Sekda Fakfak, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, Saat Belanjan di Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Disuguhi Berbagai Pantun Para Acil – Acil Pedagang Terapung. FOTO : RICO LET’s./papuadalamberita.com.
PAPUADALAMBERITA.COM. FAKFAK – Pekan lalu di Banjarmasin tepat dipuncak Hari Perss Nasional (HPN) 9 Februari 2020 yang telah berakhir, ada cerita menarik di balik perjalanan panjang di Ibu Kota Kalimantan Selatan tanah Borneo bersama Sekda Fakfak, Drs. Ali Baham Temongemere, MTP, dan Kabag. Humas Setda Fakfak, Christian Ubra serta Kepala TU Setda Fakfak, Taufiq Safa’at bersama para wartawan yang tergabung dalam PWI Fakfak.
Ceritanya di puncak HPN 2020 di Provinsi penghasil batu bara itu, Sekda Drs. Ali Baham Temongmere, memberikan kado terindah bagi para awak media yang menghadiri HPN 2020, dimana dengan mengajak rombongan PWI Fakfak untuk melihat dari dekat suasana perekonomian di pasar terapung Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
Ke Banjarmasin memang tidak lengkap bila tidak mengungjungi objek wisata pasar terapung Lok Baintan walaupun sebenarnya ada beberapa pasar terapung lainnya yang disediakan Pemerintah Kalsel sehingga untuk menyempurnakan kunjungan ke Banjarmasin kita harus ke Lok Baintan untuk melihat pasar terapung yang sangat tradisional itu.
Untuk melihat dari dekat aktivitas perekonomian di pasar terapung Lok Baintan di sungai Martapura, rombongan asal Kabupaten Fakfak harus dipaksa bangun subuh agar dapat melihat objek wisata yang menjadi salah satu icon di Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Pasalnya bila bangunnya kesiangan tentunya tidak dapat melihat keunikan pasar terapung Lok Baintan karena pasar tradisional ini hanya dibuka pada hari Sabtu dan Minggu dari jam 06.00 hingga 09.00 waktu Banjarmasin.
Karena itu untuk mengunjungi pasar terapung yang unik ini, rombongan PWI Fakfak harus bangun subuh agar dapat menggunakan jasa klotok (perahu) yang disewakan per klotok Rp.500 ribu.
Klotok yang digunakan pun mulai menyusuri sungai Martapura sejauh kurang lebih 1 jam agar dapat sampai di pasar terapung Lok Baintan, sepanjang menyusuri sungai Martapura, rombongan PWI Fakfak yang dipimpin langsung Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, disuguhi pemandangan indah aktivitas pagi hari masyarakat Banjar yang hidup di tepian sungai.
Suasana Pasar Terapung Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Saat Dikunjungi Para Wartawan Pada Minggu Lalu 9 Februari 2020. FOTO : RICO LET’s,/papuadalamberita.com.
Perjalanan 1 jam menyusuri sungai Martapura pun terlewati hingga tiba di pasar terapung Lok Baintan, begitu tibanya klotok di pasar terapung, mulai terlihat para acil – acil (sebutan wanita berumur dalam bahasa Banjar) mulai mengayuh dayung perahu mereka agar mendekarti klotok rombongan PWI Fakfak untuk menawarkan jualan acil – acil berupa makanan untuk sarapan hingga buah – buahan.
Ternyata para acil – acil yang berdagang di atas perahu itu, tidak saja pandai menawarkan dagangannya namun mereka juga pantai mencuri hari pengunjung pasar terapung Lok Baintan dengan pantun yang sangat menarik hingga membuat rombongan wartawan yang dipimpin Sekda Fakfak kelabakan membalas pantun acil – acil tersebut.
Salah satu acil yang membawa dagangannya ke klotok wartawan pun memberikan pantunya di hadapan Ali Baham Temongmere, begini pantun nya “Badan ku kurus mandi di Papan, mandi di papan berkayu jati, badan ku kurus bukan gak makan, mikirin bapak si jantung hati”.
