Janda penjual pinang, Atija Tuiturop kehilangan mata pencaaharian akibat di bakarnya Pasar Thumburury. FOTO: PAPUADALAMBERITA.com
PAPUADALAMBERITA.COM, FAKFAK – Kerusuhan tidak bisa dihindari di Fakfak ketika Rabu (21/8/2019) massa unjuk rasa terkonsentrasi di pusat kota Fakfak, Provinsi papua Barat.
Kerusuhan itu mengakibatkan beberapa warga terluka . Pasar hingga mesin ATM dibakar dan dirusak.
Dalam sehari, Fakfak “diguncang” dua kali unjuk rasa, awalnya tertib akhirnya ada rusuh, Pasapusat perdagangan rakyat kota Fakfak, Pasar Thumburury dan Sekertariat Dewan Adat Mbaham Matta dibakar.
Bagaimana nasib pedagang kecil di Pasar Thumburuny mencari modal jualannya agar membiayai anak – anaknya yang saat ini membutuhkan biaya pendidikan.
Dari sudut ronsokan Pasar Thumburuny seorang pedangan asli Papua berusia 43 tahun, sambil mengunya pinang di mulutnya, tidak kuasa menahan tangis karena kehilangan tempat jualannya di Pasar Thumburuny Fakfak.
Janda bernama Atija Tuturop (43) warga kampung Kiat Distrik Fakfak Barat, yang sudah empat tahun menghidupi anak – anaknya hingga kuliah dari jualan pinang ojek dan sayur dari kebunnya yang dijual di pasar Thumburuny.
Atija Tuturop merupakan salah satu pedagang asli Papua dari banyaknya pedagang asli papua lainnya yang hari ini kehilangan tempat dagangan akibat perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab telah membakar pasar Thumburuny.
Atija mengaku, dari hasil dagangannya selama sehari dia mampu mendapatkan pemasukan sebesar 200 – 300 ribu yang dikumpulkan selama sebulan untuk membiayai anak – anaknya yang kini masih bersekolah hingga ke perguruan tinggi.
Dengan kehilangan tempat jualannya, Atija Tuiturop, merasa terpukul karena bingung untuk kembali mencari tempat jualan dan mencari modal untuk kembali berusaha menghidupi anak – anaknya yang masih membutuhkan biaya pendidikan.
Selain Atija, beberapa pedagang pasar Thumburuny yang ditemui papuadalamberita.com, di puing – puing ronsokan pasar, juga mengakui kehilangan tempat usaha meraka dan bingung mencari modal usaha lagi ditengah kebutuhan keluarga yang begitu besar.
Akibat dibakarnya pasar Tumburuny, membuat banyak pedagang yang kehilangan tempat usahanya untuk melansungkan hidup kebutuhan keluarga meraka.
Para pedagang pasar Thumburuny yang kehilangan tempat usaha hanya bisa berharap ada langkah Pemerintah Daerah yang cepat sehingga para pedagang ini dapat kembali berjualan.
Pasar Thumburuny yang dibangun Pemerintah Kabupaten Fakfak diera Bupati Dr. Wahidin Puarada, M.Si, beberapa tahun lalu telah banyak memberikan kehidupan bagi semua orang Fakfak, baik itu pedagang pakaian, sepatu, tas, pedagang emas, alat elektronik bahkan pedagang sayur mayur hingga pedagang buah termasuk pedagang durian yang datang dari kampung – kampung.
Pasar yang telah meberikan kehidupan bagi masyarakat Fakfak, kini telah hangus akibat perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab, perbuatan orang yang tidak merasa tidak mencintai Fakfak.
Kalau pasar ini terbakar akibat kelalaian orang atau terbakar akibat arus pendek listri mungkin masih bisa diterima dengan lapang dada, tetapi kalau pasar ini sengaja dibakar oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka tentunya orang tersebut telah memutus mata pencarian sebagian besar besar masyarakat Fakfak yang menggantungkan hidupnya di pasar Thumburuny.
Aksi pembakaran yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab itu, telah memutuskan mata pencarian puluhan pedagang kecil di pasar yang selama ini dari dagangan mampu membiayai isi perut keluarganya hingga mampu membiayai anak – anak nya sekolah sampai di pergiuruan tinggi.
Kini banyak anak – anak sekolah yang susah karena orangnya tua kehilangan tempat berdagang, dari mana lagi mereka yang melanjutkan pendidikan bila usaha orang tuanya hilang, dari mana lagi susu anaknya bisa dibeli bila tempat dagangan orang tua lenyap, dari mana lagi pedagang korban rusuh pasar Thumburuny akan mencari modal jualannya ?
Hanya air mata puluhan pedagang yang tak kuasa melihat reruntuhan puing – puing kebakaran yang berserakan di lantai pasar Thumburuny, bingung pedagang pasar Thumburuny karena kehilangan tempat usahanya yang selama ini membiayai kelangsungan hidup keluarga.(RL-07