FeaturePapua Barat

Bersama Hamka, Kerjaannya Cuman Ini, Tapi Punya Rumah, Sudah Haji Itu Karena Pandai Bersyukur

379
×

Bersama Hamka, Kerjaannya Cuman Ini, Tapi Punya Rumah, Sudah Haji Itu Karena Pandai Bersyukur

Sebarkan artikel ini
Bersama Haji Hamka dalam perjalanan Manokwari Prafi Kamis (19/10/2023). FOTO: SELFIE.PAPUADALAMBERITA.
Print

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Hari itu Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat menggelar gerakan tanam perdana padi organik di lahan pertanian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)  Setia Bersama di Jalur 1 Kelurahan Udapi Hilir SP IV Distrik Prafi Kabupaten Manokwari, Kamis (19/10/2023).

Banyak wartawan diundang untuk meliput pencanagan penanaman oleh Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Papua Barat, Rommy  S Tamawiwy.

Saya kebagian satu kendaraan bersama empat wartawan, Adri Susilo dari kabarnusantara.com, Alberki Rumbiak dari jagatpapua.com, Janu pinfunpapua.com dan satu srikandi dari papuastar.com,  Frety.

Baca juga: Kelompok Tani Sridadi Prafi Terima Program Sosial Bank Indonesia

Kami disopiri pak Hamka pengemudi  mobil rental yang disewakan Bank Indonesia Papua Barat kepada kami untuk pulang pergi (pp) Manokwari – Prafi yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Kota Manokwari.

Pukul 06.30 WIT kami berkumpul di Bank Indonesia untuk mengawali perjalan pagi itu, saya merasa perjalanan kami begitu menyengangkan.

Cerita kami berlima dengan pak Hamka terasa cair.

Kebiasaan saya, jika bertemu orang baru, dalam perjalanan udara, laut dan darat di angkutan umum mesti saya banyak bertanya.

Ada yang saat kita temui, dan berceritra Ia hanya diam walau sudah diajak dengan macam-macam topik.

Diam bagi seorang pengemudi, harus kita pahami, karena konsentrasi, dan keselamatan penumpang ada di “tangannya”.

Tapi ada juga yang senang berceritra, ini saya jumpai tadi pagi,  bersama Haji Hamka, saya merasa begitu menyenangkan.

Hampir setiap pertanyaann , Hamka dengan gamblang menjelaskan.

‘’Nama siapa pak,’’ tanya saya mebuka percakapan, ketika kami mau meninggalkan halaman depan Kantor Bank Indonesia menuju Prafi.

‘’ Hamka,’’ ujarnya pendek.

‘’Sudah lama tinggal di Manokwari,’’ tanya saya.

‘’Datang pertama tahun 1997,’’ jelas Hamka.

’Pertama tinggal di belakang berdikari,’’ ujarnya sambil menunjuk lorong Toko Berdikari, karena pertanyaan itu saya lontarkan kebetulan saat mobil yang kami tumpangi melintas depan Toko Berdikari Sanggeng  Manokwari.

‘’Datang tahun itu dengan KM Ciremai dari Makassar,’’ kenangnya.

Hamka ke Manokwari, karena ikut keluarga, suadara yang lebih awal merantau dengan profesi pengemudi kendaraan umum.

‘’Waktu itu harga tiket kapal laut masih Rp300.000an dari Makassar ke Manokwari,’’ jelas Hamka.

Hamka mengaku sejak di Makassar sudah bisa mengemudi kendaraan roda empat.

‘’Saya sudah mulai bawa mobil tahun 1993,’’ tuturnya.

‘’Ke Manokwari, saya sudah disiapkan mobil, saya datang langsung bawa (sopir) mobil angkutan umum dalam Kota Manokwari ,’’ujar dia.

”Dan waktu itu saya sudah punya anak dua,’’ sebut Hamka.

Dengan ketekunan, kesabaran, doa, Hamk yang hanya seorang pengemudi kendaraan umum tidak lagi mengontrak rumah, karena telah memiliki rumah pribadi.

‘’Sudah beli rumah sendiri, Alhamdulillah, anak-anak juga tinggal di Manokwari, mereka sejak SD hingga SMA di Manokwari dan telah berkeluarga,’’ ujarnya

Sebelum memiliki rumah, Ia mengaku telah menunaikan rukun islam ke lima, naik haji ke tanah suci Mekah.

‘’Itu dulu biayannya dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Manokwari,’’ ucap haji  kelahiran 1967.

Seiring perjalanan waktu, tekun, sabar,  pandai bersyukur pada tahun 2021 Hamka mulai meninggalkan sebagai sopir angkutan kota, Ia mengemudi kendaraan sewa yang pangkalannya kini, depan Masjid Ridwanul Bahri TNI AL Manokwari.

Hamka, pria asal Jeneponto mempersunting pujaan hatinya Samsia asal Bulukumba keduanya dikaruniai dua gadis yang kini telah memberikan enam cucu kepadanya, mereka pun bangga dan bersukur.

Menjadi pekerja kerasa yang hampir separo waktunya habis di jalan raya tentu banyak cobaan menguji kesabrannya.

Seperti, ada yang naik angkot kemudian tidak membayar ongkosnya, tetapi Hamka tidak marah, walaupun terasa sakit, ia hanya bersabar.

Kata dia, setiap kesabara akan tergantikan oleh Allah SWT, karena rejeki yang diperoleh datang di luar dari dugaanya, rejeki itu dari penumpang  lain saat memakai kendaraannya, dengan memberikan bayaran lebih besar dari harga normal waktu itu.

‘’Alhamdulillah sudah punya rumah sendiri,  beli di Kompleks Gunung Soribo Manokwari, baru di beli beberapa waktu lalu,’’ sebut Hamka yang berulang tahun pada 5 Agustus.

Ia, tidak pungkiri jika dari penghasilannya, Ia bersama keluarga bisa menengok keluarga di kampung halaman, Sulawesi Selatan, walaupun tidak rutin setiap tahun.

Perjalanan menyenangkan kami tidak terasa, telah berada di jalur satu tempat pencangan penanaman perdana padi oleh Bank Indonesia Papua Barat.

Cerita pengalaman Hamka mengajarkan kita sabar, kerja keras, dan pandai bersyukur untuk merasakan kebahagiaan.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *