Papua Barat

Delapan Kepala Suku Kaimana Berikan Gelar Tnitu Aisinya Mansare Kepada Paulus Waterpauw

290
×

Delapan Kepala Suku Kaimana Berikan Gelar Tnitu Aisinya Mansare Kepada Paulus Waterpauw

Sebarkan artikel ini
Penyematan mahkota kepada Paulus Waterpauw yang dipimpin Ketua Dewan Adat Kaimana, Yohan Werfete disaksikan Roma Megawanty P Waterpauw, Bupati Kaimana Freddy Thie dan para kepala suku di GOR Kaimana, Rabu (18/10/2023). FOTO: ISTIMEWA.
Print

PAPUADALAMBERITA.COM. KAIMANA Delapan suku di Kaimana dari suku Mairasi, suku Kuri, suku Irarutu, suku Oburau,  suku Medewana, suku Napiti,  suku Myere, dan suku Kouwayi mengukuhkan Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Purn) Drs Paulus Waterpauw, MSi dengan gelar Tnitu Aisinya Mansare, di halaman GOR Kaimana, Rabu (18/10/2023).

Paulus Waterpauw dikukuhkan oleh Ketua Dewan Adat Kaimana, Yohan Werfete.

Pengukuhan ditandai dengan penyematan mahkota kepada Paulus Waterpauw yang dipimpin oleh Ketua Dewan Adat Kaimana, Yohan Werfete disaksikan  Roma Megawanty P Waterpauw, Bupati Kaimana Freddy Thie dan para kepala suku.

Sebelum memulai pengukuhan Paulus Waterpauw dan istri Roma Megawanti Pasaribu diarak dengan tarian adat dari delapan suku asli Kaimana.

Ketua Dewan Adat Kaimana, Yohan Werfete dalam prosesi pengukuhan menggunakan bahasa Irarutu.

“Dengan ini mengangkat dan memberikan gelar kepada bapak Paulus Waterpauw, dengan sebutan Tnitu Aisinya Mansare,” ucap Yohan disambut tepuk tangan masyarakat adat yang hadir pada saat prosesi pengukuhan.

Yohan kemudian menjelaskan makna dari gelar yang telah diberikan kepada Paulus Waterpauw, yakni Tnitu Aisinya Mansare.

“Artinya anak sulung atau anak asli dan anak yang tertua, yang akan menjadi payung bagi delapan suku asli Kaimana,” jelasnya.

BANGGA: Gubernur Waterpauw bersama istri tercinta serta anak dan cucu keluarga besar Waterpauw, menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak ibu para sesepuh dari delapan suku asli Kaimana dan para kepala suku dari delapan suku asli yang ada di Kamiana.

Serta seluruh pemangku adat dan juga saudara, semua yang telah berkenan mengukuhkan dan memberikan gelar adat sebagai sesepuh dari delapan suku asli Kaimana dan sebagai anak asli Suku Mairasi yang merupakan bagian dari Suku besar Kuri Wamesa.

“Saya bersama istri dan anak-anak merasa bangga dan terhormat dengan adanya prosesi adat yang dilakukan hari ini bagi kami, Saya memandang peristiwa pengukuhan Saya sebagai anak adat dan sesepuh dari delapan delapan suku asli Kaimana yaitu suku Mairasi, Kuri, Irarutu, Oburau, Medewana, Napiti, Myere dan suku Kouwayi,’’ sebut Waterpauw.

‘’Pada hari ini tidak hanya sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas diri saya yang memiliki garis keturunan suku besar Kuri Wamesa, terlepas dari itu saya menangkap ada nilai historis dan filosofis yang penting dari peristiwa adat di hari ini yaitu bahwa kitorang semua sesungguhnya adalah satu keluarga besar yang lahir dari moyang dan leluhur yang sama yaitu Kuri dan Pasai,’’ tuturnya.

Dikatakan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sebagai anak cucu kuri dan pasai yang saat ini menyebar ke berbagai tempat mulai dari Wondama, Kaimana, Babo, Bintuni, Fakfak, Nabire hingga Waropen termasuk pula Manokwari dan sekitarnya harus tetap kita jaga dan rawat.

“Rasa persaudaraan sebagai anak cucu Kuri Pasai jangan sampai terputus hanya karena kita terpisah oleh garis batas kabupaten maupun wilayah administrasi pemerintahan lainnya,’’ sebutnya.

‘’Keturunan Kuri Pasai yang sekarang ini terhimpun dalam suku besar Kuri Wamesa maupun subsuku, marga atau komunitas lainnya hendaknya tetap memegang teguh nilai-nilai luhur budaya, tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan para leluhur kita, sebagaimana prosesi adat yang dilakukan pada hari ini,” ujarnya.

RAHIM ADAT: Pengukuhan yang dilakukan pada hari ini,  kata Gubernur Waterpauw, memberi kesadaran baru bagi dirinya sebagai pribadi dan tentunya kita semua terutama kita yang berposisi sebagai pejabat juga yang memegang kuasa dalam berbagai tingkatan baik di pemerintahan maupun non pemerintahan untuk tidak pernah melupakan masyarakat adat.

“Karena sesungguhnya kita semua lahir dari rahim adat itu sendiri, untuk itulah saya mengajak kita semua terutama para generasi muda, mari terus kita jaga dan lestarikan adat istiadat, budaya dan tradisi asli orang Papua khususnya adat istiadat dan budaya suku besar kuri wamesa termasuk pula menjaga merawat alam dan sumber daya yang ada di dalamnya demi keberlanjutan hidup anak cucu kit,”ujar Gubernur Waterpauw.(rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *