BAPENDA PAPUA BARAT
FeaturePapua Barat

OPINI: Balapan Liar dan Bandwagon Effect, Orang Tua yang Mencegah, Bukan Polisi

236
×

OPINI: Balapan Liar dan Bandwagon Effect, Orang Tua yang Mencegah, Bukan Polisi

Sebarkan artikel ini

Yang terjaring razia Satlantas Polres Manokwari, Selasas 95/4/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN

Penulis, Rustam Madubun:

Kembalikanlah anak-anak kita ke jalan yang benar, sebelum mereka lelah dan rapuh dijalan raya, yang nantinya membuat kita ikut-ikutan menyalahkan temannya, orang lain dan polisi. (*pemimpin redaksi papuadalamberita)

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Kapolres Manokwari AKBP Parasian Herman Gultom SIK, MSI duduk bareng Kabag Ops, Kasat Lantas, Kasat Reskrim, Kasat Binmas resmi merilis ke publik, warga Manokwari terjaring razia balapan liar dihari ketiga bulan Ramadhan 1443 Hijriah 2022 masehi.

Penertiban Selasa (5/4/2022) pagi ada 68 kendaraan bermotor ditahan, 10 orang ditangkap, lima diantaranya anak dibawa usia 17 tahun mereka terlibat adu balap, adu angkat ban (standing).

Andaikan motor bisa terbang mereka terbang, adu sombong karena banyak ditonto orang yang baru pulang subuan, apa lagi kalau ada bergerombol gadis-gadis pucuk ikut tonton, kalau pun mereka jatuh dan terpeleset mereka bangkit pura-pura tegar jalan normal cari tepian baru roboh, seakan aspal yang keras itu rasa Love.

Ada yang ditahan bersama motornya, ada yang dikembalikan ke orang tuanya dengan catatan membuat perjanjian, ditilang sesuai pelanggaran. Apakah sanksi itu membuatnya jera? Atau  tidak ada lagi balapan liar di Wosi Manokwari? Tidak.

Siapa paling  berperan mencegah anak anak baru gede (ABG) lari kencang dengan motor sambil pamer sombong angkat ban? Jawabnya orang tua. Sekali lagi jawabannya orang tua, keluarga.

Polisi lalu lintas wajib menjaga ketertiban pengguna jalan, menegakan hukum jika melanggar, menertibkan jika mereshkan, seorang anak yang pamitan ke orang tuanya mau subuan, kemudian kumpul bareng teman di pinggir jalan, bukan urusan polisi, tetapi orang tua wajib tegas pada anaknya, kalau sholat,  sholat benar, selesai sholat pulang, jangan ikut balapan liar.

Balapan liar pada subuh hari salah dan fatal, tetapi  ini menjadi fenomena ketika bulan ramdhan tiba tidak hanya di Manokwari, daerah lain pun sama bahkan mungkin lebih parah dari Manokwari.

Kenapa balap liar menjadi fenomenal digandruni anak muda? Bisa berawal dari ketidak perhatiannya orang tua terhadap pergaulan anak di luar rumah.

Anak yang merasa tidak memperoleh kasih sayang sesunguhnya dari orang tua, karena kasih sayang orangtua nyaris habis dipekerjaan.

Fenomena soerang anak ikut balap liar terjadi, bisa karena ikut-ikutan, trand gaya hidup, atau memang anaknya “bandel” di luar rumah, walaupun di rumah terlihat penurut, alim. Karena, jika anak penurut orang tua dia akan tunduk, usai sholat pulang, bukan kongko-kongko di emper toko saling mengajak balapan.

Dokter, Anandika Pawirti dalam tulisan kesehatan menyebutkan,  gaya orang yang ikut ikutan disebut bandwagon effect, bandwagon effect adalah fenomena psikologi membuat seseorang mengikuti tren, gaya, sikap, maupun perilaku orang lain. Dampak yang ditimbulkan tergantung tren atau pengaruh di sekitar.

Dokter itu mencontohkan, ketika melihat teman membeli barang baru, apakah pernah tiba-tiba melintas di pikiran Anda membeli barang yang sama? Misalkan, ada teman membeli ponsel terbaru. Anda membeli ponsel yang sama beberapa waktu kemudian.

Apabila Anda pernah mengalaminya, fenomena ini dikenal dengan istilah bandwagon effect. Dalam beberapa kasus, efek ini dapat berdampak buruk bagi kondisi kesehatan orang yang terpengaruh.

Saya berpendapat pencegahan balapan liar bukan saja pada balapannya, tetapi sejak dari keinginan dan gaya hidup anak harus diamati, dikontrol, lihat kualitas dan ketahui siapa temannya serta kenapa dia ingin itu.

Jangan biarkan anak kita berpotensi alami bandwagon effect. Ini penyebab bandwagoun effect bagi seorang anak, diantaranya:

PEMIKIRAN KELOMPOK: Saat tidak mengikuti tren, sebagian teman berpikir Anda ketinggalan zaman. Itu menjadi tekanan luar biasa, sehingga Anda mau tidak mau menyesuaikan diri dijalan yang salah.

KEINGINAN DITERIMA DI KELOMPOK TERTENTU: Bandwagon effect terjadi karena ada keinginan untuk diterima, diakui dalam kelompok. Contohnya, teman dalam kelompok punya ponsel bermerek yang sama. Itu membuat Anda membeli ponsel merk serupa agar menjadi bagian dari kelompok tersebut.

KETAKUTAN UNTUK DIKUCILKAN: Saat seseorang tak mengikuti tren, akan dianggap aneh oleh teman. Beberapa kasus, hal ini berujung pada tindakan pengucilan. Agar perlakuan tersebut tak terjadi pada dirinya, ia kemudian akan mengikuti tren yang ada. Dengan begitu, ia lebih diterima secara sosial.

Warga dan orang tua perlu mengetahui, bahwa polisi mengamankan saat ada aksi, konsukwesninya tertangkap hukum ditegakan, walaupun  bukan tujuan utama polisi adalah penangkapan.

Disinilah orang tua harus memberikan perhatian, didikan, saat anak di luar sekolah, di luar rumah, dan berikan perhatian penuh kasih sayang saat di rumah.

Bukan berikan motor mahal yang larinya kencang, dan tidak ada gunanya jika berakhir dengan terima surat “cinta” dari polisi karena anak bermasalah hukum akibat balapan liar.

Sentuhlah dia dengan kasih, bisikan ke telinganny dengan kalimat, sayang bahwa  motor itu mahal, tapi tak semahal nyawamu, karena jiwa ragku dan ibumu hanya untukmu.

Bermotor boleh, untuk cepat sampai di sekolah, untuk tidak telat ibadah, untuk rekreasi bersama, tetapi bukan menjadi jembatan kematian karena sebuah gengsi terlihat frits stile dan viral di platform sosial media sebelum cita-citamu membahagikan kedua orang tercapai.

Ingat bersekutu dengan hura-hura memang banyak teman, tetapi ketika kita bermasalah, terjerat hukum, ketika kita susah, ketika sakit, kita akan mengetahui arti persehabatan, mungkin kita akan menjawab saya tidak kenal anak itu.

Kembali ke “laptop”: Berawal dari orang tua dan berakhir juga dengan orang tua, artinya orang tua jangan lelah awasi anak-anak kita, orang tua harus mengetahi kemana dengan siapa anak kita ketika di luar rumah.

Karena apapun yang menimpa  anak kita semua akhirnya orang tua yang menangungnya. Kembalikanlah anak-naka kita ke jalan yang benar, sebelum Ia lelah dan rapuh dijalan raya, yang membuat kita menyalahkan teman, orang lain dan polis.*pemimpin redaksi papuadalamberita.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *