Papua Barat

Dokter Adhe: Dukungan Keluarga Sangat Penting untuk Pasien Positif Isolasi Mandiri

226
×

Dokter Adhe: Dukungan Keluarga Sangat Penting untuk Pasien Positif Isolasi Mandiri

Sebarkan artikel ini

Ketua IDI Manokwari, dr Adhe Ismwan yang dijumpai wartawan Selasa (6/10/2020) di RS TNI AL dr Azhar Zahir Manokwari. PAPUADALAMBERITA. FOTO: rustam madubun

 PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Manokwari, dr Adhe Ismawan mengatakan perlu kesadaran tinggi dari warga jika warga ingin menerapkan isolasi atau “self isolate” guna merawat keluarganya dalam pencegahan penyebaran COVID-19.

Baca juga: Pakai Masker, Corona itu Ada! Ini yang Dialami Calon Bupati Mansel Ketika Divonis Positif Corona

Tetapi jika masyarakat tidak disilpin ketika diberi ijin melakukan isolasi mandiri setelah tertular Corona sangat dikuatirkan karena kemungkinan isolasi mandiri menimbulkan klaster baru dalam keluarga bisa terjadi.

“Di daerah Sogun ada gedunga untuk kita gunakan sebagai tempat karantina, juga dipersiapkan di daerah Warpramasi, mudah-mudahan ini dalam waktu dekat akan disetjui masyarakat sikitar, sehingga 100 lebih pasien Corona di luar fasilitas kesehatan bisa kita akomodir dengan baik,’’ jelas dr Adhe yang ditemui wartawan Selasa (6/10/2020) di Rumah Sakit TNI AL Azhar Zahir Manokwari.

Ketua IDI menjelaskan, isolasi mandiri dibeberapa tempat dievaluasi sebagian besar tidak bisa menerapkan secara disiplin. Artinya dipantau teman-teman kesehatan  namun tidak bisa 24 jam sehingga pasien tidak melakukan protocol kesehatan sesuai yang diharapkan.

‘’Kalu memang fasilitas memadai kita utamakan karantina terpusat, tapi fasilitas terbatas maka mau tidak mau isolasi mandiri sebagai pilihan, namun kembali lagi kategori, isolasi mandiri syarat yang pernah saya sampaikan,’’ ujar dokter Adhe.

Dokter mengatakan, yang penting pasiennya dapat melakukan secara mandiri, tempat di rumahnya memadai dan lingkungan sekitarnya termasuk keluarga juga mendukung, ya kalau itu bisa dilakukan dan pasien disiplin itu tidak masalah.

‘’Bukan berarti karena karantina terpusat ditambah, kemudian isolasi  dihapuskan, tidak, tetap ada, namun prioritas atau kategorinya harus dipenuhi,’’ terang dokter.

Isolasi mandiri yang kemungkinan dapat menimbulkan klaster keluarag itu yang dikuatirkan tim medis dan tim kesehatan penanganan COVID-19 Manokwari.

‘’Isolasi mandiri tidak tertib menimbulkan klaster keluarga, tapi dilakukan secara tertib tidak menjadi masalah, ketertiban masing-masing pasien isolasi mandiri tidak bisa dipantau 24 jam,’’ ungkap dokter Adhe.

Adhe mencontohkan kesulitan memantau itu ketika keluar dari kamarnya, atau mungkin keluar dari lingkungan, dari pintu rumahnya walaupun hanya di halaman itu kita tidak bisa pantau secara 24 jam.

‘’Yang pertama diperhatikan pasien isolasi mandiri harus diputuskan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini teman-teman di Puskesmas yang menentukan apakah pasien bisa isolasi mandiri atau tidak. Kemudian nanti akan ditanyakan atau akan dilihat apakah rumahnya memenuhi syarat atau tidak.  Apakah pasien tersebut memiliki kamar tersendiri atau tidak,’’ rinci Adhe.

Karena, menurut dokter pasien isolasi mandiri akan lebih baik lagi kalau kamarnya tidurnya memiliki kamar mandi sendiri, sehingga pasien betul-betul hanya di dalam kamar selama isolasi.

‘’Kemudian bagaimana dengan lingkungan keluarganya? Apakah mendukung atau tidak,  apakah keluarganya bisa mengingat pasien atau tidak ketik keluar dari kamar,  misalnya kamu jangan keluar kamar kan kamu masih isolasi, nah ada dukungan seperti itu atau tidak dari keluarga,’’ tambah dokter Adhe.

Lanjut dokter Adhe,  bahwa atau bahkan mungkin keluarga malah, eeh kamu keluar saja  itu akan membuat dia menjadi isolasi tidak tertib,  hal-hal tersebut yang nanti akan dievaluasi teman-teman di Puskesmas kemudian menentukan oh bapak boleh isolasi mandiri, oh bapak tidak bisa isolasi mandiri.

‘’Jadi dukungan keluarga sangat penting untuk pasien bisa isolasi mandiri,  kalau dukungan keluarga baik maka otomatis isolasi mandiri bis dilakukan dengan tertib. Ya ini juga kita upayakan ditingkat Puskesmas supaya pemantauan dilakukan dengan ketat, tetapi kembali lagi kepada masyarakat.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *