PapuaPapua BaratPapua Barat Daya

Saat Jurnalis Menulis Fakta, Pemda Harus Menjemput Kebenaran Raja Ampat

123
×

Saat Jurnalis Menulis Fakta, Pemda Harus Menjemput Kebenaran Raja Ampat

Sebarkan artikel ini
Piaynemo Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya. FOTO: WWW.TRIPADVISOR.CO.ID

Ketika narasi keliru tentang Raja Ampat menyebar luas di ruang digital, jurnalis Papua melangkah menjemput fakta ke lapangan. Tapi langkah itu tak cukup jika pemerintah daerah tinggal diam. Kini saatnya pemda turun tangan, menjemput kebenaran, dan mengangkat kembali citra Raja Ampat yang selama ini tertutup kabut disinformasi penulis opini: Rustam madubun

PAPUADALAMBERITA.COM –MANOKWARI- Jika sebuah kebohongan terus dibiarkan berulang-ulang, maka ia bisa menjelma menjadi kebenaran palsu yang mengikis realita.

Demikian pula dengan Raja Ampat, surga dunia yang dalam beberapa waktu terakhir namanya seolah meredup, tergerus narasi negatif dan pemberitaan yang belum tentu berakar pada fakta.

Kini saatnya Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat bangkit, berdiri tegak bersama untuk memulihkan citra Raja Ampat.

Bukan sekadar untuk kepentingan sektor pariwisata, tetapi demi mengembalikan kehormatan sebuah nama yang selama ini menjadi ikon Papua dan kebanggaan Indonesia di mata dunia.

Terlepas dari polemik keberlanjutan kontrak karya PT Antam dalam mengeksplorasi sumber daya alam nikel di wilayah itu, satu hal yang pasti:  Pariwisata Raja Ampat harus tetap menyala.

Ia tidak boleh padam hanya karena kabut informasi yang simpang siur.

Keindahan Wayag, Piaynemo, dan hamparan laut biru yang jernih itu tak layak tenggelam oleh konten media sosial yang kerap mengandalkan gambar editan dan narasi sepihak.

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan pemerintah daeraah melalui Biro Hubungan Masyarakat (Humas) adalah  memberikan ruang kepada jurnalis, dari Papua Barat Daya, Papua Barat, hingga Papua, untuk datang langsung ke lokasi wisata.

Biarkan mereka menulis, menyentuh, dan merasakan sendiri keaslian panorama Raja Ampat yang selama ini menjadi magnet dunia.

Dari situ, akan lahir narasi-narasi jujur yang mampu melawan disinformasi.

Sungguh sayang jika pemerintah daerah tidak menjemput fakta, dan membiarkan kebohongan berseliweran menutup kebenaran. Jika #SAVERAJAAMPAT dan #PAPUABUKANTANAHKOSONG menjadi seruan publik, maka kini saatnya pemda mengambil langkah konkret.

Setelah para jurnalis Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya mempublikasikan fakta, pemerintah daerah harus menjemput media televisi, baik lokal Papua Barat Daya maupun nasional, untuk datang dan memberi porsi visualisasi terhadap kebenaran yang selama ini tertutup kabut disinformasi.

Berikan mereka kesempatan melihat secara langsung jarak antara Pulau Gag yang menjadi lokasi tambang dan destinasi wisata seperti Piaynemo.

Seperti disampaikan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, jarak antara keduanya tidak bersinggungan langsung: sekitar 30-40 kilometer.

Sebuah fakta penting yang bisa mengikis kekhawatiran publik tentang pariwisata yang terancam akibat industri.

Namun, tentu perjalanan menuju kebenaran tidaklah murah.

Biaya transportasi, akomodasi, dan logistik perlu disiapkan, karena menjemput fakta selalu lebih mahal daripada menyebar sensasi.

Tapi ini harga yang layak dibayar demi menyelamatkan masa depan pariwisata Raja Ampat dan menyuarakan kenyataan apa adanya.

Raja Ampat bukan sekadar gugusan pulau dengan air sebening kristal.

Ia adalah kebanggaan, identitas, dan aset yang harus dilindungi, bukan hanya dari kerusakan fisik, tetapi juga dari distorsi informasi.

Dan ingatlah,  Raja Ampat bukan sekadar menjadi cerita dari mulut ke mulut atau sekadar destinasi impian para pelancong.

Ia telah diabadikan oleh negara dalam uang kertas pecahan Rp100.000 tahun emisi 2022 yang diterbitkan Bank Indonesia.

Citra Raja Ampat yang terpatri dalam uang nasional adalah simbol pengakuan bahwa keindahan dan nilainya tak ternilai.

Dan kini, saatnya semua pihak bersatu. Menyuarakan yang benar. Menunjukkan yang nyata. Agar nama Raja Ampat kembali seterang mataharinya, seindah alamnya, dan tetap bersinar seperti yang telah diabadikan dalam uang negara: abadi, terpercaya, dan membanggakan.*Penulis adalah Pemimpin Redaksi Papuadalamberita.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *