Papua Barat

Corona Bukan Penyakit Aib, Semua Orang Tidak Ingin Sakit, Pemerintah Kurang Sosialisasi

112
×

Corona Bukan Penyakit Aib, Semua Orang Tidak Ingin Sakit, Pemerintah Kurang Sosialisasi

Sebarkan artikel ini
Print

Wakil Ketua DPR Papua Barat, H Saleh Seknun yang ditemui wartawan, Jumat (15/5/2020) di Bank Mandiri Manokwari. FOTO: rustam madubun/papuadalamberita.com.

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI-  Pemerintah Provinsi Papua Barat, melalui Gugus Tugas Provinsi Papua Barat telah mengumumkan dua warga positif CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19) di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Raja Ampat dinyatakan sembuh, setelah swabnya dua kali diperiksa negatif.

Baca juga: COVID-19: Ludanya Berbisa, Tetapi Lida Kita Jangan Berbusa Kriminalisasi Mereka

Wakil Ketua II DPR Papua Barat, H Saleh Seknun, berpesan kepada masyarajat jangan mendiskriminasik pasien yang dalam perawawatan maupun pasien yang sudah kembali ke rumah setelah dinyatakan sembuh, serta jangan menjahui keluarganya, karena orang yang sakit karena corona bukan aib, dan tidak ada manusia yang mau dirinya sakit.

‘’Kita menyayangkan kalau ada diskriminasi terhadap pasien COVID-19, yang harus diingat bahwa ini (Corona) bukan penyakit aib, itu yang pertama. Kedua   semua orang tidak ingin terkena penyakit, kalaupun hari ini ada sekelompok masyarakat yang menolak ini,’’ ujar Wakil Ketua DPR Papua Barat H Saleh Seknun  yang ditemui wartawan, Jumat (15/5/2020) di Bank Mandiri Manokwari.

Menurut anggota dewan asal Partai PDI Perjuangan bahwa diskriminasi terjadi karena tidak adanya sosialisasi apa itu Corona dari pemerintah kepada masyarakat.

‘’Saya melihat sampai saat ini belum ada sosialisasi dilakukan pemerintah baik di gugus tugas provinsi maupun gugus tugas kabupaten tentang pencegahan Corona, ‘’ jelas Saleh Seknun.

Saleh mencontohkan, pemerintah meminta supaya rumah-rumah ibadah ditutup sebenarnya bukan menutup rumah ibadah. Seharusnya orang tetap melaksanakan ibadah dengan standar protocol kesehatan,  contoh kita yang muslim kasihan mereka yang musafir,  yang kemudian waktu salat tiba mau solat mesjidnya ditutup ini mereka mau salat dimana,  yang dianjurkan adalah tidak melaksanakan salat berjamaah dalam jumlah yang besar di masjid,’’ ujar Saleh mencontohkan.

Adanya stigma negatif pada pasien corona menurut Saleh Seknun,  karena kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat,  untuk itu gugus tugas Kabupaten dan provinsi melakukan pertemuan-pertemuan kecil dengan warga kompleks, warga di sekitar daerah pemakaman,  atau di sekitar rumah sakit-rumah sakit.

’’Kalau dikasih penjelasan,  bahwa mereka (pasien) ini masuk dan kemudian ada prosedur tetap (Protap) dan tidak mungkin keluar sembarangan,  Saya pikir masyarakat pasti paham,  konsekuensinya tidak hanya diberikan pemahaman harus ada diberikan intensif kepada mereka,  misalnya mereka (pasien) di taruh di situ (rumah sakit) kemudian masyarakat disitu (disekitar rumah sakit) diperhatikan, ada pembagian Sembako mereka didahulukan,’’ pesan Saleh Seknun.

‘’Artinya begini, mereka disuruh tinggal di rumah tapi mereka tidak dibantu ini juga susah,  mereka mungkin punya kebun di sekitar rumah sakit mau pergi berkebun mereka juga takut, tetapi kemudian kalau ada perhatian lebih, saya pikir ini juga memberi jaminan hidup,’’ tambah Saleh.

Saleh berpendapat bahwa selain jangan mendiskriminasi pasien Corona dan keluarganya, pemerintah juga harus memperhatikan keluarga pasien, keluarga pasien juga harus memperoleh bantuan Sembako atau bahan pokok, terutama keluarga-keluarga yang kepala rumah tangganya positif Corona.

‘’Bagi sembako yang harus diutamakan juga keluarga pasien yang diisolasi, khusus itu kalau kepala keluarga, bisa kita bayangkan kalau kepala keluarga diisolasi dia tidak hanya berpikir dirinya tetapi berpikir keluarga, anak, istri makan apa di rumah dengan demikian secara piskologi imun tubuhnya akan lebih gampang terserang makanya ini juga harus diperhatikan baik,’’ tegas Saleh Seknun.

Saleh Seknun melanjutkan, terus juga yang ada di keluarga pasien juga harus dikasih tahu bahwa mereka yang kena Corona bukan karena mereka melakukan kejahatan,  bukan karena mereka lakukan kegiatan asusila,  ini hanya berada di tempat yang tidak tepat.

‘’Memberikan pemahaman ke masyarakat diberikan tanggung jawab kepada tokoh masyarakat,  tokoh masyarakat dikasih intensif untuk mereka jalan, mereka bekerja untuk pemerintah,  ketua-ketua kerukunan hidupkan mereka, iamam gereja, imam-imamam masjid, kalau bapak imam, bapak Pendeta bicara orang dengar, diberikan pemahaman kepada pemuka agama kemudian mereka diberikan insentif lalu dikasih tanggung jawab membantu pemerintah menyampaikan pesan-pesan pencegahan dari Corona,’’

‘’Hari ini Pemerintah suruh orang pakai masker,  apakah pemerintah ada siapkan masker ? Akhirnya masyarakat pakai masker alakadarnya jadi jangan masyarakat disalah juga,’’ Saleh mencontohkan.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *