Papua Barat

Rony Wabia Puji Emas SEAG, Bicara Manajemen Bola dan Bangga Adolof Kabo

282
×

Rony Wabia Puji Emas SEAG, Bicara Manajemen Bola dan Bangga Adolof Kabo

Sebarkan artikel ini
Print

Robert Nicson Wabia yang ditemui wartawan Jumat (19/5/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA.

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Debutan pemain tim nasional (Timnas) Indonesia Usia-22 tahun di pesta olahraga Sout East Asian Games atau SEAG Kamboja 2023 menyedot perhatian warga tanah air dari Sabang hingga Mearauke.

Pemain Timnas PSSI 1996 Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia 1997, Pemain Terbaik Liga Indonesia II, Perispura Jayapura, Robert Nicson Wabia memberikan apresiasi dan pujian atas capaiaan Tim asuhan Indra Sjafri menjadi kampium SEAG Kamboja 2023.

Mantan pemain timnas, Rony Wabia kini menjadi Pimpinan Bank Papua Cabang Manokwari mengaku bangga melihat akselerasi pemain-pemain timnas sampai mendulang emas  di SEAG Kamboja 2023, setelah 32 tahun Indonesia tanpa medali emas sepak bola yaitu pertama kali tahun 1991.

Pemain gelandang itu menilai, prestasi Indonesia di cabang sepak bola SEAG Kamboja bukti kerja nyata dan perubahan PSSI memanage sepakbola tanah air yang mulai maju dan moderen.

‘’Sebagai mantan pemain Timnas Saya bangga bahwa perjalanan Timnas dari dari 1997 di Asian Games saya salah satu pelaku, ada di situ, dan partai final terus berhadapan dengan tim Thailand,’’ kenang rony.

‘’Itu perjalanan panjang, kalau sekarang mereka juara kita harus hormat, karena manajemen PSSI sudah bagus, untuk mencapai prestasi bukan hanya emateri pemain, tetapi manajemen harus bagus,’’ puji Wabiakepada Timnas PSSI SEAG 2023

Menurutnya keberhasilan sepak bola tidak terlepas tata kelola manajemen sepakbola yang profesional dan moderen, tanpa pengelolaan manajemen yang bulsti sepak bola mau maju.

Rony Wabia pun mencontohkan, ketika Ia masih berada di tim mutiara hitam Persipura Jayapura pada tahun 90an, manajemen Persipura saat itu dinilai buruk.

Timnas PSSI tahun 1996, berdiri: Kurnia Sandi, Rony wabia Yeyen Tumena, Aples Gidion Tecuari, Sudirman, Agung Setiabudi. Jongkok: Ritham Madubun, Widod C Putro, Indriyanto Nugroho, Bima Sakti, Farnsi Wewengkang. FOTO: ALBUM RITHAM MADUBUN.

Tetapi, terus perkembang, kini manajemen Persipura berubah menjadi bagus dan akhirnya Persipura kini menyamdang empat bintang di dadanya dalam kompetisi liga Indonesia.

Sebagai mantan pemain nasional Ia mengatakan itulah yang sekarang terjadi di Timnas PSSI, Ia mengapresiasi manajemen PSSI yang sudah bagus dan dipertahankan supaya tim nasional terus meraih juara.

Sebagai mantan pemain timnas saya hormat kepada adik-adik, mereka mencapai juara satu dan medali emas luar biasa, dan itu didukungan seluruh masyarakat Indonesia.

Kata Rony, bahwa kenapa Indonesia baru merengkuh tahta terhormat sepakbola SEAG pada tahun 2023? Itu karena selama ini kompetisi di Indonesia dilihat sebelah mata.

“Karena profesional sepak bola tidak ada, yang ada ituh kepentingan politik, kita mau bicara wasit jujur fair play mana, di lapangan realisasinya beda,’’ itu menurtnya..

‘’Sehingga pemain-pemain mau meningkatkan prestasi lebih tinggi kalau tidak ditunjang dengan profesional bagaimana dia mau mencapai target itu, itu kendala sepakbola Indonesia kita,’’ tegas Rony Wabia.

Hal yang kedua menurut Wabia adalah mayoritas kualitas pemain Indonesia sebenarnya banyak, cuma karena kepentingan pelatih, misalnya pelatih asal daerah “A” banyak pemainnya nanti dari daerah “A” seharusnya tidak seperti itu.

‘’Papua gudang sepak bolanya, dan kita sudah buktikan di PON XIII tahun 1993, itu betul-betul sepak bola profesionalnya,’’ contohnya.

Untuk lebih banyak lagi pemain asal Manokwari atau Perseman Manokwari bisa mengikuti jejak pemain asal Manokwari Fajar Faturhman yang kini menjadi salah satu top skor PSSI SEAG 2023, kembali kepada perhatian KONI, Dispora dan pemerintah daerah.

‘’Kita berharap KONI Papua Barat berperan meningkatkan pembinaan sepak bola di Manokwari supaya mereka terpilh lebih banyak lagi menjadi Timnas,’’ pesan Wabia.

Pemain Persipura Jayapura yang terpilih perkuat Timnas PSSI tahun 1996, dari kiri: Chris Leo Yarangga, Ritham Madubun (almarhum), pelatih Timnas Tumpek Ule Sihite dan Rony Wabia saat menjalani traning center di Italia. FOTO: ALBUM RITHAM MADUBUN.

Ia mengakui dalam pengamatannya bahwa pembinaan sepak bola di Manokwari belum maksimal. kalau mau bicara potensi sepak bola profesional tapi kalau tidak ditunjang dengan manajemen dan pembinaan tidak maju.

‘’Mau bicara sampai jungkir balik juga tidak akan bisa, karena menjadi pemain profesional itu melalui proses panjang, tidak segampang orang bicara, prosesnya panjang,’’ tegas Rony.

‘’Yaa harapan saya untuk Koni Papua Barat Diaspora di sini mari  kita sama-sama bina sepak bola Manokwari, Manokwari punya nama besar di nasional sudah dari dulu di jamannya Adolof Kabo, terus kenapa sekarang tidak bisa lagi, tidak muncul lagi, ada hal apa?  Padahal bibit-bibit muda ini sangat banyak,’’ sambung Wabia dengan nada tanya..

Itulah yang menurutnya, kembali lagi ke pemerintah daerah berperan aktif mendukung sepak bola lewat dinas-dinas yang sudah dikerjakan membidangi olahraga.

Rony menambahkan, tanpa pembinaan yang baik, tanpa turnamen dan kompetisi yang teratur nama Manokwari yang pernah tersohor karena sepakbola dan melejitnya stirker terbaik Indonesia kala itu sang fenomenal almarhum Adolf Kabo, sulit Perseman mengulang sukses itu.

‘’Kompetisi, turnamen itu harus jalan, baru kita bisa bicara prestasi, pemain-pemain muda skrang tidak ada lagi seperti Adolof Kabo,’’ ujarnya mengenang.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *