Derap Nusantara

Menguatkan Ekonomi Lokal Dengan Keterampilan Menganyam Rotan

238
×

Menguatkan Ekonomi Lokal Dengan Keterampilan Menganyam Rotan

Sebarkan artikel ini
Print

PAPUADALAMBERITA.TANJUNG SELOR Tangan Makda Pelipus ulet memilin rotan ke kanan dan kiri, membentuk seperti jaring laba-laba. Perempuan 35 tahun ini sedang berlatih membuat keranjang rotan. Anyaman rotan merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang menjadi andalan masyarakat Suku Dayak.

Anyaman rotan biasa dimanfaatkan sebagai perkakas rumah tangga. Mereka biasanya hanya memanfaatkan kulit rotan menjadi anjat, bekang, tikar, dan tas.

Itulah yang mendorong Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malinau memberikan bantuan alat ekonomi produktif (BAEP) berupa seperangkat mesin anyaman rotan melalui dana DBH DR.

Selanjutnya Disperindag Kabupaten Malinau berkolaborasi dengan UPTD KPH Malinau dan KKI Warsi menyelenggarakan Roadshow Pelatihan Anyaman Rotan Kerja Sama dengan Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik Kemenperin RI di Desa Laban Nyarit, Long Pada, Long Jalan dan Setulang pada 3–22 Juli 2024.

Melani Indah, Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Disperindag Kabupaten Malinau, mengatakan melalui pelatihan ini kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS) yang hidup di sekitar kawasan hutan bisa mengenal diversifikasi produk turunan rotan lainnya sehingga  masyarakat bisa meningkatkan ekonomi melalui pengelolaan hasil hutan.

Sebelumnya, pemkab setempat memberikan pelatihan anyaman rotan kepada perwakilan anggota KUPS Anyaman rotan pada 2023.

“Namun, pelatihan ini belum bisa menjangkau seluruh anggota KUPS yang berada di desa sehingga kami menghadirkan narasumber langsung di tengah masyarakat,” ujarnya.

Dengan demikian pula, seluruh bagian rotan yang digunakan tidak ada yang terbuang. Fitrit rotan digunakan untuk membuat tas dan keranjang, sedangkan kulitnya tidak hanya diolah menjadi tas dan tikar, tapi juga untuk aksesoris anyaman rotan.

Ana, anggota KUPS HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) Desa Long Jalan, senang mengikuti pelatihan ini karena bisa mengenal jenis produk baru anyaman rotan.

“Saya selama ini hanya tahu cara membuat tikar dan anjat, tapi ada keinginan untuk membuat anyaman rotan lain seperti keranjang dan tas. Setelah ikut pelatihan ternyata kami bisa juga membuat produk anyaman yang lain,” katanya.

Rosa, anggota KUPS Anyaman Rotan Long Pada, mengatakan setelah mengikuti pelatihan ini bisa membuat modifikasi anyaman rotan. Padahal, sebelumnya ia tidak tahu cara memadupadankan anyaman rotan dengan kulit sintetis.

Setelah mengikuti pelatihan, ia mengetahui cara membuat pola sampai menjahit kulit dengan anyaman rotan menjadi dompet.

Muhammad Alfindo, Fasilitator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, mengatakan pihaknya mendampingi masyarakat dengan menyediakan lahan seluas 46 hektare untuk wilayah budi daya rotan yang berada di kawasan hutan Desa Long Pada.

Persebaran rotan tersebut jauh dari pemukiman  sehingga hal ini malah akan mempermudah masyarakat untuk mengolah bahan baku.

Pendampingan pascapelatihan tersebut untuk  mendorong masyarakat agar mengoptimalkan BAEP mesin anyaman rotan dan aktif memproduksi anyaman rotan sehingga mereka bisa mandiri memproduksi anyaman rotan.

Kegiatan tersebut merupakan pelatihan gabungan dengan desa terdekat yakni Desa Laban Nyarit dengan Desa Punan Mirau pada 3 – 5 Juli 2024, Desa Long Pada dengan Desa Long Nyau 6 – 8 Juli 2024, Desa Long Jalan dengan Desa Long Lake pada 12 – 13 Juli 2024 dan Desa Setulang pada 20 – 22 Juli 2024.

Kepala Disperindagkop Kaltara, Hasriani, menyebutkan bahwa jumlah industri kecil menengah pengolahan anyaman rotan di Kaltara sebanyak 333 usaha yang tersebar di berbagai daerah.

Potensi rotan di Kaltara

Kalimantan Utara atau Kaltara menyimpan potensi besar dalam hal kekayaan rotan. Dikenal dengan hutan hujan yang lebat, Kaltara memiliki berbagai jenis rotan berkualitas tinggi yang diminati pasar lokal maupun internasional.

Beberapa daerah di Kaltara, seperti Malinau, Bulungan, dan Tana Tidung, terkenal sebagai penghasil rotan utama. Potensi ini dapat dioptimalkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan memajukan sektor usaha kecil menengah (UKM) di Kaltara.

Kaltara memiliki berbagai jenis rotan dengan kualitas yang beragam. Beberapa jenis rotan yang terkenal di Kaltara antara lain rotan murai, jenis rotan ini memiliki diameter besar dan kuat, cocok untuk membuat furnitur dan kerajinan tangan besar.

Selanjutnya adalah rotan manau, lebih kecil dan lentur, biasa digunakan untuk membuat anyaman seperti tikar, topi, dan keranjang. Adapun rotan uler memiliki tekstur yang halus dan berwarna coklat muda, rotan ini banyak diminati untuk membuat furnitur dan dekorasi.

Ada juga rotan belang yang unik karena memiliki motif belang pada batangnya, menjadikannya bahan baku kerajinan tangan yang bernilai estetika tinggi.

Kekayaan rotan di Kaltara membuka peluang ekonomi yang menjanjikan. Beberapa peluang yang bisa dimaksimalkan seperti Industri pengolahan rotan dapat dikembangkan untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti furnitur, kerajinan tangan, dan bahan baku anyaman.

Dengan pelatihan dan pendampingan, pengrajin rotan di Kaltara dapat meningkatkan kualitas produk mereka agar lebih kompetitif di pasaran.

Perluasan pasar untuk produk rotan Kaltara, baik di dalam negeri maupun mancanegara, dapat meningkatkan permintaan dan keuntungan bagi para pelaku usaha. Hutan rotan di Kaltara dapat menjadi daya tarik wisata alam yang unik. Ekowisata rotan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal sekaligus menjaga kelestarian hutan.(antara)
Oleh Muh. Arfan
Editor : Achmad Zaenal M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *