Papua Barat

Cerita Dari Masni, Menanti Kasih, Semoga Ada Keajaiban Untuk Dewi yang Terbaring di Karpet Lusuh

39
×

Cerita Dari Masni, Menanti Kasih, Semoga Ada Keajaiban Untuk Dewi yang Terbaring di Karpet Lusuh

Sebarkan artikel ini

Dewi anak dengan penderitaan cairan di kepala, warga Kampung Wariori Distrik Masni Manokwari yang dikunjungi kementeri PMK di Masni, Rabu (4/10/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Jika pertumbuhannya normal, berarti di tahun 2023 ini Ia sudah duduk di bangku sekolah dasar Kelas V atau Kelas VI.

Anak dengan usia seperti itu, usia yang penuh dengan kasih sayang dari ibu ayahnya, dan empat kakak yang lebih awal lahir sehat, tumbuh dewasa, pasti Ia begitu disayangi.

Apalagi, Ia anak bungsu dari lima bersaudara, dia bukan anak penderita stunting.

Dia sakit sejak usia tiga bulan.

Tapi, tidak bagi Dewi yang lahir di Kampung Wariori SP 18 Distrik Masni Kabupaten Manokwari ini terbaring lemah, hanya beralaskan karpet lusuh, ada bantal pengganjal kepala.

Lantai rumah Wahid dan Titi bukan ubin, marmer atau tehel, hanya semen kasar da keras.

Ia , tidak seperti anak lain, yang terlahir dari orang tua berkecukupan, tidur di kasur, bantal empuk, pakai kipas angin tidak cukup, minta dinyalakan pendingin ruangan bersuhu rendah, tapi bagi Dewi tidak.

‘’Kenapa tidur di luar bu,’’ tanya papuadalamberita.com kepada ibunya, Titi.

‘’Di kamar panas, di luar ada angin dari depan pintu dan dapur,’’ ujar sangah wanita itu.

Wahid, pria asal Bulukumba berdiri depan saya hanya tersenyum sipu.

‘’Ia di kamar panas pak,’’ sambung dia pendek.

“Kesabaran itu pasti mengalahkan hari yang terberat sekalipun. Hanya yang kurang bersyukur yang kalah, hanya yang kurang mengerti yang putus asa.”

Kata mutiara itu kini pantas di sandang Wahid yang mempersunting mojang priangan asal Bandung, di lokasi Transmigrasi Masni, pada 15 Juli 2012 lahir seorang gadis mungil berkulit putih dan cantik, Ia adalah Dewi yang kini terbaring.

Dewi anak dengan penderitaan cairan di kepala, warga Kampung Wariori Distrik Masni Manokwari yang dikunjungi kementeri PMK di Masni, Rabu (4/10/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Wajah mungil, imut-imut dengan pipi yang memerah bertahan hanya tiga bulan, kepala anak bungsu ini mulai berubah dan membesar.

Mata dengan lentik bulu melengkung bak bulan sambit seakan tertutup,  Wahid dan Titi tidak menyangka jika Dewi seperti sekarang.

Mereka sabar, mereka tidak putus asah, tidak kecewa, tidak marah pada Tuhan, tetapi ada realita hidup yang diuji kepeda meraka berdua dan empat kakanya.

‘’Anak pertama, kedua, ketiga dan keempat lahir sehat dan sempurna hingga dewasa, Dewi lahir juga sehat dan sempurna, di usia tiga bulan Ia berubah,’’ tutur keduanya kepada papuadalamberita.com.

Papuadalamberita.com bersama wartawan Kabarnusantara.com, kominfo papua barat.com ikut dalam kunjungan rombongan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Kemenko (PMK) RI saat meninjau Kampung Wariori melihat interfensi sensitif stunting, di Kampung Wariori Rabu (4/10/2023).

Siang itu rumah Wahid, Titi ikut kebagaian dikunjungi tim dari Jakarta dan Satgas Stunting Papua Barat.

“Saat masalahmu jadi terlalu berat untuk ditangani, beristirahatlah dan hitung berkah yang sudah kau dapatkan’ sepenggal mutiara kata itu menjadi kenyataan bagi Dewi.

‘’Kami di bantu oleh DPLH Manokwari yang bawa Dewi berobat di Rumah Sakit Wahidin Makassar, Sulawesi Selatan,’’ jelas ayah dan ibu Dewi kepada wartawan dan Kemenko PMK RI yang bertandang di rumahnya.

Wahid, Ayah Dewi anak dengan penderitaan cairan di kepala, warga Kampung Wariori Distrik Masni Manokwari, Rabu (4/10/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Ia dirawat, ditangani para ahli medis di Makassar, tidak-sia-sia satu perjuangan dan kesabaran panjang menghasilkan sejumlah cairan berminyak sedikit demi sedikit keluardari batok kepalanya

Walaupun kepala sang anak, Dewi tampak gempeng tak bulat sempurnah, bagi Wahid dan Titi merupakan satu keberkahan yang luar biasa diberikan Tuhan atas ujian.

‘’Setelah dioperasi di Makssar kepalanya mengecil, dulu besar, sampai matanya hampir tertup tidak terlihat, kini kami beruskur sudah sedikit membaik walaupun masih seprti ini,’’ujar Ayahnya, Wahid.

Memang suaranya tidak normal, tapi dari kebiasaan-kebiasaan Dewi berekspresi, Wahid dan Titi mengetahui apa bila anaknya rewel.

Apa bila anaknya merasa panas, atau gerah, perbedaanya pada suara yang terputus-putus dan suara yang terdengar seperti menagis.

Bagaimana makannya Bu? Tanya Saya.

‘’Makan minum, dan buang air normal, seperti biasanya, hari ini dia sedikit pilek, ‘’ujar ibunya.

Dikeheningan rumah yang letaknya di tengah kebun semak belukar, itu sesekali Dewi mengeluarkan suaranya..

‘’Kalau seperti itu dia lagi senang, bukan menagis,’’ sebut maanya.

Wahid dan Titi dalam mebangun rumah tanga, di karunia lima anak, anak pertama berusia 24 tahun bekerja di salah satu dunia usaha di Manokwari, yang lain masih sekolah.

Jalan menuju rumah Dewi anak dengan penderitaan cairan di kepala, warga Kampung Wariori Distrik Masni Manokwari saat dikunjungi kementeri PMK di Masni, Rabu (4/10/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

Kisah sedih Wahid dan Titi menyadarkan kita, bahwa ada kengerian penyakit yang ada di dunia ini, dan pentingnya kita menghargai setiap apa yang telah kita miliki, seperti Wahid dan Titi dengan sabar dan banga memiliki anak bungsu walaupun dengan fisik yang tidak sempurna.

Dewi, gadis 11 tahun yang menderita cairan di otak, tetaplah dianggap sebagai karunia dan ujian, sadarlah bahwa ayah dan ibu kita adalah pahlawan dalam keluarga.

Satu anak yang hidup keterbatsan fisik tak merendahkan potensi Wahid  dan Titi sebagai petani peternak, mereka terus berusaha, tidak mengetahui sampai kapan ada keajaiban yang datang lagi, seperti ujian yang diterima.

Bisa saja keajaiban datang tanpa mereka sadari dan mereka ketahui, seperti ada yang mengasihi dan mengulurkan tangan saat membawa Dewi berobat ke Rumah Sakit Wahidin Makssaar beberawaktu lalu.

‘’Karena dalam hidup tidak semua harus kita mengerti,’’.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf Tidak Bisa Dicopy !!