Ustadz Ali Mustofa saat khutba Idul Fitri 1444 H di Lapangan Borasi Manokwari, Sabtu (22/4/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Ribuan warga Manokwri memadati Lapangan Borasi Manokwari untuk menunaikan sholat Idul Fitri 1444 Hijriah, Sabtu (22/4/2023).
Pantauan papuadalamberita.com sholat Idul Fitri 1444 Hijriah di lapangan Borasi manokwari merupan sholat idul fitri kedua setelah pandemi Covid-19 mulai redah, shalat Id pertama pada tahun 1443 Hijriah.
Shalat sunnah dua rakaat dengan tujuh (7) takbirratul Ihram pada rakaat pertama, dan lima (5) takbirratul ihram pada rakaat kedua itu dimulai pukul 07. 00 WIT dengan imam Ustadz Muhammad Asrafil Woretma, SPd dan khatib Ustadz H Ali Mustofa.
Sebelum mendegar khutba, imam Ustadz Asrafil memimpin sholat dengan membacakan Quran surat An’nab di rakaat pertama dan Quran surat al’ A’la. Suara merdu Ustadz melantukan ayat suci Alquran membuat jamaah terasa merinding.
Sedangkan Ustadz Ali Mustofa dalam khutbahnya mengajak umat muslim Manokwari selalu meningkatkan ketakwaan pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
‘’Benar-benarnya Taqwa yaitu apa yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan semaksimal mungkin, dan kita tinggalkan semua apa yang dilarang Allah Subhanahu Wa ta’ala,’’ pesan Ustadz Ali Mustofa.
Ustadz Ali Mustofa mengatakan, akulturasi amal ramadan yang telah berlalu di hari kemarin menjadi salah satu momentum tarbiyah pendidikan, termasuk diberikan waktu dan kesempatan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala untuk memperbaiki diri dengan berpuasa.
‘’Predikat taqwa yang diraih seseorang dalam puasa diperkuat lagi dengan kewajiban menunaikan zakat fitrah dibulan ramadan tujuannya untuk membersihkan diri kita dalam segala noda dan dosa, maka mari kita renungkan lebih mendalam kedua ibadah puasa dan zakat ini memiliki tujuan yang mulia,’’ ujar Ali Mustofa.
Ustadz menjelaskan, bahwa puasa yang baru selesai ditunaikan bukan hanya berdimensi vertikal sebagai penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, perwujudan daripada Hablum Minallah dan berdimensi horizontal yakni membangun lingkungan hubungan dengan sesama manusia atau yang disebut dengan hablum minannas
Kedua ibadah ini memiliki dimensi sosial dan mampu menjadikan kuatnya persaudaraan antara sesama di masyaerakat.
‘’Dimensi sosial dari ibadah puasa bisa dilihat dari wujud kesadaran kita untuk ikut merasakan kepedihan yang dirasakan banyak orang akibat tidak bisa makan dan minum,’’ jelasnya.
‘’Kita sudah diajarkan melalui ibadah puasa ramadan secara jasmani dan rohani, tidak hanya untuk membakar dosa-dosa kita, tetapi membawa karakter-karakter pribadi menjadi rahmatan lil alamin tidak hanya untuk golongannya sendiri tetapi untuk semua makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,’’ sambungnya.(tam)
Shalat Idul Fitri 1444 H di Lapangan Borasi Manokwari, Sabtu (22/4/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.