Papua Barat

Masih Panjang Perjalanan Papua Barat Menuju Adaptasi Kebiasan Baru

96
×

Masih Panjang Perjalanan Papua Barat Menuju Adaptasi Kebiasan Baru

Sebarkan artikel ini
Print

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat, dokter Arnoldus Tiniap saat dijumpai wartawan Senin (15/6/2020) di AstonNiu Hotel Manokwari. FOTO: rustam madubun/papuadalamberita.com.

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI- Perjalanan menuju Adaptasi Kebiasaan Baru atau New Normal di Papua Barat terasa masih panjang, bukan saja kerja dari rumah yang belum berakhir, karena akan diperpanjang lagi dari 19 Juni hingga 19 Juli 2020 atau Papua Barat yang ditinjau dari sisi kesehatan masih berada di zona sedang, tetapi ketidak pedulian masyarakat terhadap protocol kesehatan seperti memakai masker atau menjaga jarak terus dilanggar.

Walaupun demikian semangat Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan CoronaVirus Disease 2019 provinsi, kabupaten dan kota pantang menyerah, terus bekerja mempersiapkan Papua Barat menuju penerapan adptasi kebiasan baru.

Termasuk menghadirkan tokoh-tokoh sentral, mulai dari toko adat, agama, dunia usaha sampai perguruan tinggi duduk bersama Forkopimda dan Gugus Tugas Provinsi Papua Barat urun rembuk mempersiapkan Papua Barat menuju era yang disebut The New Normal.

‘’Kita harus punya masa transisi, masa transisi adalah tahapan dimana harus kita melakukan edukasi dan sosialisasi seluas-luasnya kepada masyarakat, sehingga masyarakat tahu apa yang harus mereka lakukan, persiapan-persiapan  apa yang diperlukan,  daerah-daerah mana yang harus dilakukan duluan, area publik mana yang izinkan duluan,’’ jelas Juru Bicara Gugugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat dokter Arnoldus Tiniap kepada wartawan Senin (15/6/2020) di AstonNiu Hotel Manokwari.

Selain edukasi dan sosiliasasi, persiapan dimasa transisi, hal terpenting lain menurut Juru Bicara Gugus Tugas Papua Barat adalah penegakana aturan.

‘’Kemudian kita pastikan penegakan aturan, kalau kita evaluasi anjuran menjalankan protocol kesehatan seperti memakai masker sebagian masyarakat  tidak mentaatinya,’’ ujar Dokter Arnoldus.

Arnoldus mengatakan, sebenarnya masyarakat sudah familier dengan protocol kesehatan, sehingga dipandang perlu masyarakat harus dipaksa untuk menerapkan itu, kalau tidak dipakasa, masyarakat cenderung tidak taat aturan dan malas tau.

‘’Itu yang harus dipersiapkan, kenapa Senin (15/6) Gugus Tugas harus kumpulkan tokoh-tokoh, supaya kalau dibuka ijin untuk tempat-tempat ibadah, berarti harus dilakukan betul dan tempat ibadah mana  yang melakukan protocol kesehatan itu yang dijinkan, kalau yang tidakjalankan,tidak boleh diijinkan, kata Tiniap mencontohkan.

Tiniap merincikan misalnya, di gereja atau di masjid harus diatur jarak berdiri dan duduknya, ada tempat cuci tangannya, harus menggunakan masker itu yang disosialisasikan, supaya semua layanan public yang diijinkan menerapkan itu,  atau sekolah yang mau dibuka, sekolah dibatasi, SMA saja.

‘’Dalam jangka waktu satu bulan kedepan ini, setelah ini ada masa transisi yang harus kita sosialisasikan, masyarakat kita kasih tau bahwa ini bagian yang penting. Sebab arahan presiden juga demikian, kita membuka akses untuk new normal, misalnya ada peningkatan kasus  bisa ditutup kembali, tidak dijinkan lagi, ada pengetatan,’’ tegas Tiniap.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *