PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Ketua Satgas Stunting Provinsi Papua Barat Juliana Maitimu menjelaskan, beras foritivit yang dibagikan Korwil Stunting Kabupaten Manokwari kepada warga Kampung Maisepi Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Papua Barat itu tidak kadaluarsa.
‘’Itu kunjungan koordinator wilayah (Korwil) stunting Kabupaten Manokwari, waktu itu ikut memberikan bantuan yaitu BKKBN, Dinas Kesehatan, Korwil Stunting ,’’ ujar Ketua Stunting Papua Barat yang ditemui wartawan di Kampung Maisepi Jumat (20/10/2023).
Baca juga: Kepala Kampung Minta Dinas Kesehatan Rutin Periksa Kesehatan Warga Maisepi
Menurut Ketua Satgas yang sehari-hari Plt Kepala Biro Umum Setda Papua Barat , bahwa ketika beredar ada video yang menyampaikan ada beras kadaluarsa dan beras membatu, pihaknya dan Perangkat Daerah (PD) terkait berkoordinasi menelusuri informasi itu.
‘’Kami berkoordinasi dari Bulog, BKKBN, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Kesehatan, kami berkoordinasi siapa yang serahkan bantuan ini, kemudian kami tim lengkap menemui masyarakat itu pada Selasa,’’ ujar Juliana Maitimu.
Kata Maitimu, dalam pertemuan itu Kepala Bulog Manokwari menjelaskan kenapa masa berlakunya hanya ditempelkan dan berasnya membeku, (keras).
‘’Penjelasan dari kepala Bulog proses pengemasan itu pada April dan masa berlaku sampai 23 November 2023, karena waktu itu mau disalurkan secepatnya mereka (Bulog) belum mempunyai kantong yang tertulis 2023, makanya mereka pakai kantong 2022,’’ ujar Ketua Satgas Stunting Papua Bata t ini.
‘’Makanya mereka lebel 2023 tempel di menutup lebel 2022, itu berlaku sampai November 2023 karena mereka tidak punya kantong 2022,’’ ujarnya menegaskan.
Kata Maitimu, tetapi bsetelah bantuan beras vitamin ini diserahkan, ada yang membuka label dan berpikir beras kadaluarsa.
‘’Bagi kami ini adalah bagian dari konsumen yang cerdas melihat sebelum dikonsumsi, tetapi di label itu sudah ada November 2023,’’ tegas Maitimu.
Maitu menjelaskan hal kedua yang menjadi pertanyaan warga terkait beras yang membatu keras.
‘’Bapak Ibu kalau, kita beli beras premium itu biasanya di vakum, kenapa harus di vakum supaya kandungan vitamin yang dalam beras tidak rusak, karena di vakum otomatis dia seperti membantu,’’ rinci Maitimu.
Maitimu mencontohkan lagi, seperti penjualan beras merah di mall – mall besar, sama seperti itu membeku juga karena memang harus di vakum, dan ini dimaklumi karena mungkin tidak semua warga mengetahui tentang ada kemasan yang di vakum.
‘’Saat pertemuan ada satu kantong beras dibawakan dan masih keras, kemudian masyarakat minta membuktikan jika itu bukan kadaluarasa, maka saat itu ditusuklah pakai paku ternyata berasnya hambur biasa dan tidak ada rusak,’’ tutur Maitimu.
‘’Mereka lihat, dan saat pertemuan perwakilan masyarakat menyampaikan permohonan maaf, karena membuat persoalan ini menjadi besar, kami dari tim Pemda juga menyampaikan maaf,’’sambungnya.
Kata Maitimu, maksudnya baik pemerintah menyalurkan cepat, dan sudah ditempelkan waktu kadaluarsa, dan karena ditempel itulah yang membuat masyarakat menjadi ragu.
‘’Mengeras, itu divakum karena ada kandungan vitamin, jadi memang harus di vakum,’’ tuturnya.
Pada kesempatan yang sama pihak BKKBN beras jenos fortivit itu tidak hanya dibagikan pada warga Kampung Maispi, namun tim juga pada Mei 21023 telah menyalurkan 200 kilogram dengan kemasan yang sama di Posyandu Melati, Borasi anokwari.
Penyaluran saat kampanye stop stunting di Manokwari dan sampai sekarang aman, dan sisa terakhir itu 10 kliogram, semua berjalan baik tidak ada komplain sebelumnya.(tam)