NasionalPapua BaratPapua Barat Daya

Meneliti Satwa Liar di Papua: Tantangan dan Peluang

942
×

Meneliti Satwa Liar di Papua: Tantangan dan Peluang

Sebarkan artikel ini
Peneliti, akademisi di Fakultas Peternakan Universitas Papua, Freddy Pattiselanno. FOTO: ISTIMEWA.PAPUADALAMBERITA
Print

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Menikmati alam dengan satwa liar yang mendiami relung dan habitatnya adalah hal yang menarik bagi sebagian orang.

Atraksi satwa, selain keindahan warna bulu dan kulitnya, serta kemerduan suara dan kicauannya, menjadi daya tarik tersendiri yang patut diamati di alam bebas.

Potensi ini semakin menarik ketika ditawarkan sebagai wisata berbasis satwa, yang mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah karena keunikan yang dimilikinya.

Namun, untuk menjaga keberlangsungan potensi ini, semua aspek yang mendukungnya perlu dikaji secara representatif dan detail.

Kajian atau studi tentang satwa liar menjadi hal yang sangat penting dilakukan. Melalui kajian akademik, informasi yang tersedia dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai potensi ekowisata berbasis satwa.

Freddy Pattiselanno, seorang peneliti dan akademisi di Fakultas Peternakan Universitas Papua, telah secara intensif melakukan studi mengenai satwa liar di Papua.

Sarjana Peternakan dari Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) yang lulus pada tahun 1990 ini memulai karir sebagai staf pengajar dan peneliti pada tahun 1994 di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih.

Pengalamannya mengajar dan mengabdi sejak menjadi dosen mendorongnya untuk lebih fokus melakukan penelitian di bidang satwa liar.

Saat melanjutkan studi Magister di University of the Philippines Los BaƱos, dengan dukungan Beasiswa SEARCA, Freddy melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Rusa Timor di Padang Rumput Kebar.

Kajian ini memberikan gambaran tentang populasi rusa, kapasitas tampung, kondisi padang rumput, serta pemanfaatan rusa oleh masyarakat setempat.

Hasil penelitian ini menjadi acuan dalam pengembangan kawasan Lembah Kebar sebagai kantong populasi rusa di Kepala Burung Papua.

Menurut Freddy, meneliti satwa liar sangat menarik dan menantang karena berbeda dengan tanaman yang tidak bergerak.

Satwa selalu berpindah tempat sesuai dengan tingkat keamanan dan kenyamanan di habitatnya. Karena itu, saat mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi Doktor dengan dukungan Australia Award Scholarships (AAS), Freddy memfokuskan penelitiannya pada perburuan satwa liar di Kepala Burung Papua.

Penelitiannya yang berlangsung selama lima tahun di James Cook University, Cairns, North Queensland, membuka banyak perspektif baru tentang keberadaan satwa liar di wilayah tersebut.

Freddy mengungkapkan bahwa masih banyak yang perlu dikaji mengenai satwa liar di Papua.

Kajian terintegrasi yang menghubungkan satwa dengan sosial budaya, ekonomi, dan ketahanan pangan masih perlu dilakukan, selain studi ekologi.

“Investasi dalam konservasi satwa adalah potensi yang sangat baik saat ini, terutama dengan menawarkan jasa lingkungan melalui ekowisata berbasis satwa, baik di darat maupun pesisir/laut,” ujarnya.

Mengakhiri bincang-bincang dengan papuadalamberita.com, Freddy menekankan bahwa penelitian satwa membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, kolaborasi dalam melakukan kajian menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ke depan.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *