Papua Barat

Pj Gubernur Papua Barat Menengok Sisa – Sisa Tsunami Aceh

345
×

Pj Gubernur Papua Barat Menengok Sisa – Sisa Tsunami Aceh

Sebarkan artikel ini
Pj Gubernur Papua Barat
Kapal PLTD Yang Terdampar di Kampung Punge Jurung Kota Banda Aceh Akibat Tsunami 26 Desember 2004. Rabu (11/9/2024). FOTO : ENRICO. PAPUADALAMBERITA.COM.
Print

PAPUADALAMBERITA.COM. BANDA ACEH – Ketika menghadiri pembukaan PON XXI yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada Senin 9 September 2024. Gubernur Papua Barat Drs. Ali Baham Temongmere, MTP., melaksanakan meninjau sisa – sia Tsunami Aceh  yang terjadi pada 26 Desember 2004, Selasa (10/9/2024)

Beberapa sisa – sisa Tsunami Aceh yang terjadi 20 tahun lalu, yang dikunjungi Pj Gubernur Papua Barat Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, bersama Ketua TP PKK Papua Barat, Siti Mardiana yakni Kapal PLTD Apung dan kapal Nelayan Lampulo yang terseret hingga kedaratan bahkan keatap rumah warga.

Selain mengunjungi Kapal PLTD Apung dan Kapal Nelayan Lampulo, Pj Gubernur Ali Baham Temongmere dan Ketua TP PKK Provinsi Papua Barat, Siti Mardiana juga mengunjungi Museum Tsunami dan Masjid Raya Baiturrahman.

Kapal PLTD :

Kapal ini menjadi saksi bisu ganasnya Tsunami Aceh 26 Desember 2004, petugas memberikan penjelasan terkait kapal dengan bobot panjang 63 meter dan berat 2.600 ton ini memiliki mesin pembangkit listrik kekuatan dayanya mencapai 10,5 megawatt.

Bagai menggunakan sihir, gelombang tsunami yang maha dasyat mampu menyeret kapal PLTD Apung terseret 15 kilometer ke pusat kota Banda Aceh.

Pj Gubernur Papua Barat Drs. Ali Baham Temongmere, MTP., Bersama Ketua TP PKK Papua Barat, Siti Mardiana, di Dalam Kapal PLTD. Rabu (11/9/2024). FOTO : ENRICO. PAPUADALAMBERITA.COM.

Kapal PLTD tersebut sebelumnya  berada di laut, tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Terseret hingga di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh dengan membawa 7 ABK dari 7 ABK 1 orang selamat. Kapal PLTD ini menjadi salah satu objek wisata di Banda Aceh yang ramai dikunjungi rombongan dari berbagai daerah yang mengikuti PON XXI Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) tahun 2024

Kapal Nelayan Lampulo :

Pj Gubernur Papua Barat Drs. Ali Baham Temongmere, MTP., Bersama Ketua TP PKK Papua Barat, Siti Mardiana, Ketika Mengunjungi Kapal Nelayan Lampulo Yang Terdampat di Atas Rumah Warga Ketika Tsunami Aceh 20 Tahun Lalu. Rabu (11/9/2024). FOTO : ENRICO. PAPUADALAMBERITA.COM.

Kapal Nelayan Lampulo yang terdampar di atap rumah warga kampung Lampulo Banda Aceh juga menjadi saksi bisu keganasan Tsunami Aceh tahun 2004. Kapal nelayan ini terseret sekitar 3000 meter dari tepi pantai diperkampungan nelayan Lampoulo Banda Aceh.

Tingginya gelombang Tsunami 20 tahun lalu yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, membawa kapal nelayan ini akhirnya tersangkut diatas rumah salah satu warga yang memiliki 2 lantai.

Museum Tsunami :

Helicopter Milik Polri Yang Menjadi Saksi Bisu Dasyatnya Tsunami Aceh Yang Dipampang di Museum Tsunami Kota Banda Aceh. Rabu (11/9/2024). FOTO : ENRICO. PAPUADALAMBERITA.COM.

