Papua Barat

Paulus Waterpauw Diingatkan Ibunya Agar Hati-hati, Gangguan Selalu Menghampirinya

217
×

Paulus Waterpauw Diingatkan Ibunya Agar Hati-hati, Gangguan Selalu Menghampirinya

Sebarkan artikel ini
Print

Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol (P) Drs Paulus Waterpauw MSi bersama istri, Roma Megawanti Pasaribu saat pelantikan penjabat di Jakarta. PAPUADALAMBERITA. FOTO: ISTIMEWA

 Paulus sering dibawa ayahnya menembus hutan belantara dan mengarungi lautan, perasaan takut menyelimutinya. namun, ayahnya selalu meyakinkan dirinya bahwa bila sudah biasa ketakutan akan sirna. Jembatan panjang-panjang baru terekam

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Buku setebal 257 halaman warnanya mulai memudar, tapi isinya yang dikisahkan tidak usang, ada sejuta fakta menjadi pengetahuan berharga.

Baca juga: Rabu, Acem Akwei Komjen Pol (P) Drs Paulus Waterpauw MSI

Ceritra Komjen Pol (P) Drs Paulus Waterpauw MSI dikisahkan dua penulis ternama Indonesia di tahun 2013 dan diterbitkan Penerbit Bejana tahun 2014 berjudul biografi dan jejak pemikiran “Paulus Waterpauw Mengabdi Dengan Hati.

Pada halaman 11 penulis, Ensa Wirarna dan Rudi Hartono mengisahkan Ferdinan Waterpauw ayah dari Paulus Waterpauw, Sang Guru Pemberani.

‘’Sang ayah guru pemberani menembus rimba dan menantang gelombang laut, menyadarkan dirinya akan hidup yang tidak mudah,’’ ulas keduanya.

Demi mencukupi kebutuhan hidup, ayahnyapun harus berjibaku menangkap ikan berburu atau mengambil sayur-sayuran di hutan.

Hasilnya, sebagian dijual, sebagian untuk kebutuhan hidup keluarga. Seingat Paulus, pekerjaan seperti itu, biasa ayahnya lakukan di setiap waktu senggang dari dinasnya sebagai anggota polisi ketika itu.

Walau berkali-kali Paulus sering dibawa ayahnya menembus hutan belantara dan mengarungi lautan, perasaan takut kerap menyelimutinya. Namun, ayahnya meyakinkan dirinya bahwa bila sudah biasa akan sirna.

Lain halnya dengan ibunya, Yakomina Atiamuna, sering memberikan petuah-petuah, agar Paulus selalu berhati-hati, karena gangguan dan bahaya bisa menghampiri dirinya setiap saat.

Atas petua ibunya, Paulus pun, pada saat pergian dengan orang tuanya, tidak berani jauh-jauh dari ayahnya.

Tentu suara dan sentuhan penuh kasih yang lembut, adalah cara seorang ibu peduli pada anaknya, pesan ibunya sangat disadari sang jenderal bintang tiga ini. Sudah seabrek gangguan yang Ia hadapi semasa dinas di kepolisian.

Seperti tidak hanya mengatasi huru-hara, kegaduhan kelompok, tetapi gangguan yang dialami secara pribadi banyak telah dilalui dengan kesabaran.

Dimata ayahnya, anaknya masih penakut. Nampaknya pula ayahnya pun masih ingin memberikan pelajaran agar anaknya lebih berani dan lebih rasional.

Ayahnya mengatakan bahwa hal-hal yang menakutkan seringkali hanya dan dugaan, bahkan hanya timbul dari perasaan sendiri.

Bila Paulus masih dianggap penakut, demikian pula anak-anak usianya. bahkan rasa takut akan hal-hal yang tidak menentu, seperti banyaknya makhluk halus yang bergentayangan di sekitar manusia, ia dapatkan dari teman-teman yang usianya lebih tua dari dirinya.

Dikisahkan, temannya sering mengatakan bahwa, permohonan dan bebatuan yang besar, ada penunggunya. Oleh karena itu, jangan sampai makhluk-makhluk halus itu marah yang berakibat mencelakakan manusia.

Sering kali, ketika berjalan dengan kawan-kawannya Paulus menyaksikan teman-temannya merobek-robek daun kering yang jatuh mengenai badannya.

Dan, ketika daun kering serupa jatuh menimpa Paulus, temannya memerintahkan agar Palus merobek-robek daun itu.  Bila tidak dilakukan, kata temannya, makhluk yang menguasai daun itu akan terus menghantuinya.

Anggapan seperti itu, sulit dihilangkan dari benak Paulus. Oleh karena itu sang ayah punya cara.Bila melatih keberanian menghadapi yang nyata, bisa dengan membawa anaknya berburu dan mengarungi lautan.

Namun, untuk melatih keberanian agar tidak terjerat oleh ketakutan yang tidak nampak, ayahnya mesti meyakinkan bahwa hal-hal yang ditakuti, ternyata tidak ada.

Hal itupun yang dialami Paulus saat kelas empat SD. Saat itu, seperti biasa, ayahnya mengajak ke hutan, mencari buah-buahan dan sayur-sayuran yang bisa dimakan.

Maka, pada suatu pagi, ia sudah ada di atas perahu bersama ayahnya. Yang dituju adalah Pulau Panjang (di Fakfak, red), pulau yang ada di seberang teluk yang memang biasa didatanginya.

Tidak lupa, membawa bekal secukupnya. Ada nasi dan lauk pauk yang disediakan ibunya. Paulus pun senang, karena ia tahu, bahwa makan di hutan akan terasa lebih nikmat.

Kali ini, khusus akan mengambil buah dan daun melinjo, setelah di seberang dan sampai di hutan, mereka mendaki bukit terjal untuk ukuran anak seusia Palus. Setelah menghabiskan satu jam perjalanan, barulah sampai di tujuan.

Rupanya, sang ayah tahu sifat dan karakter anaknya yang penakut. Namun, sebagai orangtuanya, tidak serta-merta menasehati agar anaknya punya keberanian, sang ayah mempunyai cara lain agar anaknya menjadi pemberani.

‘’Tunggu di sini ayah ambil daun melinjo,’’  kata Ayahnya pada Paulus.

Paulus cuma mengangguk pertanda ia menuruti perintah ayahnya.

Setelah ayahnya tidak nampak, ia tidak berani beranjak dari tempatnya. Hanya duduk-duduk, dan sesekali berdiri Kalau merasa pegal sambil melihat ke sekelilingnya. Ayahnya tidak terlihat, yang nampak hanya hijaunya dedaunan.

Tidak seperti biasanya, ayahnya saat itu terlambat menjemputnya. Hanya, ia tak begitu menghiraukan karena pikirannya, boleh jadi sang ayah masih belum mendapatkan daun melinjo yang cukup. Ia naik ke tempat yang lebih tinggi, memandang ke sekelilingnya, namun yang dicarinya tak terlihat juga.

Rasa was-was mulai menghinggapinya. Lambat laun ia semakin merasa takut. Apalagi, ketika terdengar macam-macam suara aneh, ke takutnya semakin menjadi-jadi. Yang terdengar macam-macam suara dan bunyi-bunyian, seperti memukul memukul dahan desiran angin menerpa dedaunan, juga suara-suara hewan.

Keakutnya semakin tebal mengingat cerita-cerita temannya. Konon di hutan seperti itu, pasti banyak penunggunya. Oleh karena itu Ingin rasanya ia berteriak, namun ketakutannya menghalanginya. Ia pun diam!

Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol (P) Drs Paulus Waterpauw MSi ketika masih menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara saat kunjungan ke Manokwari peresmian Gedung Kantor Polda Papua Barat, Senin (29/1/2018) lalu. PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

Semakin lama menunggu rasa takutnya semakin menjadi. Menjadi-jadi. Ia mulai memberanikan diri memanggil-manggil ayahnya. ‘’Bapak.. bapak.. bapak..!’’ Semakin lama suara semakin keras. Namun, ayahnya tidak menyahut juga.

Paulus berdiri, turun ke bekas arahnya ketika pergi. Lantas, ia melihat-lihat sekelilingnya. Ternyata, ayahnya tidak ada.

Sangking takutnya, ia pun berlari menuju arah ketika ia datang dari pantai. Lari jatuh bangun. Kakinya tersandung pada akar ranting-ranting yang jatuh berserakan. Namun ia tidak menyerah, terus saja bangun dan bangun lagi, berdiri dan berlari, akhirnya sampai di pantai.

Di sini, ternyata sang ayah lagi santai. Ia tenang-tenang saja melihat Paulus datang menangis dan memanggil-manggil ayahnya. Saat itu, hati Paulus kesal.

“Kenapa Bapak meninggalkan saya sendiri,’’ kata Paulus.

“Memangnya tadi kamu ketemu setan? Ketemu hantu? Ada makhluk halus,’’ tanya ayahnya.

‘’Tidak,’’ jawab Paulus.

“Kenapa kamu takut! ada apa,’’ tanya ayahnya lagi.

‘’Tidak ada apa-apa,’’  jawab Paulus sambil menangis.

Dalam perjalanan hidup barulah suami dari Roma Megawanti Pasaribu ini mengetahui, ayahnya memang sengaja meninggalkannya.

Tujuannya tidak lain, agar Paulus tidak merasa takut dengan ketakutannya sendiri. Ayahnya mengajarkan, seringkali ketakutan itu hanya karena anggapan dan pikiran sendiri.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *