Papua Barat

Pendeta Albert Yoku, STh: Gereja Sudah Terlibat dan harus Dukung Otsus

201
×

Pendeta Albert Yoku, STh: Gereja Sudah Terlibat dan harus Dukung Otsus

Sebarkan artikel ini
Print

Pendeta Albert  Yoku. PAPUADALAMBERITA. FOTO: dokumen

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOLWARI –Dukungan terhadap keberlanjutan pelaksanaan OTSUS Papua terus disuarakan berbagai elemen masyarakat di Papua.

Hal ini kontras dengan suara-suara beberapa kelompok kecil yang menyuarakan narasi-narasi penolakan Otsus, termasuk beberapa pemimpin agama di Papua.

Saat dimintai pendapat tentang kenapa ada tokoh agama yang secara terbuka menolak pelaksanaan OTSUS, mantan ketua Sinode GKI di Tanah Papua Pendeta Albert Yoku, S.Th menyatakan bahwa mungkin saja ada faktor ketidaktahuan dari mereka yang menolak Otsus.

“Faktor ketidaktahuan (akan pelaksanaan OTSUS) bisa membuat lahirnya pernyataan dimaksud. Dengan demikian maka keabsahan dan kebenaran (yang mendasari narasi penolakan OTSUS dimaksud) belum bisa diterima dan dijadikan dasar bahwa gereja menolak OTSUS,” katanya.

Pendeta Albert berpandangan bahwa gereja harus mengambil peran penting dalam pelaksanaan OTSUS, maupun dalam evaluasi OTSUS.

Menurut beliau, gereja pun selama ini sudah terlibat dalam pelaksanaan OTSUS di mana gereja juga ikut merekomendasikan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) utusan agama yang dimandatkan oleh UU Otsus dan Perdasus 4 Tahun 2008 yang diberi wewenang untuk melindungi hak-hak orang asli Papua.

Sebagai seorang tokoh gereja, Pendeta Albert melihat bahwa gereja harus berpikir “solution- oriented”.

“Gereja juga harus melihat OTSUS sebagai berkat Tuhan yang khusus bagi orang asli papua, jika dikelola dan dimanfaatkan sesuai tujuan Otsus.” ungkapnya.

Sebagai mantan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua yang memiliki anggota jemaat terbesar di Papua, Pendeta Albert Yoku melihat bahwa Otsus sudah berkontribusi positif terhadap gereja dan warga jemaat di Papua.

Di antaranya adalah terciptanya lapangan kerja bagi orang asli Papua maupun meningkatnya jumlah pejabat publik yang merupakan orang asli Papua yang notabene adalah warga gereja.

Di samping itu juga ada peningkatan penerimaan persembahan dan perpuluhan, maupun terbangunnya sarana dan prasarana fisik seperti gereja, rumah pelayan jemaat maupun akses ke gereja.

“Jadi sebagai mantan ketua Sinode, saya akui betapa positifnya Otsus ini. Saya selalu berprinsip bahwa penyelenggaraan Otsus yang dilakukan dengan baik, terfokus dan terarah secara baik dan benar akan mampu meredam berbagai bentuk gejolak politik dan konflik di tanah Papua,” tutupnya.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *