Papua Barat

Pengabdian Tanpa Pamrih: Polisi di Garis Depan

783
×

Pengabdian Tanpa Pamrih: Polisi di Garis Depan

Sebarkan artikel ini
Arus Lalu Lintas
ILUSTRASI FOTO: Anggota Lalulintas Polresta Manokwari saat menyerbangkan seorang pelajar Sekolah Dasar di Fanindi Manokwari, Papua Barat. FOTO: SATLANTAS POLRESTA MANOKWARI.PAPUADALAMBERITA

Dalam diamnya langkah, di balik seragam yang tak pernah lelah, polisi bertugas bukan hanya untuk menjaga, tetapi untuk melindungi hidup kita—tanpa pamrih, tanpa minta balas. Di dunia yang penuh kritik dan kebisingan ini, mari kita berhenti sejenak untuk menghargai mereka yang setia menjaga malam dan siang, menjaga ketenangan kita dalam ketidakpastian. Sebuah pengabdian yang lebih besar dari sekadar kata-kata.

-Penulis adalah Pemred papuadalamberita.com-

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Tidak semua polisi bisa dibayar. Bukan hanya oknum di kepolisian yang bekerja menyimpang, tetapi juga banyak institusi pemerintah, BUMN, bahkan institusi kegamaan mengalami hal serupa.

Bahkan, tahanan yang ditahan KPK, Kejaksaan, dan Bareskrim menunjukkan bahwa tidak sedikit institusi dan oknum pejabat yang tersandung kasus penyimpangan dalam menjalankan tugasnya.

Pelantun lagu Bayar… Bayar… Bayar Polisi! telah mencabut dan meminta maaf atas lagunya, yang hingga kini masih tersebar luas di berbagai platform media sosial, terutama TikTok.

Lagu tersebut terus muncul dan menjadi perbincangan di masyarakat.

Polisi bukan institusi yang anti-kritik. Namun, perlu diingat bahwa masih banyak polisi yang bekerja dengan dedikasi tinggi demi kemanusiaan.

Mereka berperan besar dalam membantu masyarakat di pedalaman agar dapat membaca, menulis, dan mengenal Tuhan.

Terkadang, mereka bahkan menjalankan tugas di luar peran pokok sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), seperti menjadi guru atau penetua bagi masyarakat yang membutuhkan.

Saat kita tidur nyenyak bersama keluarga, polisi tetap berjaga demi keamanan kita. Mereka harus keluar masuk hutan, mendaki gunung, dan melintasi lembah serta bukit, menulusuri ombak, gelombang dan badai demi menjaga batas negara, baik darat maupun laut.

Ketika bencana alam terjadi, seperti kebakaran atau pandemi COVID-19, mereka berada di garda terdepan untuk menyelamatkan warga terdampak.

Oleh karena itu, sangat tidak adil jika hanya karena segelintir oknum yang menyimpang, seluruh institusi kepolisian dihujat atas nama kebebasan berekspresi dan seni.

Kebebasan bukan berarti kita bisa seenaknya berteriak tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Jangan seperti peribahasa “gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak jelas.”

Kita sering melihat kesalahan orang lain, tetapi abai terhadap kesalahan diri sendiri.

Perlu dicatat bahwa Polri merupakan salah satu institusi yang berperan besar dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Setiap tahunnya, ribuan anggota baru direkrut menjadi bagian dari kepolisian.

Selain itu, Polri juga berkontribusi dalam menjaga nama baik Indonesia di dunia internasional dengan bergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB.

Tentu, dalam menilai sebuah institusi, kita harus memiliki pandangan yang seimbang.

Polri pun telah menunjukkan keterbukaannya dengan menindak tegas oknum yang bersalah.

Tidak sedikit anggota kepolisian yang telah dipecat, baik dari tingkat tamtama, bintara, hingga perwira tinggi.

Bahkan, pada tahun 2023, dua jenderal polisi berpangkat bintang dua harus dipecat dan dipenjara, serta kasusnya diekspos secara terbuka kepada publik.

Ini menunjukkan komitmen kepolisian dalam menegakkan disiplin dan transparansi.

Lantas, bagaimana dengan lirik lagu yang meskipun telah ditarik oleh penyanyinya, tetapi masih beredar di media sosial?

Kritik seharusnya disampaikan dengan cara santun dan konstruktif.

Gunakan pendekatan ilmiah, dialog, diskusi, atau seminar untuk menyampaikan masukan. Berikan solusi, bukan sekadar hujatan.

Di balik seribu tantangan yang dihadapi, polisi tetap berdiri teguh sebagai penjaga amanah, melindungi yang lemah tanpa pamrih.

Sebuah profesi yang tak hanya diukur dengan tugasnya, tetapi juga oleh pengorbanan yang tak tampak. Mari kita berhenti sejenak, melihat lebih dalam, dan menghargai mereka yang bekerja tanpa banyak kata, hanya demi ketenangan dan keselamatan kita semua.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *