PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Waspada black camping, isu agama, isu suku yang dapat menimbulkan konflik jelang Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) serentak, Pemilihan bupati di Manokwari dan Pemilihan gubernur di Provinsi Papua Barat 2024.
Tiga hal yang saya sebut black camping, isu agama, isu suku jika tidak dikelola baik dan benar dapat memicu perpecahan, ketidak harmonisan, kekisruan di masyarakat Manokwari dan Papua Barat.
Masyarakat jangan mau termakan provokasi, masyarakat harus tetap menjaga keharmonisan dalam perbedaan.
Tentu, TNI, Polri, Bawaslu, KPU telah, dan akan mengantisipasi kemungkinan aksi black camping dengan terus membangun koordinasi antar institusi penyelenggara negara.
Memasuki masa-masa menjelang penetapan bakal calon, pemilihan kepala daerah (Pilkada), melalui tulisan opini saya, saya ingin mengajak masyarakat waspada potensi isu agama, isu suku yang dapat memicu konflik.
Kemungkinan isu agama, isu suku dapat menjadi mainan politik murahan di masa Pilkada. Kadang isu sengeja dilempar orang tertentu, untuk menjatuhkan lawan, dengan maksud mempengaruhi pemilih untuk mencari suara di Pilkada.
Penyebar isu seperti ini dimanfaatkan orang, atau tim tertentu supaya menarik simaptik memobilisasi massa, tujuannya memecah-belah masyarakat, dalam mencari suara untuk dukungannya.
Saya mengajak masyarakat Manokwari, Papua Barat waspada, jangan terpancing, masyarakat harus bijaksana, berpikir, bahwa hidup dalam perbedaan itu indah.
Hai Warga Manowkari, Papua Barat jangan mau diprovokasi, jangan mudah terima informasi yang mengatasnamakan agama, suku dan ras, itu hanya kepentig yang menyebarkan untuk sukseskan kepentingan pribadinya, karena merasa tidak mampu meraih suara dengan jalan baik dan benar, ingat tetap waspada.
Saya mengajak semuanya arif melihat, membaca, mendegar setiap informasi, pilihlah yang baik, jangan termakan saling mengadu, karena kepentingan suku, agama atau ras, ini berbahaya bagi kelangsung pelaksnaan Pilkada nanti.
PEMERINTAH, PARA TOKOH HARUS BANTU TNI POLRI
Potensi konflik berbasis agama, suku dan ras paling rentan bagi akar rumput.
Untuk ketertiban masyarakat, stabilitas pertahanan keamanan, dan politik daearh bukan semata tangungjawab TNI, POLRI, KPU atau Bawaslu, mereka adalah penyelenggara negara di bidang keamanan dan Pemilu, tentu telah memiliki standar operasionalnya.
Tetapi peran besar pemerintah daerah (Pemda) tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, toko adat, media masa (jurnalis) sangat besar membantu TNI, Polri jelang dan hingga penghitungan suara Pilkada damai.
Pemerinta harus proaktif bertemu tokoh yang saya sebut diatas untuk menggalang perdamaiaan, jangan jadikan para tokoh seperti pemadam kebakaran, sudah tejadi baru kumpul dengan tajuk coffee morning lah dll.
Namun pemerintah daerah berkawajiban memulai dari sekarang libatkan para tokoh sampaikan, bahwa Pemilukada adalah pemilahn kepala daerah, bukan pemilihan kepala suku atau pemilihan kepala agama.
Karena siapun yang terpilih dia akan membangun bukan untuk kepenting satu suku, atau satu agama, tetapi memabangun untuk semua masyarakat.
Yang terpenting lainnya, adalah masyarakat harus mampu memfilter pemikirannya dengan jangan terpengaruh setiap isu tentang agama atau suku sekecil apapun.
Ingat bersatu menjaga kedamaian dalam perbedaan sangat indah.
Pesan kepada istri, anak, keluarga tetantangga, jangan muda percaya dan terpengaruh isu agama, atau suku yang senegaja dilemparkan ke publik. Karena itu berbahaya.(*)
Penulis:rustam madubun
Copyright: papuadalamberita