“Satu titik dua koma, bunda cantik adakah yang punya”,
“Jalan-jalan ke ujung kampung, hari panas memakai payung. punya bini urang pasar terapung, bisa mampu bergoyang dan bisa memuji,” sambung acil pasar terapung disahut tawa Sekda Fakfak dan rombongan wartawan.
“Kalau Anda membeli kayu, jangan lupa memakai paku. Kalau bapak kasian sama aku, tolong beli dagangan ku,” lanjut salah satu acil pedagang pasar terapung kepada Ketua PWI Fakfak dari samping klotok yang mengapung di pasar terapung Lok Baintan.
Lantunan pantun Acil – Acil pedagang pasar terapung tradiosional di sungai Martapura dibalas Ali Baham Temongmere, “Hati – hati dalam perjalanan jangan sampai dimakan buaya, kalau ada umur panjang pasti kita bertemu kembali”.
Pandainya acil – acil pedagang pasar terapung Lok Baintan, sebagai salah satu cara, menarik pembeli untuk membeli dagangan mereka yang berdagang di atas sungai Martapura Kabupaten Banjar.
Di Banjarmasin, ada beberapa pasar terapung seperti pasar terapung Siring yang dapat dijangkau seluruh wisatawan karena tidak perlu untuk menyewa Klotok, letaknya di tengah Kota Banjarmasin.
Sekadar diketahui, Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang, kecamatan Sungai Tabuk, Banjar. Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.
Begitupun dengan pasar terapung yang terletak di sungai Barito, namun pasar terapung Lok Baintan merupakan salah satu pasar terapung yang masih tradisional dan pasar ini sering di kunjungin wisawan dari luar daerah.
Dalam perjalanan ke pasar terapung Lok Baintan yang memakan waktu 1 jam perjalan menyusuri sungai, rombongan Fakfak yang dipimpin Ali Baham Temongmere, didampingi Kepala Dinas Dukcapil Kota Banjar Baru Kalsel, Dra. Sri Fatma.
Foto Bersama Sekda Fakfak, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP di Jembatan Barito Kalimantan Selatan, Minggu 9 Februari 2020. FOTO ; RICO LET’s./papuadalamberita.com.
Untuk menikmati suasana tradisional pasar terapung Lok Baintan, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, pun mentraktir sarapan pagi nasi kuning Banjar dan soto Banjar di atas klotok sambil membeli buah – buahan yang ditawarkan acil – acil pedagang pasar terapung.
Puncak HPN 2020 pada 9 Februari 2020, tidak saja rombongan PWI Fakfak yang dipimpin Sekda Drs. Ali Baham Temongmere yang mengunjungi pasar terapung Lok Baintan, namun terlihat sejumlah wartawan dari berbagai daerah juga mengunjungi pasar tradisional tersebut.
Tak hanya sampai disitu, balik dari pasar terapunng Lok Baintan, Sekda Fakfak pun mengajak sejumlah wartawan dari PWI Fakfak, Kabag. Humas dan Kepala TU Setda Fakfak untuk mengunjungi jembatan Barito.
Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, kepada papuadalamberita.com. di dalam klotok saat menyusuri sungai Martapura, mengatakan, dalam hidupnya baru dua kali mengunjungi pasar terapung Lok Baintan, pertama kali pada tahun 1990 dan kedua pada puncak HPN 2020.
Perjalanan ke jembatan Barito membutuhkan waktu tempuh dengan kendaraan roda empat selama kurang lebih 30 menit, diatas jembatan Barito yang panjangnya kurang lebih 1.200 meter yang sama panjang dengan Bandara Torea Fakfak, rombongan asal Fakfak ini disuguhkan pemandangan kapal Tuck Boat penarik tongkang yang hilir mudik di sungai Barito membawa batu bara keluar Kalimantan Selatan.
Perjalanan ke jembatan Barito menutup semua rangkaian puncak acara HPN 2020 bersama Sekda Fakfak, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, yang tetap setia bersama PWI Fakfak selama kegiatan HPN 2020 di Banjarmasin.(RL 07)