-
Di Sungai Rawara yang luas dan misterius, tim gabungan TNI-Polri tak henti menyusuri arus, menantang waktu dan alam, mencari jejak yang kian tenggelam dalam kesunyian. Di balik derasnya aliran, bayang-bayang predator mengintai (buaya) yang menjadikan sungai ini bukan sekadar aliran air biasa, tetapi juga lorong sunyi yang menyimpan rahasia dan ketidakpastian.
PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, terus melakukan pencarian korban yang hanyut di perairan Papua.
Baca juga: Bagian (2) Isyarat di Tepian Sungai Rawara, Sebuah Kode di Antara Derasnya Arus
Pencarian yang berlangsung sejak 20 Desember menghadapi sejumlah kendala di lapangan, termasuk insiden kecelakaan longboat serta permintaan ritual dari pihak keluarga korban.
Pada 20 Desember 2024, sejak pukul 06.00 WIT hingga 11.00 WIT, tim pencarian menyisir lokasi titik hanyut serta wilayah sekitar tiga kilometer ke arah berlawanan.
Namun, kondisi bahan bakar yang menipis memaksa tim untuk kembali ke Pos TNI Rawara.
Dalam perjalanan, salah satu longboat yang digunakan menabrak batang kayu di tengah aliran sungai, mengakibatkan perahu pecah.
Tim kemudian menghubungi Pos Kotis Meyado untuk melaporkan insiden tersebut dan meminta bantuan.
Pencarian kembali dilanjutkan pada 21 Desember 2024 dengan menggunakan helikopter Damai Cartenz.
Namun, pencarian harus disesuaikan setelah pihak keluarga AKP (Purn.) Gelora Tarigan membawa tiga orang paranormal untuk melakukan ritual di titik hanyut.
Akibatnya, empat personel tim ditarik guna mengawal para paranormal dalam proses pencarian.
Pada 22 Desember 2024, sekitar pukul 06.00 WIT, salah satu paranormal melihat sekumpulan burung yang terbang secara mendadak.
Berdasarkan kebiasaan masyarakat asli Papua, fenomena ini menandakan adanya aktivitas manusia di sekitar lokasi tersebut.
Tim pun mengirim tiga personel untuk melakukan pengecekan, dan salah satu personel, Bripda Henry Sebaru, melaporkan keberadaan dua orang warga Papua yang mengenakan baju singlet di titik tersebut.
Temuan ini segera dilaporkan kepada Kapolres, sehingga diputuskan bahwa tim pencarian, pihak keluarga, dan paranormal harus segera meninggalkan lokasi Bifak.
Helikopter yang dikirim untuk menjemput tim melakukan tiga kali putaran guna memastikan keamanan area sebelum akhirnya mendarat.
Namun, hanya dalam waktu kurang dari satu menit, helikopter kembali terbang ke Pos Pol Meyado.
Atas kejadian tersebut, Kapten Pilot Helikopter Damai Cartenz meminta peminjaman tujuh unit body vest kepada Kasat Pam Obvit demi keamanan personel selama penerbangan.
Dengan meningkatnya risiko keamanan, Kapten Pilot Damai Cartenz melaporkan kepada Kapolres bahwa tidak akan ada lagi penurunan tim pencarian di sekitar lokasi.
Keputusan ini mengacu pada Surat Telegram (STR) Nomor ST/374/VIII/PP.3.3/2024 tertanggal 6 Agustus 2024, yang mengatur bahwa pendropan pasukan harus mendapat pengawasan dari helikopter tempur.(rustam madubun/bersambung)
Tim doa saat ritual doa bersama oleh sjumlah pemuka agama serta keluarga AKP (Purn.) Gelora Tarigan di lokasi pencarian.FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUADALAMBERITA