Papua BaratPapua Barat Daya

Perginya Sriwijaya Air, Pengusaha Karaka Manokwari Kehilangan Ratusan Juta

265
×

Perginya Sriwijaya Air, Pengusaha Karaka Manokwari Kehilangan Ratusan Juta

Sebarkan artikel ini
Print
Coolbox pengusaha pengiriman karaka (kepiting) dari Manokwari keluar kini tinggal kenangan menyusul Sriwijaya Air memutuskan untuk tidak menerbanggi dari ke Manokwari per 30 Juli 2019, pengiriman menggunakan cool box hanya dilayani oleh Sriwijaya Air. FOTO: ISTIMEWA/papuadalamberita.com

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI –  Maskpai penerbangan Sriwijaya Air yang telah membuka isiolasi Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan daerah luar Senin (29/7/2019) telah berakhir.

Secara resmi Sriwijaya Air melakukan cancel flight dari dan ke Manokwari Papua Barat per 30 Juli 2019, ini tidak hanya berdampak pada folume layanan masyarakat yang hendak keluar dam masuk ke Manokwari melalui transportasi moda udara, namun sejumlah dunia usaha mengalami kesurutan penghasilan berkepanjangan.

Yang paling merasakan itu pengusaha Karaka akan kehilangan ratusan juta rupiah.  Pengusaha dan nelayan kepiting Bintuni dipastikan merugi

 ‘’Kami mau kirim kepiting pake pesawat apa? kalau Sriwijaya Air tutup penerbanganya, selama delapan tahun kepiting yang dikirim ke Jakarta dan Surabaya pake pengiriman Sriwijaya Air dan hanya pesawat inilah yang menerima pengiriman kepiting,’’ ujar Haja Jumriani kepada wartawan Ahad (28/7/2019).

‘’Usaha pengiriman kepiting tidak sebatas Jakarta atau Surabaya, pesanannya diteruskan hingga Negara Cina dan Banglades.,’’ ujarnya melalui saluran telepon.

Menurutnya, dalam sehari yang dikirim sekitar 30 coolbox dari Kabupaten Teluk Bintuni melalui darat ke Kabupaten Manokwari,  itu senilai Rp57 Juta.

‘’Rp57 juta itu modal  kami, belum keuntungan bersihnya. Tergantung keadaan sungai kalau air surut kepiting banyak bisa 50-80 cool box yang di kirim dalam sehari itu mencapai Ratusan Juta, tapi air naik seperti ini tentu saja sedikit kepitingnya.

Saat ini ada 30 nelayan Bintuni yang bekerja bersamanya sebagian besar adalah orang asli Papua. ‘’Kami sudah buatkan perahu untuk nelayan, semua dimodali untuk mencari kepiting. Belum kembali modalnya terjadi masalah seperti ini,” urainya.

Ia beraharap Pemprov Papua Barat dan Pemkab Manokwari meminta Sriwijaya Air rute Manokwari jagan ditutup, karena selama ini pelayananya sangat maksimal bagi pelanggan.

‘’Kami pasti merugi dan bagaimana nasib nelayan kepiting di Bintuni, tidak hanya 30 nelayan yang bersama saya, masih ada pengusaha lain dengan nelayannya yang lebih banyak,” katanya.

Kepala Bandara udara Rendani Manokwari Juli Mudjiono mengatakan, dari sisi bisnis Sriwijaya Air sudah beroperasi Bandara Rendani Manokwari Sembilan tahun, rata-rata per hari menyangkut penumpang sekitar 500 orang.(*/tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *