Papua Barat

Asap Tebal di Lorong Gelap, Basri Tunggu Asa dari Pemda Manokwari

148
×

Asap Tebal di Lorong Gelap, Basri Tunggu Asa dari Pemda Manokwari

Sebarkan artikel ini
Print

Cupilikan video bersama pemliki tiga kios yang terbakar pada Ahad (24/10/2021) di Los PAsar Wosi Manokwari, PApua Barat. PAPUADALAMBERITA. VIDEO: RUSTAM MADUBUN

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Wajah Basri siang itu tersenyum,walaupun mungkin hatinya tersayat-sayat karena  Ia berdiri di atas debu dari bangunan kiosnya yang terbakar pada Ahad (24/10/2021) malam di Kompleks Pasar Wosi Manokwari, Papua Barat.

Baca juga: Tinjau Lokasi Kebakaran, Pesan Bupati Pasar Wosi Segera Dibenahi Tanpa Korbankan Pedagang

Disitula kini ia menggelar satu terpal plastik biru sambil menjajakan sisah pakaiaan anak-anak yang terselamatkan yang sumber apinya diduga berawal dari satu kios di lorong yang diapit Terminal angkutan umum Pasar Wosi.

Lorong jalan yang bertepian dengan pagar pasar induk Wosi adalah milik pemerintah daerah Manokwari, namun pada sisi kiri dan kanan jalan lorong tumbuh kios-kios kecil milik pedagang, padahal lorong itu diperuntukan sebagai jalan lingkar kendaraan dan pembeli keluar masuk pasar Wosi.

Namun apa mau dikata, amukan api dan bara yang tidak terbendung di malam naas tak hanya menghabiskan separo dari kiois-kios di lorong gelap itu. Tetapi api dan asap dari lorong yang gelapa menyeberang ke gedung induk Pasar Wosi, hampir 50 petak kios di beberapa los pasar ikut menjadi korban, tak luput dua kios serta isinya milik Basri musnah sekejap, plus satu kios miliknya di jalan lorong.

Kepada wartawan, Basri yang ditemui di bekas lokasi kebakaran mengaku sabar menerima musibah yang diderita, sebagaimana ketika mengucap sukur saat menghadapi nikmat yang diberikan Tuhan.

Bapak tampak kuat menerima musibah ini,’’ tanya wartawan yang ditemui di lokasi kebakran, Rabu (27/10/2021) siang tadi.

‘’Kita kembali ke alam,  ini kan Tuhan punya,  kalau Tuhanmau ambil jangankan harta,  nyawa pun kapan saja dapat diambil, kita mau bikin apa, kita tidak perlu risau dengan itu,’’ ujarnya mencoba untuk tegar sambil mengatakan dua hal yang tidak luput dari pedagang adalah musibah kebakran, atau digusur.

Ia merasakan kebakran ini sebagai cobaan dalam pelajaran hidup, sehingga tidak usah mengeluh, karena manusia diajarkan menjadi orang sabar dalam menghadapi segala hal.

Pemliki tiga kios di Pasar Wosi yang telah berjualan sejak tahun 2015 kini seakan berjalan di atas bara, hanya bisa melihat arang setelah bara itu padam. Ia pun masih teringat Ahad malam yang kelabu, air matanya yang jatuh tidak hanya mampu memadamkan api malam itu, tetapi kini Ia berharap p;iring makannya di lorong yang gelap itu tetap terisi bersama istri dan keempat anaknya.

Asap tebal di lorong yang memang gelap jika malam tiba karena terhimpit kios-kios kecil di sisi kanan dan kiri membawa duka pemilik tempat usaha malam itu, tetapi Ia masih berucap syukur walupun kios serta isinya hangus jadi arang, ia bersama keluarga selamat, lantaran kejadian itu ia berada di kontarakannya di kompleks Maduraja yang letaknya di sebelah barat dari Pasar Wosi.

‘’Malam itu (saat kebakaran, red) ada kita disini (Manokwari, red),  cuman begitu kita datang tempat sudah mulai terbakar saya punya tempat di atas itu tidak ada yang selamat, karena api sudah di depan mata, jadi sudah tidak bisa, anak istri di rumah, kalau kerugian kita tidak bisa hitung karena lumayan besar,’’ kata Basir tanpa menyebut jumlah kerugian kiosnya.

Pemliki tiga kios yang terbakar pada Ahad (24/10/2021) di Los PAsar Wosi Manokwari, Papua Barat. PAPUADALAMBERITA. FOTO : RUSTAM MADUBUN

Basir punya keinginan, tetapi Tuhan punya rencana lain, pedagang kelontongan in mengaku mau ke Jakarta berbelanja untuk persiapan penjualan menyambut natal dan tahun baru, tetapi rencana terbendung dengan cobaan besar, kebakaran kios-kiosnya.

Iapun mengurungkan niatnya, kalaupun berbelanja daganganya mau dijual dimana? Semua kiosnya yang berjualan pakain jadi itu sudah tidak ada lagi.

‘’Mau ke au Jakarta untuk belanja persiapn Desember,  rencananya memang kita hari Ahad karena ada hal ini (kebakaran, red) jadi kita tunda keberangkatan,’’ tuturnya.

Kebakaran telah berlalu, dagangannya telah habis, angka bunga kredit di bank terus naik, anak dan istri harus makan, rumah kontrakanya tetap dibaywar, lantas Basri mau berdagang di mana?

Jika janji Bupati Hermus Indouw mewujudkan akan membenahi pasar Wosi yang layak bagi pedagang dan pembeli dengan tidak ada lagi pedagang di jalan lorong yang gelap karena kios yang disewahkan orang tertentu itu ditertibkan apa kata Basri?

Basri hanya menugu asa (harapan, red) dari bupati dan pemda Manokwari untuk mengijinkan pedagang korban kebakran kembali menata dan berjualan di tempat semula.

‘’Harapan kita sih masih dikasih kebijakan untuk berjualan. Masyarakat itu Intinya tidak harap diberikan uang atau diganti rugi,  tetapi paling tidak dikasih kebijakan kembali berjualan di tempat yang sama,’’ pintahnya berharap.

‘’Kalau pemerintah punya hati, kita tidak minta ganti rugi, cuma kita minta kebijakan, kita bisa berjualan di sini lagi,’’ ujarnya mengulang asanya.

Namun Basri mengaku mendukung semua kebijakan pemerintah daerah kabupaten Manokwari untuk membenahi pasar Wosi yang baik dan layak sebagai pusat transaksi antara penjual dan pembeli.

‘’Intinya kita mendukung program pemerintah, tetapi  seperti yang awal tadi saya bicara,  kita minta kebijakan,  kita tidak butuh uang pemerintah,  kita tidak butuh bantuan,  tetapi kita butuh kebijakan untuk tetap bisa berjualan,  Intinya di situ,’’ sambung dia.

Lokasi kebakaran pada Ahad (24/10/2021) di Los Pasar Wosi Manokwari, Papua Barat. PAPUADALAMBERITA. FOTO : RUSTAM MADUBUN

Dengan kepolosan Ia mengaku jika tempat jualannya di jalan lorong adalah Ia sewa dari seseorang di pasar itu.

‘’Di lorong ini kita sewa,  di sini ada yang sewa dua meter, tiga meter sampai empat meter, kita sewa kepada yang punya di sini,’’ ucapnya menyebutkan nama sesorang.

Sewanya tergantung besar-kecil lahan yang dipakai dan tergantung kesepakatan dengan  yang punya, pembayaran hanya kesepakatan.

‘’Kita bersyukur, bukan masalah sewanya, masalah  sewa,  di dalam (pasar induknya, red) pun tetap sewa,  ya yang namanya tempat mau buat usaha, tidak ada yang gratis Pak tetap kita sewa,’’ tandas Basrr.

Atas musibah ini Ia tak lagi berencana berangkat ke Jakarta, karena bagaimana mau berangkat dengan modal seperti ini.

‘’Kita di sini kontrak, harus makan, kalau pemerintah larang kita jualan bagaimana rumah bayar kontrakan, bayar anak sekolah,  makan hari-hari,  kita ambil kredit bank,’’ ungkapnya.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *