Akedemisi Universitas Papua, Manokwari Papua Barat Dr Ir Agus I Sumule SE, MM yang ditemui wartawan di Unipa Amban Manokwari Rabu (27/9/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Keberadaan Forum Desentralisasi Asimetris Indonesia (Fordasi) diakui bahwa itu bagian dari perintah undang-undang dasar untuk kemajuan.
‘’Di undang-undang dasar pasal 18 B negara mengakui, menghormati wilayah khusus dan menghormati masyarakat adat,’’ ujar Akedemisi Universitas Papua, Manokwari Papua Barat Dr Ir Agus I Sumule SE, MM yang ditemui wartawan di Unipa Amban Manokwari Rabu (27/9/2023).
Baca juga: Akademisi Nilai Keberadaan Asosiasi Gubernur Se Tanah Papua Penting dan Perlu
Dekan Fakultas Pertanian Uipa ini mengatakan Indonesia tidak bisa menjadi negara yang seragam, jangan menyangkali fakta negara Indonesia.
Sekarang di Indonesia punya sembila daerah dengan kekhususan dan keistimewaan yaitu Nangro Aceh Darusalam, DKI Jakarta, Yogyakarta, enam (6) daerah otonomi khusus di tanah Papua yaitu, Provinsi Papua, Papua Barat, Papua Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan dan Papua Barat Daya.
‘’Dari perspektif pengelolaan daerah menurut hemat saya FORDASI adalah salah hal yang harusnya dioptimalkan kerjasama ini,’’ tutur Agus Sumule.
Kenapa? ‘’Sederhananya begini ada kebijakan di tempat lain, tidak bias, tetapi di sembilan daerah ini bisa,’’ cetusnya.
Ia pun mencontohkan seperti yang terjadi di tanah Papua ini.
‘’Kita selalu ada di depan, tetapi orang jarang memberikan apresiasi, kita satu-satunya di seluruh Indonesia ini yang bisa ada kursi di parlemen sepertiga bagi perempuan, di tempat lain tidak ada,’’ ujar Sumule yang akrab dengan wartawan ini mencontohkan.
Agus mengatakan, dengan melalui FORDASI hal seperti yang di tanah Papua itu di Aceh Nangrodarusalam bisa belajar partisipasi kaum perempuan Aceh dalam berpolitikan.
Akedemisi Universitas Papua, Manokwari Papua Barat Dr Ir Agus I Sumule SE, MM yang ditemui wartawan di Unipa Amban Manokwari Rabu (27/9/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
‘’Jadi kita bisa menularkan apa yang ada di daerah kita ke daerah lain, Itu salah satu contoh menunjukkan kekhasan yang ada di daerah,’’ jelas Agus Sumule.
‘’Hal yang kedua masing-masing daerah mempunyai kelebihan sendiri-sendiri yang bisa dikerjasamakan, misalnya Jogjakarta punya kelebihan di pengelolaan pendidikan tinggi,’’ tuturnya.
‘’Ya yang saya tahu di Yogyakarta ada yang namanya stipa dulu sekolah tinggi pertanian sekarang sudah menjadi universitas terbaik di seluruh Indonesia,’’ sambung Agustus.
Kelebihan sekolah ini dalam pengelolaan sawit dan ahli ahli sawi terbaik di Indonesia.
Ia mengatakan kelebihan Yogyakarta ini bisa kerjasama dengan Aceh dan Papua yang juga memiliki sawi.
‘’Optimalkan pengelolaan sawi supaya betul-betul memberikan hasil kepada warga,’’ tuturmua.
Da Ada contoh lain juga ketika Ia melakukan satu studi ke Aceh dan berkunjung ke Rumah Sakit Zainal Abidin Aceh, Ia berjumpa dengan seorang wanita asal Papua bermarga AcImburi.
Dalam pertemuan singkatnya itu Ia berkesempatan berdialog
‘’Saya lihat dari jauh ada perempuan pakai baju dokter, kemudia dia datang pegang tangan, direktur RS itu bilang ini anak saya,’’ ujar Agus menirukan perkecapan waktu itu.
‘’Ini anak Papua fam apa, ini orang Manokwari dikirim dari Papua luar biasa,’’ tuturnya.
Agus sempat bertanya ada berapa berapa anak Papua yang gagal kuliah di Aceh.
‘’Dia bilang tidak ada yang gagal semua berhasil menjadi sarjana, saya tanya apa rahasianya,’’ cerita Agus Sumule.
Menurut Agus, dari cerita mahasiswa asal Papua yang berhasil menjadi dokter di Aceh, bahwa sebagai mahasiswa hanya belajar, hari minggu ke gereja, kemudian jalan-jalan menikmati kelapa mudah di pantai wisata Aceh tanpa ada orang yang mengganggu mereka.
‘’Minggu ke gereja, habis itu kita ke pantai minum air kelapa muda, terus kita pulang rumah belajar, tidak bisa ada orang lain datang, apalagi berbeda jenis kelamin, itu nanti polisi syaria melarang, saya bilang ini luar biasa,’’ puji Agus Sumule.
Penampilan tarian Saman Aceh oleh pelajar SMP di Manokwri Papua Barat tampil pada pembukaan FRakor FORDASI Ke-VIII di Manokwari Selasa (26/9/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.
Kemudian pada keesokan harinya Ia seorang sahabatnya yang menjadi perwira TNI AD di Aceh.
‘’Nanti kakak pulang kasih tahu dua gubernur (waktu itu gubernurnya masih dua PApua dan Papua Barat) bilang kalau mau kasih sekolah anak-anak itu kirim ke Aceh,’’ cerita Sumule.
‘’Disini sini nanti kita lihat, karena situasi di Aceh itu sangat kondusif untuk bikin anak-anak Papua itu sekolah berhasil,’’ tungkap kenanganna waktu itu.
Makna dari dua cerita Agus Sumule diatas menggambarkan, bahwa ada perbedaan budaya yang memberikan kenyamanan perlindungan keamanan kepada orang yang berbeda keyakinan.
‘’Itu salah satu contoh yang kita bisa belajar dari Aceh, yang pergi kuliah di sana pada umumnya Kristen tetapi mereka mengapresiasi itu termasuk yang dokter tadi, mungkin dia sudah kembali kerja di Papua,’’ jelas Agus Sumule mencontohkan pentingnya FORDASI melihat permasalahan sebagai daerah dengan kekhususan dan keistimewaan.(tam)