Sekda Fakfak Drs. Ali Baham Temongmere, MTP Meresmikan Penggunaan Gedung Gereja GKI El – Roi Klasis Kokas Kampung Mangmang Kandak Distrik Bahamdandara Fakfak Papua Barat,Kamis 14 Oktober 202 PAPUADALAMBERITA. FOTO: RICO LETS
Sekda Fakfak Drs. ALi Baham Temongemere, MTP Bersama Ketua Klasis GKI Kokas, Pdt. Semuel Kaywori, S.Si dan Pdt. Lies Bahba, S.Th Ketika Meresmikan Penggunaan Gedung Gereja GKI El – Roi Kampung Mangmang kandak Distrik Bahamdandara,Kamis 14 Oktober 202. PAPUADALAMBERITA. FOTO: RICO LETS
PAPUADALAMBERITA.COM. FAKFAK – Sekretaris Daerah (Sekda) Fakfak. Drs. Ali Baham Temongmere, M.TP, mewakili Bupati Fakfak, meresmikan penggunaan gedung Gereja GKI El-Roi di Kampung Mangmang Kandak Distrik Bahamdandara, Kamis 14 Oktober 202.
Peresmian penggunaan gedung Gereja GKI El-Roi oleh Sekda Fakfak, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, didampingi Ketua Klasis GKI Kokas, Pdt. Semuel Kaywori,S.Si ditandai dengan pengguntingan pita di pintu masuk gereja El – Roi Kampung Mangmangkandah Distrik Bahamdandara dan dilanjutkan dengan penyerahan kunci pintu Gereja dari Panitia Pembangunan kepada Ketua Klasis GKI Kokas.
Setelah gedung Gereja El – Roi diresmikan, dilanjutkan dengan ibdah perdana yang dipimpin langsung Pdt. Yance Tuangge, S.Th, yang juga selaku Sekertaris Klasis GKI Kokas.
Usai pelaksanaan Ibadah perdana, Ali Baham Temongmere dihadapan puluhan jemaat dan undangan, berkesempatan menyampaikan permohonan maaf dari Bupati Untung Tamsil dan Wakil Bupati Yohana Dina Hindom yang tidak berkesempatan hadir dalam acara peresmian penggunaan gedung Gereja ini karena keduanya sedang melaksanakan Dinas luar daerah.
Lelaki Baham yang akrab disapa ABT, menyampaikan Pemda Fakfak juga tengah memproses bantuan kepada Panitia namun terkait besarnya bantuan tersebut, dia (Ali Baham) belum menyebutkan nominalnya karena masih dalam tahap proses.
Dalam sambutannya pula ABT mengantarkan opini publik dengan mengemukakan pertanyaan retoris mengenai apa sesungguhnya peradaban itu? Menurutnya, peradaban sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang dapat diwujudkan dalam bentuk benda. Dan nilai tertinggi dari sebuah peradaban adalah tentang Ketuhanan, nilai ini selanjutnya diejawantahkan dalam pemahaman spiritualitas yang sangat tinggi sehingga menghasilkan sebuah entitas jalan menuju Tuhan.
Lebih lanjut dikatakannya, awal mula peradaban dunia dimulai ketika ada kesepakatan bersama oleh kelompok-kelompok masyarakat untuk menetap di sebuah wilayah tertentu, dan menunjuk seorang pemimpin kelompok serta menentukan tanaman yang merupakan simbol representase kelompok tersebut. Konteks ini searah dengan kehidupan masyarakat Fakfak yang mana telah menjadikan tanaman Pala sebagai simbol peradaban pertanian masyarakat Fakfak, ini dibuktikan dengan penamaan Pala dalam bahasa Matta yaitu “Tomandin” sedangkan dalam bahasa Baham yaitu “Nowonggin”.
Dikatakan pula, setelah kesepakatan bersama untuk menetap, memilih pemimpin, dan menentukan tanaman sebagai simbol representase kelompok selanjutnya mulai adanya penyiapan fasilitas. Menariknya bahwa penyiapan fasilitas selalu diawali dengan fasilitas ibadah (Gereja maupun Masjid) maka pada hari ini kita dapat menyaksikan cikal-bakal kampung Mangmangkandah yang diawali dengan adanya fasilitas Gedung Gereja GKI El-Roi.
Maka dengan adanya gedung Gereja El – Roi sebagai tempat peribadatan di Kampung Mangmang Kandak, tentunya ini mengindikasikan bahwa adanya sebuah peradaban Kampung Mangmangkandah yang ditandai dengan peradaban spiritual jalan menuju Tuhan, tukas Ali Baham Temongmere yang juga sebagai putra Baham.
Lanjutnya, sejarah satu tungku tiga batu dalam konteks spiritual adalah sejarah orang Baham mencari Tuhan. Mereka naik ke gunung mencari Tuhan, mereka turun terus sampai ke tanjung, turun sampai ke dasar laut dan selanjutnya dayung sampai menemukan matahari terbenam karena ada keyakinan yang kuat bahwa dibalik matahari yang hebat itu pasti ada Tuhan, tutup ABT.(RL 07)