Museum Tsunami merupakan monumen bersejarah dan edukatif yang didedikasikan untuk memperingati bencana dahsyat tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004. Museum ini didesain oleh arsitek Ridwan Kamil, bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pengingat dari tragedi tersebut tetapi juga sebagai simbol harapan dan ketahanan.

Arsitekturnya yang unik menyerupai gelombang tsunami, lengkap dengan lorong sempit dan gelap yang mendramatisir momen-momen mencekam saat bencana terjadi, sementara ruang terang dan terbuka mewakili harapan dan kehidupan pasca bencana.

Desain Museum Tsunami dengan tema Rumoh Aceh as Escape Hill terinspirasi dari rumoh aceh (rumah aceh) yang merupakan bangunan rumah panggung. Museum ini terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 merupakan ruangan yang berisi rekam jejak kejadian tsunami 2004, antara lain ruang pamer tsunami, pratsunami, saat tsunami dan ruang pasca tsunami.

Sedangkan di lantai 2 museum ini berisi media-media pembelajaran berupa perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4D (empat dimensi), dan souvenir shop. Saat memasuki museum, pengunjung langsung dibawa untuk memahami kehancuran yang disebabkan oleh tsunami melalui “lorong tsunami” yang sempit dan gelap. Suara air yang mengalir dan pencahayaan redup di lorong ini bertujuan untuk menciptakan suasana saat tsunami melanda, memberikan pengalaman imersif dan membangkitkan emosi.

Dari sana, pengunjung bergerak ke area pameran yang lebih luas, di mana foto, artefak, dan narasi pribadi dari para korban tersaji. Kisah-kisah ini menggambarkan kisah duka, kehilangan, keberanian, dan pemulihan, memberikan wawasan mendalam tentang dampak manusia dari bencana tersebut.

Dilantai 1 pengunjung disuguhkan dengan 114 foto – foto pasca Tsunami yang terpampang rapi. Pengunjung juga dapat melihat satu Helicopter milik Polri yang rusak berat akibat ganasnya Tsunami 20 tahun lalu.

Masjid Raya Baiturrahman :

Pj Gubernur Papua Barat, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP. Bersama Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman., Ketika Mengunjungi Masjid Tersebut. Rabu (11/9/2024). FOTO : ENRICO. PAPUADALAMBERITA.COM.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh atau Masjid Kesultanan Aceh adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Masjid ini dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari amukan bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 .

Awalnya masjid yang asli dibangun pada tahun 1612 di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Masjid Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 minaret, termasuk yang tertinggi di Banda Aceh

Masjid ini masih berdiri tegak di tengah amukan gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang hanya mendapatkan sedikit kerusakan seperti beberapa dinding yang retak. Salah satu minaret 35 meter juga mengalami sedikit keretakan dan menjadi sedikit miring akibat gempa bumi tersebut.

Di saat kejadian bencana alam tersebut, masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara untuk orang – orang yang terlantar dan baru dibuka kembali untuk ibadah salat setelah 2 minggu kemudian.

Setelah melakukan kunjungan ke Kapal PLTD, Kapal Nelayan Lampulo, Museum Tsunami dan Masjid Raya Baiturrahman, Pj Gubernur Papua Barat, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP., mengatakan, dibalik bencana Tsunami 20 tahun lalu yang menimpa Aceh ada hal positif  yang menjadi pelajaran bagi kita umat Manusia.

“Ada dua hal penting dibalik bencana alam yang menimpa Aceh 20 tahun lalu, dimana yang a kita umat manusai diminta untuk menempatkan perdamaian di atas segalanya. Untuk  Perdamaian yang pertama harus dekat dengan Tuhan dan kedua harus membangun hubungan yang baik antar sesama umat manusia. Karena itu dari Aceh sampai Papua harus bersatu dan tetap beriman kepada Tuhan,” tutupnya. (Enrico Letsoin)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *