menjelaskan agar kegiatan itu tidak mengganggu proses belajar mengajar, sedangkan oknum guru sudah menyampaikan permintaan maaf kepada anak didiknya di sekolah dari hati yang paling dalam,” katanya.
Permintaan maaf dari oknum guru, kata Kamal telah di terima oleh para pelajar dan juga memang ada beberapa tuntutan yang disampaikan terkait dengan ucapan tersebut.
“Jadi, proses belajar mengajar sudah berjalan lancar dan Polres Jayapura hadir untuk berikan pengamanan agar tidak ada tindakan lain yang mungkin merugikan pihak sekolah, para pelajar serta merugikan keamanan dan ketertiban,” katanya.(ant)