Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat, Derek Ampnir, S.Sos, MM dan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat, dr Arnoldus Tiniap saat jumpa pers bersama wartawan di Sekretariat Bersama Gugus Tugas COVID-19 Papua Barat, Senin (13/4/2020) malam, di Swiss Belhotel Manokwari. FOTO: rustam madubun/papuabarat.
PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI- Pengiriman specimen untuk pemeriksaan laborotorium terkait COVID-19 dari Kota Sorong, Kabupaten Kaimana kini memerlukan waktu lama akibat kurangnya penerbangan dari dan ke kedua daerah tersebut ke Jakarta atau Makassar.
Baca juga: Pasien COVID-19 Kota Sorong Kian Membaik, Masih Dua Kali Pemeriksaan Swab
Selain itu, Alat Pelindung Diri (APD) dari pusat tertahan di Manokwari, be;lum terkirim ke sejumlah kabupaten di Papua Barat karena keterbatsan penerbangan antar kabupaten di Papua Barat.
Tercatat sampai Senin (13/4/2020) ada 53 swab milik warga Kota Sorong yang mau di kirim ke Balai Besar Kesehatan (BBK) Makassar dan Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan masih berada di Kota Sorong, juga Kabupaten Kaimana.
‘’Keterbatasan penerbangan sangat terasa dipengiriman swab dan bantuan logistik kesehatan. Jadi untuk yang kota Sorong dan wilayah Sorong Raya misalnya itu saya baru dapat informasi sampai  Senin (13/4/2020) 53 spesimen yang sudah diambil dari kota Sorong dan Kabupaten Sorong beberapa hari lalu belum dikirim karena pesawat tidak ada,’’ jelas Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat, dr Arnoldus Tiniap kepada wartawan, Senin (13/4/2020) di Sekretariat Bersama Gugus Tugas COVID-19 Papua Barat, Swiss Belhotel Manokwari.
‘’Demikian juga di Kabupaten Kaimana kita baru dapat informasi mereka juga sudah mengambil spesimen tetapi tidak bisa terkirim, karena ternyata pesawat yang dicarter Pemda Kaimana itu tidak bisa membawa specimen,  karena tidak ada persetujuan dari maskapainya,’’ jelasa Juru Bicara yang didampinggi Ketua Pelaksana Gugus Tugas COVID-19 Papua Barat.
Jubir mengatakan, dampak lain keterbatasan penerbangan, akses keluar-masuk  antar daerah masih sangat dibutuhkan untuk mengirim spesimen dan untuk mendistribusikan Alat Kesehatan (Alkes) seperti alat pelindung diri (APD).
‘’Paling terasa adalah dari Manokwari yang dibawa kesini bantuan dari pusat,  kita mau mendistribusikan ke kabupaten itu kesulitan karena tidak ada penerbangan ke sana,  ada beberapa kabupaten yang inisiatif mengambil sendiri dari jalur darat. Tetapi kabupaten yang lain harus mengambil melalui udara,’’ ujar juru bicara.
Pengambilan sampel harus diambil oleh petugas kesehatan dari pasien yang dirawat terus dikemas untuk mengirim, kalau tidak ada penerbangan ke luar tidak bisa dikirim.
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat Derek Ampnir mengatakan, ada dua hal dalam mengatasi bencana, strategi dan operasional, strategi artinya strategi  apa yang kita pakai dalam mengatasi bencana di daerah masing-masing.
‘’Operasionalnya harus dilakukan seperti apa ? step by step. Ingat negara ini negara kesatuan  terdiri antar pulau satu dengan yang lain. Satu pulau jangan menganggap diri tidak tergantung dengan yang lain, itu kesalahan fatal,’’tegas ketua pelaksana.
Semua ini ada system, kata Ampnier apalagi situasi seperti ini itu koordinasi penting, langkah yang diambil harus satu garis komando, praktek di bawah boleh keluar, hierarki harus satu komando.
‘’Apalagi kita menggantungkan semua dari Indonesia bagian barat, jadi harus kita berpikir baik, baik data baik logika dan ilmiah,’’ urai Derek Ampnier.
‘’Kami orang bencana sudah tahu kerentanan dan kapasitas wilayah provinsi dalam menanggulangi bencana, jika bencana tinggi kapasitasnya rendah itu resikonya akan tinggi,’’ urainya.
Menuurtnya, kota Sorong rentan sekali, karena  banyak spesimen yang belum terkirim,  jika Papua Barat ada laboratorium formal yang mempunyai kapasitas untuk pemeriksaan sampel itu tidak ada masalah.(tam)