Papua Barat

Bagian (1). Misteri Arus Rawara: Kronologi Hilangnya Kasat Reskrim dan Upaya Pencarian yang Tak Kenal Lelah

371
×

Bagian (1). Misteri Arus Rawara: Kronologi Hilangnya Kasat Reskrim dan Upaya Pencarian yang Tak Kenal Lelah

Sebarkan artikel ini
Saksi yang ikut dalam operasi dan pencarian Bripka Rolando Manggaprow saat menjelaskan kepada awartawanwartawan saat jumpa pers di Polda Papua barat Selasa (18/3/2025). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADLAMBERITA.
Print
  • Sungai Rawara Kecamatan Moskona Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, mengalir tenang di permukaan, namun arusnya menyimpan misteri yang menghanyutkan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Samuel Marbun, S.Tr.K, MH.

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI Dalam gelapnya malam, keruhnya air, dan derasnya arus, tim gabungan TNI-Polri berpacu dengan waktu, menyusuri jejak yang samar.

Baca juga: Jejak yang Terbawa Arus: Kisah Pencarian di Sungai Rawara

Operasi pencarian digelar, satu per satu langkah ditapaki, menyulam harapan di antara riak sungai yang terus mengalir tanpa henti.

Di tepian Sungai Rawara, kisah pilu terukir dalam arus yang tak henti mengalir. Di balik gemuruh alirannya, Polda Papua Barat mengisahkan jejak yang hilang—sosok Kasat Reskrim yang terseret derasnya sungai, meninggalkan tanya yang menggantung di langit Bumi Kabupaten Teluk Bintuni.

Dalam senyap hutan dan gelombang harapan, tim gabungan TNI-Polri menapaki waktu, menembus batas siang dan malam dalam dua tahap operasi pencarian.

Di bawah cahaya lampu Gedung Arfak Convention Hall yang temaram, kata-kata terurai dengan berat, membawa kabar yang menggantung di udara.

Kapolres Teluk Bintuni, AKBP Choiruddin Wahid, dengan sorot mata tegas, di hadapan kuli tinta, menyampaikan kisah yang tak hanya milik satu institusi, tetapi juga milik mereka yang menanti dengan harap dan cemas.

Di sisinya, Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol Ongky Isgunawan, SIK, MH, dan Kakansar Manokwari, Yefri Sabaruddin, SP, MAP, turut menjadi saksi bagaimana pencarian yang penuh liku terus diupayakan.

Di ruangan itu, kata-kata bukan sekadar laporan, melainkan potret perjuangan yang masih menggantung di tepian Sungai Rawara, menunggu jawaban dari alam yang bisu.

Latihan Menembak Sebagai Persiapan Awal

Jumat, 13 Desember 2024, sekitar pukul 10.00 WIT, tim gabungan TNI-Polri melaksanakan latihan menembak di Markas Batalyon 763/SBA Bintuni.

Kegiatan ini melibatkan personel Polres Teluk Bintuni dan dipimpin Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Samuel Marbun, S.Tr.K, MH.

Kemudian pada Ahad (15/12/2024), tim gabungan TNI-Polri berangkat dengan seluruh pembiayaan oeparsi menggunakan anggaran DIPA tahun 2024.

Tim ini terdiri dari 60 personel gabungan TNI-Polri, 5 operator drone TNI AD Batalyon Kapuas, serta 2 orang masyarakat sipil/Tenaga Bantuan Operasi (TBO), sehingga total keseluruhan mencapai 67 orang.

Senin, 16 Desember 2024, tim melanjutkan perjalanan menuju titik lokasi Kali Biru melalui Gunung Meyerga, di belakang Pos Satgas Pam Kewilayahan 642/KPS Mayerga.

Setibanya di Kali Biru, tim memutuskan untuk bermalam di lokasi karena kondisi sudah gelap. Koordinat lokasi yang dicatat adalah CO. 53M 267986 9825663.

Pada Selasa, 17 Desember 2024, pukul 06.00 WIT, tim kembali bergerak menuju Kali Cempedak dengan waktu tempuh sekitar dua jam.

Sebelum menyebrang, tim melakukan pemantauan dan beristirahat sambil menunggu arahan lebih lanjut dari pimpinan. Pukul 14.00 WIT, Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni menginstruksikan masing-masing tim untuk mengirimkan lima orang perwakilan guna melakukan pemantauan di tepi Sungai Rawara.

Tim berangkat tanpa membawa perlengkapan lengkap karena hanya akan melakukan pemantauan hingga sore hari dan bermalam di lokasi tersebut.

Pada Rabu, 18 Desember 2024, pukul 06.00 WIT, tim gabungan yang berjumlah 20 orang dibagi menjadi dua regu:

  • Regu I (12 orang) bertugas melakukan penyebrangan basah.
  • Regu II (8 orang) bertindak sebagai parameter di titik bermalam (ambus).

Saat regu I bersiap menyebrang, Kasat Reskrim menanyakan kepada TBO mengenai cara penyebrangan.

Namun, TBO menyatakan bahwa mereka tidak pernah menyebrang dengan berenang, melainkan menggunakan perahu dayung.

TBO juga memperingatkan bahwa arus sungai sangat deras dan terdapat buaya putih besar di perairan tersebut.

Kasat Reskrim kemudian bertanya kepada Bripka Rolando Manggaprow mengenai kondisi penyebrangan.

Bripka Rolando menjawab; “Komandan, arus di sungai ini sangat deras dan sungainya agak lebar.” Meski mendapat peringatan, Kasat Reskrim tetap menegaskan bahwa tim harus menyebrang demi keberhasilan operasi.

“Kita sudah jauh-jauh sampai di sini, kita harus bisa menyebrang dan berhasil membawa keluar KKB,” ujarnya.

Salah satu anggota tim kemudian mencoba menyebrang sendirian. Saat berada di tengah sungai, ia mengalami kesulitan akibat arus yang sangat kuat dan sempat tenggelam. Namun, ia berhasil mengontrol diri dan mencapai batang kayu yang terdampar di tengah sungai.

Ketika hendak memperingatkan rekan-rekannya agar tidak menyebrang, lima anggota dan satu TBO telah lebih dahulu berenang menyeberangi sungai.

Setelah keenam orang tersebut berhasil menyebrang, barulah ia menyampaikan kepada Kasat Reskrim dan tim lainnya agar tidak ada lagi yang menyebrang karena arus yang sangat deras.

Operasi ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh tim gabungan dalam upaya pencarian, di tengah medan berat dan kondisi alam yang tidak bersahabat.(rustam madubun/bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *