PAPUADLAMBERITA.COM.MANOKWARI – Tiga (3) September tahun 1993, saya memulai karier sebagai wartawan di Harian Pagi Cenderawasih Pos Jayapura, Grup Jawa Pos ketika itu.
Jika ada wartawan yang kini berusia 32 tahun, berarti mereka baru lahir setelah saya memulai perjalanan sebagai seorang jurnalis.
Alhamdulillah, meski usia terus bertambah, saya masih bisa bertahan dan terus berkarya di dunia jurnalisme hingga hari ini bersama dengan mereka yang muda-muda.
Dan Saya ingat betul, Koordinator Liputan (KL) saya kala itu adalah Abdul Munib, seorang pria anak santri dari Jawa Timur yang memiliki pandangan jauh ke depan dan selalu berbagi pelajaran berharga.
Salah satu pesan yang paling mendalam dari Abdul Munib hingga kini saya pegang erat, adalah tentang kekuatan sebuah foto.
Ketika itu, saya masih disebut sebagai CR-10, singkatan dari “Calon Reporter, 10 mengartikan bahwa saya sebagai orang ke-10 yang menjadi wartawan di Cenderawasih Pos, sebelum saya memperoleh insial paten (tam) sebagai kependekan dari nama saya Rustam yang selalu di pakai di akhir tulisan seorang wartawan.
Ketika itu saya bersama sahabat saya Baharuddin (Almarhum), kami satu angkatan (tahun masuk 1993) di Cepos = Cenderawasih Pos dia CR-9.
Doa untuk sahabat terbaik Bahar sapaan akrab Baharuddin semoga diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT.
Sebelum menjadi seorang jurnalis yang seringkali menulis cerita besar, kami dilatih untuk mendalami seni memotret setiap moment dalam kehidupan yang seringkali tersembunyi di balik rutinitas harian.
Abdul Munib selalu mengingatkan saya, Jika kamu memotret suatu kegiatan atau tokoh, jangan takut untuk mengambil banyak gambar.
Meskipun hanya dengan kamera tustel dan rol film yang terbatas, ambil sebanyak mungkin foto.
Suatu saat, foto itu akan sangat berguna.
Kami sering menghabiskan rol film dengan berhati-hati, hanya untuk menuju studio foto jika kami memiliki uang untuk mencuci dan mencetak klise.
Namun, jika keuangan kami terbatas, foto hitam putih yang dicetak di redaksi pun sudah cukup.
Intinya, foto banyak, dan jangan pernah takut untuk mengabadikan lebih dari sekadar satu sudut pandang.
Pesan itu semakin menguatkan prinsip saya bahwa sebuah foto yang diambil berulang kali bisa menjadi pilihan terbaik bagi redaksi.
Bahkan, jika kita lebih dari lima kali memotret, itu bisa menjadi arsip yang bernilai sejarah.
Seperti yang dikatakan Abdul Munib kepada saya.
“Rustam, lain kali kalau kamu jalan, bawa kamera, foto banyak-banyak. Lihat momen apa saja yang ada, satu saat foto itu pasti akan dipakai,” tuturnya kapda saya waktu itu.
Apa yang dikatakan Abdul Munib tentang “foto lepas” atau foto pendukung ternyata benar. Foto-foto tersebut, yang pada awalnya hanya menjadi arsip pribadi atau pelengkap berita, lambat laun memiliki nilai yang lebih besar seiring berjalannya waktu.
Dua momen yang masih saya ingat adalah ketika saya meliput bersama Ketua MUI Papua Barat H Ahmad Nausrau, S.PdI, MM dan Wakil Gubernur Papua Barat, Mohamad Lakotani, di tahun 2018 serta bersama anggota DPR Papua Barat H Mugiyono, S.Hut., M.Ling.
Saya masih ingat, setelah wawancara, saya meminta untuk mengambil foto selfie bersama mereka, sebagai kenang-kenangan.
Saat itu, kami tidak tahu bahwa suatu hari tokoh tokoh ini akan mencapai puncak karier mereka.
Tujuh tahun kemudian, pada Kamis 20 Februari 2025, Ahmad Nausrau dan Mohamad Lakotani, yang saat itu saya foto bersama di Kaupaten Kaimana dalam acara MUI-MOLA , sama-sama dilantik sebagai Wakil Gubernur Papua Barat dan wakil Gubernur Papua Barat Daya.
Ahmad Nausrau dilantik sebagai Wakil Gubernur Papua Barat Daya, berpasangan dengan Elisa Kambu sebagai Gubernur, untuk periode 2025-2030.
Sementara itu, Mohamad Lakotani menjabat sebagai Wakil Gubernur Papua Barat, berpasangan dengan Dominggus Mandacan sebagai Gubernur.
Pasangan incumben ini akan memimpin Papua Barat untuk periode 2025-2030.
ARSIP FOTO: Bersama Ulama Besar, KH Miasbahul Khoiril Munir H Mugiyono, S.Hut., M.Ling (tengah) saat Safari Ramadhan MUI Papua Barat 1442 Hijriah, di SP IV Prafi Manokwari Papua Barat. FOTO: PAPUADALAMBERITA.
Selain foto bersama Ahmad Nausrau dan Mohamad Lakotani ada satu foto fenomenal dan menjadi bukti kuat bahwa “foto berbicara.
Foto tersebut diambil bersama H. Mugiyono, S.Hut., M.Ling, yang kala itu menjabat sebagai anggota DPR Papua Barat dan Ketua PKS Papua Barat, kami bersama Ulama Besar KH. Miasbahul Khoiril Munir saat Safari Ramadhan MUI Papua Barat 1442 Hijriah atau 2021 Masehi, di SP IV Prafi, Manokwari, Papua Barat.
Foto ini kini menjadi bagian dari sejarah, karena pada Kamis, 20 Februari 2025, H. Mugiyono, yang saat itu saya abadikan dalam gambar, kini dilantik Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara sebagai Wakil Bupati Manokwari.
Ia berpasangan dengan Bupati incumben Hermus Indou, keduanya memulai tugas sebagai kepala daerah Manokwari untuk periode 2025-2030.
Bersama Ahmad Nausrawu, Mohamad Lakotani dan Mugiyono adalah bukti nyata bahwa momen yang saya abadikan bersama dulu kini menjadi bagian dari sejarah.
Melalui pengalaman ini, saya semakin percaya bahwa nasihat Abdul Munib tentang pentingnya memotret setiap momen dengan cermat adalah investasi yang tidak pernah sia-sia.
Foto bukan hanya sekadar gambar, tetapi sebuah saksi bisu dari perjalanan kehidupan yang tak terduga. Kita tidak pernah tahu kapan momen itu akan menjadi bagian dari kisah besar.
Saat ini, di era digital, saya lebih sering memotret dengan ponsel dan selfie menjadi hal yang biasa. Tetapi, pesan Abdul Munib tetap hidup dalam diri saya.
Jangan pernah meremehkan nilai dari setiap foto yang diambil, karena suatu saat nanti, foto itu bisa menjadi kenangan yang tak ternilai harganya.
Dalam dunia jurnalistik, ada yang bilang, “Sebuah gambar bisa lebih berbicara daripada seribu kata.
“Dan saya tahu betul, foto-foto yang saya ambil dulu, yang awalnya tampak biasa saja, kini menjadi kenangan berharga yang tak tergantikan”. Terima kasih Abdul Munib.
Selamat untuk Ahmad Nausrau, Mohamad Lakotani, dan Mugiyono atas torehan yang dicapai sebagai wakil kepala daerah Insallah amanah dalam mengemban pilihan Umat yang telah mengatar Ulama menjadi Umarah.(rustam madubun)