Di pagi yang sejuk, ketika matahari masih malu-malu menembus dedaunan, langkah kaki menyatu di jalanan yang bebas dari deru mesin. Bukan hanya keringat yang menetes, tapi tawa, semangat, dan harapan yang mengalir bersama udara segar. Car Free Day bukan sekadar olahraga, ia adalah janji kota untuk warganya, tempat hati bertemu, tubuh bugar, dan jiwa kembali merdeka.
PAPUADALAMBERITA.COM – MANOKWARI – Car Free Day (CFD) dulu digelar setiap akhir pekan di Manokwari kini tak lagi terlihat. Warga pun mengimpikan kelanjutannya dan menanti kreatifitas pemerintah daerah Kabupaten Manokwari melalui Bupati dan wakil Bupati meramu program yang sempat menjadi ruang publik sehat, rekreasi itu.
Car Free Day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor merupakan kegiatan yang telah menjadi gerakan global dalam upaya menciptakan ruang publik yang sehat, bebas polusi, dan ramah lingkungan.
CFD pertama kali muncul sebagai respon atas dampak buruk budaya mobil di kota-kota Eropa pada era 1950-an.
Belanda dan Belgia menjadi pelopor dengan menggelar hari Minggu tanpa mobil pada tahun 1956–1957.
Kemudian pada tahun 2000, Asosiasi Transportasi Lingkungan menetapkan 22 September sebagai World Car Free Day dalam rangka Pekan Transportasi Hijau.
Sejak itu, berbagai kota di dunia mulai rutin memperingatinya dengan menutup sebagian ruas jalan dari kendaraan bermotor untuk memberikan ruang bagi masyarakat berjalan kaki, bersepeda, olahraga bersama.
Di Indonesia, CFD pertama kali dilaksanakan di Jakarta pada 22 September, dan kini menjadi agenda rutin di akhir pekan di banyak kota besar.
Manokwari, Papua Barat, juga pernah menggelar CFD.
Salah satunya pada Sabtu, 19 Oktober 2019, bertepatan dengan peringatan HUT ke-121 Kota Manokwari.
Kegiatan kala itu dimeriahkan dengan lomba sepeda hias yang dilepas Bupati Demas Paulus Mandacan.
Sayangnya, sejak saat itu, kegiatan positif ini seperti hilang tanpa jejak.
Padahal, CFD bukan sekadar olahraga pagi tanpa polusi kendaraan.
Lebih dari itu, CFD menyatukan warga dari berbagai latar belakang sosial dalam satu ruang bersama.
CFD juga membuka ruang bagi pelaku UMKM untuk menjajakan dagangan, kuliner lokal, hingga kerajinan tangan khas Papua Barat.
Ruang publik ini mempertemukan masyarakat menengah bawah dengan pejabat pemerintahan, semua dalam semangat yang sama: sehat dan harmonis.
Kini muncul pertanyaan: kenapa kegiatan sebaik ini tidak lagi digelar di Manokwari?
Pantauan papuadalamberita.com menunjukkan setidaknya ada dua lokasi strategis yang bisa menjadi sirkuit CFD di Manokwari:
- Jalan Merdeka – Mulai dari depan hotel lama di pusat kota hingga putar balik di perempatan Markas POMDAM.
Arus lalu lintas bisa direkayasa melalui jalur Makalo – Kodim 1708 sehingga tidak mengganggu kendaraan menuju pelabuhan.
- Jalan Yos Sudarso Sanggeng – Jalur dua arah dari depan Rumah Sakit Angkatan Laut Fasharkan hingga putar balik di perempatan Sanggeng (jantung kota). Lalu lintas dapat dialihkan lewat perempatan lampu merah Wosi – jalur ke kantor bupati lama (pulang pergi), atau lewat samping Pembakit Listrik milik PLN tembus di samping Bank Mandiri Manokwari .
- Jalan Yos Sudarso juga lebih panjang dan terbagi dua lajur, sehingga mempermudah warga untuk jalan.
Waktu pelaksanaan CFD pun sangat fleksibel. Cukup dari pukul 06.00 hingga 09.00 atau 10.00 pagi, lalu seluruh ruas jalan kembali dibuka untuk umum.
Kini bola ada di tangan Pemerintah Kabupaten Manokwari.
Masyarakat menanti komitmen Bupati dan Wakil Bupati Manokwari terpilih, Hermus Indou dan Mugiyono, untuk menghidupkan kembali kegiatan yang tidak hanya menyehatkan, tapi juga memperkuat ekonomi lokal dan mempererat tali sosial warga.
Car Free Day bukan sekadar hari tanpa kendaraan. Ia adalah ruang perjumpaan, ruang hidup, ruang bersama.
Dengan digelarnya Car Free Day, masyarakat Manokwari yang selama ini gersang akan hiburan publik dapat terhibur lewat aktivitas jalan sehat bersama.
CFD menjadi oase di tengah kesibukan dan ketegangan akibat tekanan politik maupun beban pekerjaan.
Kota Manokwari jangan hanya dikenal ramai karena kerumunan saat palang, demonstrasi, atau kerusuhan.
Tapi semestinya juga semarak oleh tawa, keringat sehat, dan kebersamaan warga dalam olahraga bersama, itu pun hanya seminggu sekali. (rustam madubun)